Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
BULAN Syaban telah datang sebagai penanda akan datangnya bulan Ramadan. Ada yang bilang puasa di bulan Syaban dianjurkan, tapi ada pula pendapat sebaliknya. Mana yang benar?
Dilansir dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), dua pendapat tersebut memang ada merujuk pada hadis Rasulullah SAW.
Pendapat pertama datang dari hadis yang mengisahkan di mana apabila telah datang bulan Syaban, Rasulullah hampir setiap hari berpuasa.
Baca juga : Besok Malam Nisfu Syaban, Yuk Simak Keutamaannya
Dari Abu Salamah ia berkata, saya pernah bertanya kepada Aisyah Ra tentang puasa Rasulullah SAW, maka ia pun berkata, ‘Rasulullah SAW sering berpuasa hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa seterusnya. Dan beliau sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengira beliau tidak puasa terus-menerus. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa terus sebulan penuh kecuali Ramadan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya di bulan Syaban. Beliau berpuasa pada bulan Syaban hingga sisa harinya tinggal sedikit.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadis di atas, Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa hendaknya kita tidak boleh melewatkan satu bulan pun tanpa berpuasa sama sekali.
Hadis tadi juga menunjukkan Rasulullah sering berpuasa di bulan Syaban, hanya sedikit hari yang dilalui oleh Nabi SAW di bulan Syaban tanpa berpuasa. Hikmah di balik puasa Rasul di bulan Syaban karena amalan hamba selama setahun penuh diangkat di bulan ini. (An-Nawawi, al-Minhaj Syarh Sahih Muslim bin Hajjaj, juz 8 hlm. 37)
Baca juga : 10 Sunah dalam Puasa Menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani
Namun, di sisi lain terdapat hadis Nabi SAW yang menyatakan tidak boleh berpuasa ketika memasuki paruh kedua bulan Syaban yakni dari tanggal 16 sampai akhir.
Dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila telah memasuki paruh kedua bulan Syaban, maka kalian tidak boleh berpuasa!” (HR. at-Tirmidzi, Abu Daud, Ibn Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad)
Kebanyakan ulama madzhab Syafi’i dengan adanya hadis ini menghukumi haram puasa di separuh akhir bulan Syaban yakni dari tanggal 16 sampai akhir. Tapi, keharaman tersebut tidak berlaku di beberapa kondisi.
Baca juga : Doa Menyambut Ramadan, Baca ini Sesuai Sunnah Rasulullah
Setidaknya ada tiga situasi di mana puasa di paruh kedua bulan Syaban hukumnya boleh.
Pertama, puasa di separuh akhir bulan Syaban dibarengi dengan puasa di hari sebelumnya. Jadi, bila seseorang berpuasa sejak tanggal 15 kemudian lanjut ke tanggal 16, 17 sampai akhir bulan Syaban, maka itu tidak haram.
Kedua, bila puasa di paruh kedua bulan Syaban sesuai dengan jadwal puasa seseorang yang memang sudah terbiasa berpuasa di hari itu. Misalnya orang yang terbiasa puasa hari Senin dan Kamis tetap boleh melaksanakannya walau hari Senin dan Kamis itu memasuki separuh akhir bulan Syaban.
Baca juga : Kapan Malam Nisfu Syaban 2024? Catat Tanggalnya
Ketiga, bila puasa yang dilaksanakan adalah puasa nadzar, qadla, atau kafarat. Jadi, terutama untuk perempuan, boleh hukumnya berpuasa di paruh kedua bulan Syaban bila puasa tersebut adalah ganti atau qadla dari puasa Ramadan. (Abu Bakar Syatha ad-Dimiyati, I’anatut Thalibin, juz 2, hlm. 309).
Nawaitu sauma ghadin 'an adaa'i sunnati Sya' bana lillaahi ta'aala.
Artinya: "Aku berniat puasa sunah Sya'ban esok hari karena Allah Ta'aala."
Selain berpuasa, kamu juga bisa melakukan amalan-amalan lain untuk mendapatkan kemuliaan di bulan Syaban, seperti melakukan sholat sunnah, membaca Al quran, berzikir, berdoa dan memohon ampunan, dan juga membaca surat yasin sebanyak tiga kali.
Semua amalan baik membaca niat puasa Nisfu Syaban hingga amalan tambahan lainnya pada Nisfu Syaban semata-mata adalah wujud ketaatan umat muslim kepada Allah SWT maupun tuntunan Rasulullah SAW. (H-2)
Baca juga : 3 Doa Berbuka Puasa yang Umum dan Boleh Dilafalkan oleh Umat Muslim, Lengkap dengan Arab, Latin, dan Artinya
Puasa enam hari Syawal harus berurutan atau boleh terpisah, hukum membatalkan puasa Syawal, dan saat silaturahmi sebaiknya melanjutkan puasa Syawal atau boleh dibatalkan.
Pembahasan tentang puasa Syawal terkait dalil hukum dan beda pendapat mazhab, nilainya seperti puasa setahun, orang yang tidak berpuasa Ramadan, dan niat puasa Syawal. Berikut penjelasannya.
FIKIH puasa kali ini membahas tiga permasalahan yang dipertanyakan umat Islam. Persoalan itu ialah hukum keluar mani akibat film porno saat puasa, suntik vaksin, dan kotoran BAB masuk kembali.
FIKIH puasa kali ini membahas tiga permasalahan yang banyak dipertanyakan umat Islam. Persoalan itu ialah hukum mimpi basah saat puasa, onani saat puasa, dan menelan ludah.
FIKIH puasa kali ini membahas empat permasalahan yang banyak dipertanyakan umat Islam. Persoalan itu ialah hukum ngupil saat puasa, merokok saat puasa, isap asap rokok teman, dan tes swab.
Niat fidyah puasa bagi orang sakit keras dan lansia, perempuan hamil atau menyusui, terlambat melakukan qada puasa Ramadan, dan utang puasa orang yang sudah meninggal dunia.
Berikut amalan yang dapat dilakukan umat Islam pada malam nisfu Syakban yaitu setelah masuk waktu maghrib sampai sebelum masuk waktu subuh. Ini dilansir dari PP Darussa'adah Lirboyo.
PARA ulama menekankan umat Islam agar memperhatikan kemuliaan malam nisfu Sya'ban. Di antara para ulama itu ialah Imam Syafii dan Ibnu Taimiyah.
Tahun ini, malam nisfu Syaʼban akan jatuh pada Kamis malam Jumat, 13 Februari 2025. Karenanya, khatib perlu mencerahkan jemaah salat Jumat dengan khutbah mengenai keutamaan nisfu Sya'ban.
TANGGAL 1 Syakban pada 2025 jatuh pada Jumat 31 Januari. Lantas apa saja amalan untuk menyambut bulan Syakban?
Bulan Syaban menandakan Ramadan semakin dekat. Syaban merupakan bulan kedelapan dalam kalender Hijriah. Apabila dikonversikan dalam kalender Masehi, kapan 1 Syaban 1446 H?
Salah satu amalan dalam malam nisfu Syaban yaitu membaca surat Yasin sebanyak tiga kali. Bagaimanakah hukumnya menurut ulama?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved