Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
BULAN April ini kita memperingati Hari Kartini. Hari Kartini dikenal sebagai perayaan perjuangan emansipasi perempuan. Emansipasi berarti pembebasan dari perbudakan dan persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Emansipasi perempuan bertujuan memberi perempuan kesempatan bekerja, belajar, dan berkarya seperti halnya para pria.
Lantas seperti apa sejarah dan perjuangannya ? simak jawabannya di artikel berikut ini.
Perempuan dengan nama lengkap Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat ini berasal dari Jepara, Jawa Tengah. Kartini lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan jawa.
Baca juga: Konferensi Asia Afrika (KAA) 18 April: Sejarah, Tujuan, Hasil Sidang
Ayah Kartini seorang Bupati Jepara berama R.M. Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV. Ibu Kartini bernama M.A. Ngasirah, merupakan anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Kota Jepara. Ngasirah bukan keturunan bangsawan, melainkan hanya rakyat biasa. Sebagai anak bangsawan, Kartini mampu menempuh pendidikan di ELS (Europese Lagere School).
Pada 1903, Kartini dinikahkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan bangsawan dan bupati di Rembang yang telah memiliki tiga orang istri. Meski begitu, sang suami memahami keinginan Kartini, sehingga ia diberikan kebebasan mendirikan sekolah perempuan pertama. Sekolah itu berdiri di sebelah kantor pemerintahan Kabupaten Rembang yang kemudian sekarang dikenal sebagai Gedung Pramuka.
Baca juga: DPR Pertanyakan Kemendikbudristek Soal Nasib Guru PPPK
Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Terlahir dalam keluarga bangsawan, nama Kartini turut disematkan gelar Raden Adjeng. Nantinya gelar itu berubah menjadi Raden Ayu setelah menikah.
Ayah Kartini bernama Raden Adipati Ario Sosroningrat putra dari Pangeran Ario Tjondro IV. Ibunda Kartini bernama M.A Ngasirah. Beliau sebenarnya istri pertama, sayangnya status itu tak membuatnya bisa menjadi istri utama.
M.A Ngasirah hanyalah putri seorang kiai di Teluk Awur. Meski berbeda kasta, Raden Adipati Ario Sosroningrat terlanjur jatuh hati padanya. Pernikahan mereka melanggar aturan kolonial Belanda, di mana bupati harus memilih keluarga bangsawan juga sebagai pasangannya saat menikah.
Kondisi itu menyulitkan Ario mengambil tampuk pimpinan sebagai bupati Jepara. Ario memutar otak agar tetap bisa dijabat, tanpa harus melepas istri pertamanya.
Ario memutuskan menikahi Raden Adjeng Woerjan yang masih memiliki darah biru kerajaan Madura. Tak lama dari pernikahan keduanya, Ario diangkat jadi Bupati jepara bersamaan dengan lahir putri kecilnya, Kartini. Cerita lengkap kehidupan dari RA Kartini bisa ditemukan dalam buku Seri Pahlawan Nasional: R.A. Kartini.
Beruntungnya Kartini memiliki Pangeran Ario Tjondro IV, bupati pertama Jepara yang merupakan kakeknya. Pangeran Ario terbiasa memberikan pendidikan barat kepada anak-anaknya, sehingga cara pengajaran jauh dari kesan konservatif.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara (saudara kandung dan saudara tiri). Namun ia merupakan anak perempuan tertua. Karena pemikiran kakeknya yang sudah terbuka itu, Kartini berkesempatan mengenyam pendidikan di ELS saat usianya 12 tahun.
Di ELS, Kartini berkesempatan belajar Bahasa Belanda dan mengasah kecerdasannya. Sayangnya keinginan Kartini melanjutkan pendidikan terhenti di usia 15 tahun.
RA Kartini harus tinggal di rumah karena sudah dipingit, layaknya perempuan di masa itu. Kondisi itu membuatnya gundah gulana. Untungnya, dia memiliki sahabat di Belanda bernama Rosa Abendanon yang bisa diajak bertukar pikiran selama dipingit.
Pertukaran pikirannya dilakukan lewat surat menyurat. Kefasihannya dalam berbahasa Belanda memudahkan komunikasi kedua sahabat beda negara ini. Sebagai perempuan cerdas, Kartini pun mempelajari pola pikir perempuan Eropa melalui surat kabar ,majalah, dan buku.
Di usia 24 tahun, Kartini menikahi K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Bersyukurnya suami Kartini yang seorang Bupati Rembang memahami jalan pikirannya. Ia mendukung keinginan KArtini membuat sekolah perempuan.
Sayangnya perjuangan Kartini mengangkat harkat derajat perempuan tidak lama. Ia wafat di usia 25 tahun, empat hari setelah melahirkan putranya, RM Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904.
Kematian Kartini cukup mengejutkan. Pasalnya selama kehamilan dan melahirkan Kartini tampak sehat walafiat. Apalagi banyak mimpinya yang belum tercapai.
Meski Kartini sudah tidak ada, semangatnya masih terasa. Delapan tahun kemudian, pada 1912, Sekolah Kartini dibangun oleh Yayasan Kartini di Semarang. keluarga Van Deventer, tokoh Politik Etis kala itu yang menggagas Pembangunan sekolah tersebut . Tak lama pembangunan pun tersebar Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan beberapa daerah lain.
Guna menghormati dan mengingat perjuangan serta jasa Kartini, pemerintah menetapkan Hari Kartini setiap 21 April. Hari Kartini mulai diselenggarakan sejak ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden pertama Indonesia, Soekarno lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.
Keputusan tersebut bersamaan dengan ditetapkannya Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Selain itu, pemilihan 21 April sebagai Hari Kartini juga karena tanggal tersebut adalah hari kelahiran Kartini, yang jatuh pada 21 April 1879. (Z-3)
Maya Miranda Ambarsari menekankan pentingnya solidaritas dan kolaborasi dalam komunitas perempuan lintas generasi dan budaya, termasuk bagi generasi muda.
Ema mengubah tumpukan sampah menjadi sumber harapan bagi lingkungan, masyarakat, dan masa depan.
Ibu Kita Kartini adalah judul sebuah lagu yang sangat terkenal di Indonesia, ditulis untuk menghormati R.A. Kartini, seorang pahlawan nasional yang dikenal sebagai pelopor
Riana Rifani, Kepala Departemen Komunikasi PT Pegadaian, dianugerahi penghargaan "Kartini Sahabat Humas Indonesia" dalam acara Kartini Humas Indonesia Awards 2024.
Siapa sangka, ternyata RA Kartini haus dengan ilmu agama Islam, khususnya tentang tafsir Al-Qur'an. Kartini merupakan salah satu murid Kiai Sholeh Darat yang terkenal.
Ribuan orang dari berbagai negara dan latar belakang berduyun-duyun menuju Taipei City Mall Plaza 12 pada hari Minggu (21/4) untuk menghadiri "Kartini Taiwan Music Festival".
Buku ini mengungkapkan pemikiran mendalam R.A. Kartini, pahlawan nasional yang menjadi simbol perjuangan emansipasi perempuan
Terlepas adanya pro-kontra di masyarakat, kebijakan emansipasi perempuan dan kesetaraan gender membawa dampak baik dan positif bagi Arab Saudi.
Dengan disahkannya RUU PPRT, perempuan Indonesia, khususnya mereka yang bekerja sebagai PRT, memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang aman dan terhormat.
Salah satu cara untuk memperingati hari Kartini, pejuang emansipasi wanita ini, adalah dengan menulis puisi yang menginspirasi tentang Kartini.
Peringatan Hari Kartini harus menjadi momentum para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk menuntaskan pekerjaan rumah dalam pemenuhan hak-hak perempuan
Raden Ajeng Kartini, seorang Pahlawan Nasional Indonesia, memperjuangkan hak pendidikan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan di masa penjajahan Belanda.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved