Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Napak Tilas Gunung Kawi Awali Ajang Temu Seni Tari di Bali 

Mediaindonesia.com
20/7/2022 19:46
Napak Tilas Gunung Kawi Awali Ajang Temu Seni Tari di Bali 
Koreografer muda peserta Temu Seni Tari di Bali menjalani Napak Tilas Gunung Kawi(Dok. Kemendikbudristek)

RANGKAIAN awal program Temu Seni Tari di Bali menghelat Napak Tilas dan Sarasehan tentang situs cagar budaya Gunung Kawi yang memberikan kesempatan baik bagi 18 koreografer peserta Temu Seni Tari di Bali untuk menyaksikan, mengenal dan memahami tentang sejarah, seni dan budaya Gunung Kawi. 

Peserta Temu Seni juga memulai sesi Laboratorium Seni dimana dipraktikkan secara organik dan terbuka serta mengangkat tema sesuai dengan apa yang dipilih melalui kesepakatan bersama melalui diskusi-diskusi terfokus.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Temu Seni yang berlangsung di kota Ubud, Gianyar. Bali pada 18-24 Juli 2022. 

Sebanyak 18 koreografer muda yang memiliki beragam latar genre dan berasal dari berbagai tempat di Indonesia hadir di Ubud untuk turut serta dalam Temu Seni, sebuah ajang silaturahmi, apresiasi dan jejaring seni tari sekaligus memperkenalkan dan menambah gaung Indonesia Bertutur 2022 di daerah cagar budaya di Indonesia.

Kegiatan Temu Seni merupakan salah satu rangkaian dari Festival Mega Event Indonesia Bertutur 2022 yang dihelat menjadi bagian dari perhelatan akbar Pertemuan Menteri-Menteri Kebudayaan G20 (G20 Ministerial Meeting on Culture), dimana akan dilaksanakan di Kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada September mendatang.

Kurator seni rupa dan narasumber Temu Seni, I Made Susanta Dwitanaya menyampaikan, Napak Tilas Gunung Kawi dirancang untuk mengajak koreografer muda mengenal bentuk, nama dan fungsi candi-candi yang ada di situs ini, sehingga mereka bisa meyerap vibrasi dan rasa dari masa lampau yang bisa menjadi sumber kekaryaan mereka. 

"Sesaat setelah napak tilas, saya melihat beberapa peserta bahkan sudah mulai bisa menari dan mengolah tubuh mereka di Candi Lima, sepertinya vibrasi dan suasana hening di Gunung Kawi benar-benar menginsiprasi mereka," ujarnya.

Sementara itu sastrawan dan narasumber Temu Seni, Ketut Eriadi Ariana dalam sesi Sarasehan memaparkan, sebagai sebuah cagar budaya, Gunung Kawi memiliki derajat yang tinggi karena ditetapkan juga oleh United Nations Educational, Scientif and Cultural Organization (UNESCO) sebagai “World Heritage”. 

Terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Pakerisan, Gianyar, Bali, Gunung Kawi adalah situs suci yang sangat penting bagi peradaban dan budaya Bali, menjadi inspirasi lahirnya karya sastra di Bali. Karena kompleks candi ini gambaran refleksi filosofi bahwa air memiliki keselarasan dalam konteks rohani dan keilmuan, mengalir dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, menjadi tumpuan dalam membangun gagasan kreatif.

Narasumber lain yang juga merupakan sastrawan dan peneliti, Ni Made Ari Dwijayanthi mengungkapkan, baginya, Gunung Kawi lebih dari sekedar sebuah pura atau candi. Ia juga adalah bagian dari hidupnya sejak kecil. 

"Keluarga kami memiliki kios kecil di sepetak lahan persawahan warisan leluhur di sekitar Pura Gunung Kawi, dan kami juga bagian dari warga Krama Pangempon Pura Gunung Kawi dengan tugas utama menjaga dan melanjutkan setiap ritual di dalam situs Pura Gunung Kawi," katanya.

