Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Dunia Si Kecil, Ajang Optimalkan Tumbuh Kembang Anak

Media Indonesia
23/7/2023 23:52
Dunia Si Kecil, Ajang Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
Lotte Choco Pie mengadakan acara puncak 'Dunia Si Kecil' di Play ‘N’ Learn, Emporium Pluit Mall, Jakarta, Minggu (23/7).(Ist)

PADA Minggu (23/7), Lotte Choco Pie mengadakan acara puncak 'Dunia Si Kecil' yang bertepatan dengan perayaan Hari Anak Nasional di Play ‘N’ Learn, Emporium Pluit Mall, Jakarta.

“Di Hari Anak Nasional tahun ini, Lotte Choco Pie ingin memberikan wadah bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri sekaligus mendukung mereka untuk menyambut masa depan yang cemerlang," ujar Ingen Ate Malem Meliala selaku Marketing Manager PT. Lotte Indonesia.

"Karena anak adalah generasi penerus dan penentu masa depan bangsa. Kami senang sekali bisa melihat minat bakat yang beragam dari anak-anak di seluruh Indonesia, mulai dari bidang seni, olahraga, kesehatan, hingga sains dan teknologi melalui kegiatan ini,” jelas Ingen.

Baca juga: Hari Anak Nasional, Ajari Si Kecil Pola Hidup Sehat Secara Menyenangkan

Rangkaian kegiatan 'Dunia Si Kecil' dimulai sejak 19 Juni dengan Video Challenge untuk menunjukkan berbagai minat bakat, hobi, dan cita-cita anak-anak.

Antusiasme yang besar terhadap kegiatan ini terlihat dari terkumpulnya lebih dari 350 video dengan hashtag #DuniaSiKecilLCP di Instagram Reels dan TikTok.

Sebanyak 60 video terbaik kemudian dipilih untuk mendapatkan hadiah berupa 10 paket mainan edukatif dan 50 undangan menghadiri langsung puncak acara “Dunia Si Kecil” di Play ‘N’ Learn, Emporium Pluit Mall.

Baca juga: Ini Kiat Memilih Mainan dan Permainan untuk Anak di Tiap Usia Menurut Psikolog

“Melihat keunikan yang dimiliki setiap anak, Lotte Choco Pie juga menyadari pentingnya peran ibu agar anak dapat berkembang sesuai dengan karakteristik yang berbeda-beda," terang Inge.

Bimbing Anak dengan Gaya Belajar Tepat

"Untuk itu, kami adakan Moms Chit-Chat dengan topik 'Temukan Gaya Belajar Seru untuk Si Kecil' bersama Irma Gustiana A, S.Psi., M.Psi., Psikolog., CPC dan Fatima Kamila agar ibu bisa membimbing anak dengan gaya belajar yang paling tepat dengan potensi masing-masing,” imbuh Ingen.

Sembari para ibu berbincang, anak-anak mengikuti Bucket Hat Painting. Kegiatan melukis memiliki banyak manfaat bagi anak, seperti mengembangkan keterampilan sensorik-motorik serta melatih kreativitas dan kemampuan penyelesaian masalah.

Dengan membawa pulang dan menggunakan hasil kreasi sendiri, anak-anak pun terdorong untuk lebih percaya diri dengan kemampuan mereka.

Baca juga: Bangun Kepribadian Unggul Anak Lewat Social Attactment

Selain itu, acara ini dilengkapi dengan segmen Dancing Together sebagai bentuk bonding seru antara ibu dan anak.

Agar suasana selebrasi Hari Anak lebih terasa, diadakan juga games berburu harta karun di area kolam bola untuk kemudian ditukarkan dengan hadiah spesial.

Selesai rangkaian acara, anak-anak dibebaskan untuk mengeksplorasi berbagai permainan yang tersedia di tempat bermain yang dirancang menggunakan konsep STEAM (Sains, Teknologi, Engineering/Teknik, Arts/Seni, dan Matematika) ini.

Tiga Gaya Belajar Anak

Sementara itu. Irma Gustiana A, S.Psi., M.Psi., Psikolog., CPC, menjelaskan bahwa ada tiga gaya bejalar anak. "Kita definisikan dulu, gaya belajar itu kan cara seseorang memproses dan menilai sebuah informasi," ujar Irma.

"Setiap orang itu biasanya memang punya kecenderungan yang beda-beda dan tidak tidak ada yang salah dengan kecenderungan tadi karena tiap orang pasti kan style-nya beda ya," jelasnya.

Baca juga: JCDC Bantu Penuhi Hak Anak untuk Berkembang Secara Maksimal

Gaya Belajar Visual 

Yang pertama itu ada tipe gaya belajar visual. "Jadi, anak-anak yang gaya belajar visual itu cenderung--kalau visual kan penglihatan ya--jadi lebih senang belajar dengan penglihatannya untuk bisa mengingat sebuah pesan/informasi," jelasnya.

"Nah, biasanya mereka senang segala sesuatu yang colorful, ada ilustrasi gambar, ada infografis, dan itu membuat mereka menikmati cara belajarnya," ujar Irma.

Gaya Belajar Auditori

Lalu kemudian yang berikutnya adalah anak yang cara belajarnya dengan auditori. "Auditori itu berhubungan sama pendengaran, jadi cara belajarnya itu lebih dominan dengan cara mendengarkan orang lain atau sebuah objek atau sesuatu hal," katanya.

Baca juga: Empat Cara untuk Tingkatkan Semangat Belajar Anak

"Jadi kalau misalnya dia di kelas kecenderungannya tampak seperti anak yang tidak memperhatikan guru tapi sebenarnya dia mendengarkan apa yang diajarkan oleh gurunya," jelas Irma.

"Menyimak. Tidak melihat ke depan, nggak ngeliat gurunya lagi ngobrol tapi dia mendengarkan. Kadang dia melihat sana, melihat ke mari. Kalau kita punya temang yang auditori juga dia kayak enggak nyimak kita, tapi dia tau apa yang dibicarakan," tuturnya.

"Nah, biasanya kalau untuk anak-anak auditori ini, kita menganjurkan orangtua mengajak mereka belajarnya itu read aloud (membaca dengan lantang)," jelas Irma.

"Kalau anak visual kan sambil silent aja dia bisa belajar, sambil dia coret, sambil dia lihat yang lain. Tapi kalau anak auditori, dia baca tapi dia bersuara sehingga suaranya tadi dia dengar. Pesan-pesan itu yang nanti dia ingat," ujar Irma.

Baca juga: Bikin Belajar Makin Efektif, Sinotif Usung Pembelajaran Online dengan Cita Rasa Tatap Muka

"Terus belajarnya juga biasanya kita ajarkan untuk direkam dulu nanti didengerin lagi," tambahnya.

Gaya Belajar Kinestetis

"Kalau kinestetis itu dia memang secara bodily bergerak. Kalau anak-anak yang kinestetis itu belajar tapi dia banyak pindah-pindahnya tuh. Kelihatan seperti gelisah tapi sebenarnya dia lagi belajar," paparnya.

"Mungkin 5 menit dia tengkurap, habis itu nanti dia sambil selonjoran, terus pindah posisi yang lain tapi sambil bawa buku. Atau sambil mendengarkan sesuatu tapi dia bergerak. Nah itu adalah kinestetis," jelas Irma.

"Tiga hal tadi itu bisa terjadi sama siapa pun. Kita, orang dewasa pun belajarnya begitu juga ya. Jadi setiap orang punya gaya dan tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar karena setiap orang menikmati proses belajar itu rasanya beda-beda," katanya.

Bisa Tidak Kombinasi Keduanya?

"Bisa, karena tidak ada yang murni pure 100 persen. Nggak ada yang pasti 100 persen visual itu enggak. Kayak aku, visual-kinestetis. Misalnya, dia baca tapi sambil menggaris-garis," tutur Irma.

"Dengan menggaris, menempel, mewarnai, itu kinestetis karena ada gerakan sensori motorik. Nah, justru di situ dia jadi lebih mudah mengingat. Ketika dia belajar ada peta pikirannya dia yang warnanya merah apa. Jadi dia bisa mengkodekan itu," paparnya.

"Ada anak yang auditori-kinestetis, jadi sambil lompat-lompat, sambil begerak-gerak, dia menyimak sekelilingnya," tutur Irma. (RO/S-4)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya