Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
Hari ini Selasa, (18/4) di media sosial banyak muncul informasi tentang bayi kembar lima berusia 11 hari yang membutuhkan donor asi. Diketahui ibu lima bayi yang berasal dari kawasan Jakarta Timur (Jaktim) tersebut meninggal dunia tak lama setelah melahirkan mereka. Tak diinformasikan penyebab detail meninggalnya sang ibu, tetapi kasus kematian saat atau pascamelahirkan pada ibu yang mengalami kehamilan kembar memang banyak terjadi.
Kehamilan kembar memang kerap menjadi berita membahagiakan bagi sebuah keluarga. Khususnya mereka yang sudah lama menantikan buah hati. Namun, meski membahagiakan kehamilan kembar sebenarnya memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan tunggal, baik bagi bayi maupun ibu.
Ibu dengan kehamilan kembar umumnya membutuhkan pengawasan, pemeriksaan, dan penanganan lebih intensif. Itu karena beberapa komplikasi kehamilan lebih berisiko terjadi pada ibu yang hamil anak kembar, terutama jika kembar lebih dari dua seperti yang dialami mediang ibu bayi kembar lima asal Jakarta Utara.
Baca juga: Melahirkan Normal Ternyata Masih Mungkin Meski Pernah Operasi Caesar
Disebut lebih berisiko, sebenarnya apa saja risiko yang berpotensi tinggi terjadi pada kehamilan kembar? Berikut ini penjelasannya berdasarkan publikasi dari Universitas Johns Hopkins Medicine, AS.
1. Kelahiran Prematur
Lebih dari 60% kehamilan kembar mengalami kelahiran prematur. Bayi prematur adalah yang lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Pada kasus prematur yang parah, bayi lahir pada kehamilan kurang dari 28 minggu.
Bayi yang lahir prematur memilki kondisi tubuh dan organ-organ yang belum matang sehingga membutuhkan penanganan khusus. Pada bayi yang lahir kurang dari 28 minggu kehamilan angka bertahan hidup menjadi rendah karena organ-organnya yang sangat rentan. Bayi prematur membutuhkan penanganan intensif di neonatal intensive care unit (NICU) ketika baru dilahirkan.
2. Hipertensi kehamilan
Hipertensi saat hamil disebut juga dengan eklamsia dan pre-eklamsia. Ini adalah kondisi yang bisa membahayakan pada ibu dan bayi. Pada kehamilan kembar risikonya ternyata berkali-kali lipat terjadi dibandingkan kehamilan tunggal. Pre-eklamsia yang sudah berkembang menjadi eklamsia dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius pada ibu seperti kerusakan ginjal, kerusakan hati, hingga pendarahan otak.
Ketika hipertensi pada ibu hamil tak terkendali, bayi harus dilahirkan saat itu juga untuk menyelamatkan nyawa keduanya, terutama nyawa ibu. Eklamsia adalah salah satu penyumbang terbesar angka kematian pada ibu dan bayi.
Baca juga: Jangan Keliru! Ini Fakta-fakta Terkait Endometriosis yang Perlu Diketahui Wanita
3. Anemia
Anemia berisiko dua kali lebih besar terjadi pada ibu yang hamil kembar dibandingkan tunggal. Karena itu ibu hamil kembar membutuhkan nutrisi dan asupan yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang hamil hanya satu bayi.
4. Cacat Lahir
Kehamilan kembar ternyata juga meningkatkan risiko kelahiran bayi dalam kondisi tidak maksimal atau cacat lahir pada tubuh dan organnya. Diantaranya pada pertumbuhan bentuk tubuh, sistem syaraf otak, hingga kesehatan jantung bayi.
5. Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) adalah komplikasi yang hanya bisa terjadi pada kehamilan kembar identik yang berbagi plasenta. Sindrom ini terjadi ketika ada ketidakseimbangan aliran darah pada janin kembar.
Hal ini membuat suplai nutrisi dan oksigen yang kedua janin butuhkan terganggu. Akibatnya, salah satu janin mendapatkan pasokan darah yang melimpah, sedangkan janin lainnya mengalami kekurangan pasokan darah. Pada banyak kasus TTTS salah satu bayi akhirnya tidak bisa bertahan.
Baca juga: BUMIL Merapat! Ini Risiko Obesitas dan Cara Aman Menurunkan Berat Badan Saat Hamil
6. Keguguran
Risiko keguguran pada kehamilan kembar, terutama yang berjumlah lebih dari dua tergolong tinggi. Itu karena berbagai masalah kehamilan sangat mungkin muncul ketika mereka tengah berkembang dalam rahim sang ibu. Karena itu ibu yang hamil kembar harus diawasi dan secara rutin menjalani pemeriksaan oleg dokter.
7. Pendarahan pascamelahirkan
Pada setiap proses melahirkan memang berisiko untuk terjadi pendarahan. Namun, pada kehamilan kembar risikonya menjadi jauh lebih besar. Itu karena pada kehamilan kembar ukuran dan jumlah plasenta bayi jadi lebih besar dan banyak. Itu membuat risiko pendarahan ketika proses pelepasan plasenta jadi lebih besar terjadi.
Seperti diketahui plasenta menempel pada dinding rahim dan pada kondisi normal akan secara otomatis terlepas beberapa menit setelah bayi lahir. Namun, di kasus tertentu plasenta sulit terlepas dan menyebabkan pendarahan hebat pada ibu.
Jadi, itulah beberapa hal yang berisko terjadi pada kehamilan kembar. Kalau Anda sedang atau berencana hamil kembar jangan lupa untuk menyiapkan diri dan melakukan pemeriksaan intensif untuk mencegah terjadinya komplikasi, ya!
(Z-9)
Intervensi, salah satunya melalui tenaga kesehatan seperti bidan, menjadi kunci dalam upaya memutus mata rantai permasalahan stunting.
KETIKA memasuki masa kehamilan, beberapa ibu hamil pasti akan mengalami banyak perubahan yang terjadi pada tubuh. Perubahan tubuh ibu hamil tidak hanya terlihat pada perut.
Peneliti menemukan otak perempuan mengalami perubahan signifikan selama pubertas, kehamilan, dan perimenopause akibat fluktuasi hormon.
ONADIO Leonardo dan sang istri Beby Prisilia kini tengah menyambut kelahiran anak kedua mereka. Usia kehamilan Beby pun kini tengah memasuki usia lima bulan.
Diabetes berpeluang terjadi pada ibu hamil yang tidak menerapkan pola makan sehat, termasuk pada ibu hamil yang tidak memiliki riwayat diabetes dalam keluarga.
Meskipun pertanyaan soal kapan hamil terlihat sederhana, tetapi tidak bisa dipungkiri ada beberapa perempuan yang tersinggung. Ini cara menanggapinya menurut psikolog.
Direktur Jenderal Kesehatan Layanan Primer dan Komunitas Kemenkes, Endang Sumiwi, menjelaskan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan angka kematian ibu dan bayi tinggi.
Pemkot Bengkulu mencatat angka kematian inu meningkat menjadi empat kasus dan angka kematian bayi naik signifikan dari 65 kasus menjadi 82 kasus pada 2024.
Target 2024 adalah 60 kasus per tahun dan pada 2029 turun menjadi 48 kasus per tahun.
Kemen PPPA mendorong penguatan untuk Pokja PUG (Pengarusutamaan Gender) di Kabupaten Garut.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia on track mencapai target RPJMN 2024 yaitu 183 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan 16 per 1000 KH.
Berdasarkan data Kemenkes, kematian bayi paling tinggi diakibatkan karena bayi mengalami kelahiran secara prematur sebelum pekan ke-37 kehamilan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved