Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

4 Dampak Perubahan Iklim pada Anak

Atalya Puspa
02/5/2023 16:25
4 Dampak Perubahan Iklim pada Anak
Ilustrasi: deretan gedung bertingkat tersamar polusi udara di kawasan Monas, Jakarta(Dok. MI)

KETUA Satgas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia Kurniawan Taufiq Kadafi mengatakan anak merupakan kelompok yang paling rentan terdampak perubahan iklim. Hal itu disebabkan karena anak memiliki karakteristik yang unik dan sebagian besar fisiologisnya berbeda dengan orang dewasa.

"Anak itu bukan dewasa kecil. Mereka memiliki karakteristik yang unik. Pertama, anak banyak menghirup udara dan frekuensi napas lebih banyak dibanding dewasa sehingga mudah menyerap bahan berbahaya yang terkandung di udara," kata Kadafi dalam media briefing yang diselenggarakan Selasa (2/5).

Selain itu, pada anak yang lebih besar, umumnya akan lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah. Sehingga bahan-bahan kotor mudah masuk melalui mulut. Anak juga tidak mampu mengungkapkan dan mengekspresikan keluhan saat sakit. Selain itu, anak juga membutuhkan vaksinasi, pemilihan dan penghitungan dosis obat serta perlengkapan emergensi yang berbeda dengan orang dewasa.

Baca juga: Jerman Keluarkan Diskon Kartu Perjalanan untuk Mengatasi Perubahan Iklim

Ia menjelaskan, berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), ada empat dampak yang terjadi kepada anak akibat perubahan iklim, yaitu dampak langsung terhadap kesehatan anak, dampak terhadap kesehatan anak melalui ekosistem, dampak terhadap kesehatan anak melalui perilaku manusia, dan dampak kesehatan pada anak akibat bencana alam. 

Untuk dampak langsung terhadap kesehatan pada anak meliputi dampak panas yang ekstrem dan dampak cuaca yang ekstrem terhadap kesehatan anak.

Baca juga: Jakarta Targetkan Tekan Emisi Hingga 0% di 2060

Sebuah laporan di Kanada menyebutkan panas yang ekstrem dapat menyebabkan kematian mendadak pada bayi, terutama usia 1 -12 bulan. Kematian mendadak pada bayi dapat disebabkan karena panas ekstrem yang terjadi 1 hari sebelum anak meninggal atau anak meninggal pada hari terjadinya panas yang ekstrim. 

"Di Indonesia mungkin kita jarang menemui keadaan demikian, namun di belahan bumi lain, hal ini menjadi ancaman terhadap nyawa anak-anak kita, dan kita harus bersiap apabila ancaman ini akan melanda Indonesia," ucap dia.

Selain dampak panas yang ekstrem, dampak kesehatan pada anak secara langsung juga dapat terjadi akibat perubahan cuaca yang ekstrem, meliputi kekeringan, kebakaran hutan, badai, banjir, perubahan pola hujan yang ekstrem. 

Sebuah penelitian di Bangladesh menyebutkan dampak bencana banjir selain berdampak pada faktor sosio-ekonomi dan infrastruktur juga berdampak pada kesehatan anak, yaitu pascabencana banjir banyak anak yang mengalami demam, patah tulang, diare, penyakit kulit, serta penyakit yang lain. 

Ia melanjutkan, dampak perubahan iklim terhadap kesehatan anak yang dimediasi oleh ekosistem, antara lain polusi udara, terjadinya peningkatan penyakit yang ditularkan melalui air, makanan serta vektor. 

Baca juga: Polusi Udara Sebabkan Tingginya Angka Penyakit Pernapasan

Polusi udara dapat dibagi menjadi dua, yaitu polusi udara di luar rumah dan polusi udara di dalam rumah.  Polusi udara di luar rumah terjadi akibat peningkatan pembakaran pada industri, agrikultur, pembakaran sampah. 

Data dari UNICEF, polusi udara di luar rumah berkontribusi menyebabkan 4,2 juta bayi prematur meninggal pada 2019, dan 154 ribu anak usia kurang dari 5 tahun meninggal. 

Untuk polusi udara di dalam rumah disebabkan karena memasak menggunakan kerosin atau kayu bakar dengan ventilasi yang tidak baik.  Polusi udara di dalam rumah juga berkontribusi menimbulkan kematian pada 3,2 juta bayi prematur dan 237 ribu anak usia kurang dari 5 tahun. 

"Hal itu tentu merupakan alarm gawat darurat bagi bumi kita. Belum lagi dampak perubahan iklim menyebabkan air, makanan, udara, dan tanah terkontaminasi bakteri yang tumbuh subur akibat peningkatan suhu di bumi yang mengakibatkan peningkatan penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan seperti tifoid, diare maupun kolera," beber dia. (Ata/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya