Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengalokasikan anggaran subsidi Rp10 miliar pada 2022 lalu, untuk membantu perguruan tinggi swasta (PTS) yang tidak mampu membiayai akreditasi program studi (prodi) yang cukup mahal mencapai Rp50 juta per prodi.
"Kemdikbud memberikan subsidi/ bantuan untuk PTS yang belum mampu membiayai sendiri akreditasinya," ujar Dirjen Dikti-Ristek Prof. Nizam kepada Media Indonesia, Sabtu (18/2).
Untuk tahun lalu, Kemendikbud-Ristek telah mengalokasikan anggaran senilai Rp10 miliar. Penyerapan anggaran tersebut mencapai Rp8,5 miliar. Sementara untuk tahun ini, Prof. Nizam belum menyebut angka yang akan dialokasikan.
"Tahun lalu kita siapkan anggaran Rp10 M, digunakan sekitar Rp8,5 M," imbuhnya.
Masalah akreditasi mencuat lagi lantaran biaya akreditasi dari Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM-PT) yang dinilai sangat mahal. Banyak PT terutama PTS mengeluhkan biaya hingga Rp50 juta per program studi dan keputusannya sangat tertutup.
Menurut Prof. Nizam, LAM PT didirikan oleh asosiasi PTS dan PTN. Lantas keberadaan LAM PT merupakan milik bersama. "LAM lahir berdasar amanah UU 12/2012 dan meresponse permintaan asosiasi PTS. LAM didirikan oleh asosiasi prodi PTS dan PTN serta profesi. Jadi milik masyarakat," tandasnya.(H-2)
Profesor di Indonesia memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan riset atau penelitian karena waktunya dihabiskan untuk mengajar di kampus.
Program ini bisa dijadikan momentum bagi perguruan tinggi guna membangun sinergi lintas negara dalam bentuk kerja sama akademik internasional.
Perguruan tinggi di Indonesia didorong meningkatkan upayanya dalam internasionalisasi. Ini diwujudkan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dengan universitas dari Filipina.
STIH Adhyaksa telah menjalin kerja sama pula dengan Pemerintah Daerah Probolinggo dan dalam waktu akan menjalan kerja sama dengan Pemerintah Daerah Lahat.
Infrastruktur kampus harus mendukung proses belajar yang adaptif, berbasis teknologi, dan kolaboratif sehingga mampu mencetak lulusan yang siap bersaing secara global.
Menurutnya, pendekatan link and match amat penting agar mahasiswa dan alumni UBSI dapat terserap dengan baik di pasar kerja, terutama dalam skala internasional.
Langkah pemerintahan Trump bukan hanya mengancam masa depan mahasiswa, juga merendahkan kontribusi intelektual.
Saat ini, dari total mahasiswa yang terdaftar di Harvard, hampir 27% atau sekitar 6.800 orang merupakan mahasiswa internasional.
KAMPUS berperan penting dalam mencetak lulusan yang berdaya saing. Karena itu, kemampuan berwirausaha dan profesionalisme harus ditanamkan pada mahasiswa sejak awal jenjang kuliah.
Kampus tentu tidak boleh abai terhadap tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan tinggi Indonesia saat ini.
Pembangunan ini pula sejalan dengan pertumbuhan ekonomi lokal yang berkembang sejalan hadirnya kampus. Termasuk pengelolaan pendidikan terpadu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di kampusnya bertujuan menunjang kualitas pembelajaran bagi para mahasiswa dan dosen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved