Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Indonesia Kejar Ketertinggalan Literasi Sains dengan Kolaborasi

Mesakh Ananta Dachi
19/10/2022 05:21
Indonesia Kejar Ketertinggalan Literasi Sains dengan Kolaborasi
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi Hilmar Farid(MI/Mesakh Ananta Dachi)

PROGRAMME for International Student Assessment (PISA) pada riset 2018 menempatkan siswa Indonesia pada peringkat 69 dari 77 negara partisipan dalam tingkat literasi pemahaman sains dan peringkat 71 dari 76 negara partisipan dalam tingkat literasi bacaan. 

Peringkat yang rendah itu memaksa para stakeholder untuk terus berkolaborasi dan berinovasi untuk meningkatkan tingkat literasi sains yang rendah.

Sejalan dengan itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengungkapkan perubahan peringkat tersebut adalah sebuah tugas generasi. Oleh karena itu diperlukannya kerja sama yang besar.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Pastikan Penggunaan Baju Adat Sebagai Seragam Sekolah bukan Paksaan 

“Mengejar peringkat itu tidak bisa dalam semalam, ini adalah urusan generasi. Satu generasi ini yang sedini mungkin mengenal prinsip (sains). Maka, kita harapkan dia akan meneruskan. Jadi, perubahannya tidak akan datang dalam semalam, namun, langkah langkah seperti ini bisa membangun fondasi,” ujar Hilmar dalam Festival Film Sains, di Goethe Institut, Selasa (18/10).

Lebih lanjut, Hilmar juga menekankan pentingnya kolaborasi antara institusi pendidikan dan orangtua dalam memperkenalkan dunia sains yang lebih relevan terhadap anak didik.

“Ketika sains dianggap sebagai sesuatu yang abstrak dan jauh dari kehidupan sehari hari, daya tariknya akan berkurang, sementara tidak ada di dunia ini yang tidak berkaitan dengan sains. Karena terkadang yang diajarkan itu, jaraknya terlalu jauh jadi orangtua tidak bisa merasakan itu. Yang paling ideal itu, kalau orangtua bisa terlibat. Dan ini, tantangannya tidak kecil,” ungkap Hilmar.

Sebelumnya, dalam laporan Media Indonesia pada 25 Juli 2018 mengenai alasan skor PISA Indonesia yang rendah, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan (Puspendik) saat itu, Muhammad Abduh menjelaskan bahwa skor PISA Indonesia yang rendah disebabkan oleh tingkat High Order Thinking Skill (HOTS) para anak didik Indonesia tergolong rendah.

“Soal soal HOTS umumnya panjang. Tujuannya, untuk mengukur kemampuan literasi para murid. Berdasarkan penilaian PISA, literasi siswa Indonesia masih rendah. Literasi rendah karena siswa malas membaca soal panjang,” ujar Abduh. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya