DEPUTI 1 Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Nisan Setiadi mendorong simpul-simpul organisasi perempuan untuk mampu menjadi agen perdamaian.
Caranya dengan mengorganisasi massa dan menumbuhkan kesadaran bersama melawan segala bentuk propaganda kelompok radikal terorisme, setidaknya untuk lingkungan keluarga dan organisasinya masing-masing.
"Perempuan dalam peran seperti ini sebenarnya menjadi salah satu benteng dari pengaruh paham dan ideologi radikal yang saat ini mulai menyasar pada anak usia dini. Maka diperlukan upaya penanaman nilai kebangsaan, wawasan keagamaan, dan kearifan lokal dalam keluarga yang akan menjadi sangat efektif sebagai filter dalam menangkal penyebaran radikalisme dan terorisme," kata Nisan dalam keterangannya, Kamis (30/3).
Pernyataan itu diucapkan Deputi 1 BNPT pada kegiatan 'Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) Cerdas Digital, Satukan Bangsa dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme' di Gedung Prof Dr Soenarjo UIN Sunan Kalijaga, Sleman, Yogyakarta. Kegiatan digelar BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY, hari ini.
"Perempuan harus selalu mawas diri agar tidak terperangkap masuk ke dalam jaringan pelaku ataupun menjadi korban atas aksi terorisme", imbuh Nisan.
Dia mengungkapkan, pelibatan perempuan dalam pencegahan paham radikal dan terorisme di lingkungan keluarga sangat penting. Pasalnya, penanaman nilai-nilai cinta Tanah Air sangat efektif diberikan muai dari lingkungan keluarga.
Baca juga: Sejarah Hari Kartini 21 April dan Perjuangan Emansipasi Wanita
Menurutnya, keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Anak mulai dikenalkan dan diajarkan dengan berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Dikenalkan dengan keluarganya, teman-temannya, barang-barang yang ada, bahkan diajarkan tentang berbagai nilai sosial, budaya dan agama yang mereka anut.
"Tugas mendidik anak dalam lingkungan keluarga merupakan tugas resiprokal orangtua. Tapi posisi perempuan, yakni sebagai ibu secara emosional lebih memiliki kedekatan terhadap anak. Karena itulah, kunci penanaman karakter dan jati diri anak banyak bertumpu pada peran perempuan," terang Nisan.
Ia melanjutkan bahwa BNPT menerapkan skema pentaheliks untuk mencegah dan menanggulangi aksi terorisme serta radikalisme pada 2023. Konsep ini menggunakan seluruh potensi dalam membentuk kekuatan nasional melawan ideologi radikalisme dan terorisme. Melibatkan lima unsur, yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media.
"Masyarakat menjadi salah satu unsur yang diharapkan memiliki dampak positif dalam pelibatannya dalam mencegah paham radikal dan terorisme di tengah-tengah lingkungan masyarakat itu sendiri. Diharapkan peran masyarakat ini menjadi harapan baru dalam menciptakan agen-agen perdamaian di lingkungan keluarga mereka terlebih dahulu," pungkasnya.
Dalam kesempatan itu hadir pula, Wakil Rektor II UIN Sunan Kalijaga, Ketua FKPT DIY, Komandan Korem 072/Pamungkas, Kepala Kejaksaan Tinggi DIY, Kepala Bakesbangpol DIY, Binda DIY, Kepala Dinas PPPA dan Pengendalian Penduduk DIY, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana DIY. (RO/I-2)