Baca juga : Jadi Tuan Rumah, Indonesia Targetkan 8 Medali di IOI 2022

Dwijayanthi menuturkan, sama seperti situs-situs bersejarah lainnya di Bali, Gunung Kawi tidak hanya tempat suci, tapi juga sumber penghidupan. Karena fungsi utama sebuah situs sejarah di Bali adalah tempat suci, tempat manusia Bali merayakan momentum penghayatan spiritualitas dan tempat belajar mengenali diri dan kehidupan.

Fasilitator Temu Seni Tari, Joned Suryatmoko memaparkan, setelah mendengar cerita dan menyerap energi Gunung Kawi, peserta akan memulai sesi laboratorium pertama. 

"Sebagai langkah awal, dengan mengenal Gunung Kawi secara fisik, secara artistik, Mereka bisa mulai kegiatan berbagi metode penciptaan satu sama lain, sehingga semakin ada gambaran kolaborasi apa yang akan mereka sajikan di akhir di sesi-sesi laboratorium berikutnya," ujarnya. 

Krisna Satya, peserta Temu Seni Tari yang berasal dari Bali mengungkapkan, sebagai orang Bali, kunjungan saya kali ini ke Gunung Kawi sangat berbeda dengan sebelumnya. 

"Hari ini, layaknya sebuah situs pertapaan, Gunung Kawi seolah memberi asupan energi yang memungkinkan saya menemukan ruang-ruang eksplorasi, yang menurut saya bisa mewujud menjadi sebuah ide koreografi di akhir Temu Seni Tari<' tuturnya.

Sementara itu, Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022 Melati Suryodarmo menjelaskan, ajang Temu Seni menuju festival mega event Indonesia Bertutur 2022 Temu Seni Tari diadakan dengan mengacu pada kerangka besar Indonesia Bertutur yaitu “Mengalami masa lampau, menumbuhkan masa depan”. 

Dilaksanakan selama seminggu, acara itu berkerangka laboratorium dimana berbagai gagasan dan praktik tari dan koreografi akan dipertemukan, diuji dan dipresentasikan. Pada kerangka ini pengalaman akan masa lampau tidak hanya ditengok ulang lewat situs cagar budaya, namun juga dipertemukan dengan perspektif dan tubuh kekinian. 

"Harapannya, laboratorium ini bisa mengenali kaitan dan keberlanjutan yang lampau dan yang akan datang lewat praktik-praktik ketubuhan dalam tari dan koreografi," ujarnya.

Temu Seni dengan tema Tari yang dilaksanakan di Bali melibatkan 18 peserta dari berbagai provinsi, 2 fasilitator, yaitu peneliti dan kurator seni pertunjukan, Helly Minarti dan seniman teater dan penulis, Joned Suryatmoko, serta 6 narasumber; kurator dan pendidik seni rupa, I Made Susanta Dwitanaya, sastrawan dan dosen, I Ketut Eriadi Ariana, sastrawan dan peneliti, Ni Made Ari Dwijayanthi, sastrawan dan penulis, Carma Citrawati, pengajar dan ahli gizi, I Putu Suiraoka dan penari senior, I Ketut Rina. 

Ajang Temu Seni Tari di Bali ini terwujud bekerja sama dengan komunitas Teater Kalangan yang berperan penting untuk merancang program dan pelaksanaan acara. Teater Kalangan merupakan kolektif lintas disiplin pertunjukan yang berbasis di Denpasar, Bali, beranggotakan insan dari berbagai lintas disiplin ilmu.

18 koreografer muda Indonesia yang turut serta dalam Temu Seni antara lain; Alisa Soelaeman, Angelina Ayuni Praise, Ayu Anantha Putri, Ayu Permata Sari, Bhatara Swargaloka, Eka Wahyuni, Ela Mutiara Jaya Waluya, Gede Agus Krisna Dwipayana, I Komang Adi Pranata, I Nyoman Krisna Satya Utama, I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra, Kurniadi Ilham, Mekratingrum Hapsari, Pebri Irawan, Puri Senjani Apriliani, Razan Wirjosandjojo dan Yezyuruni Forinti. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya