Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Sejumlah Negara Kembangkan Vaksin BCG Intravena untuk TB

Atalya Puspa
24/9/2021 21:58
Sejumlah Negara Kembangkan Vaksin BCG Intravena untuk TB
Petugas kesehatan bersiap menyuntikkan vaksin BCG kepada anak(Antara/Ampelsa)

TUBERCULOSIS (TB) merupakan penyakit endemis Indonesia dan menyerang sebanyak 784 ribu orang pertahun. Namun demikian, pengembangan vaksin untuk pencegahan TB masih jalan di tempat. 

Dokter Spesialis Paru dari RSUP Persahabatan Erlina Burhan mengungkapkan, saat ini memang ada vaksin BCG yang diperuntukkan bagi anak-anak dan orang dewasa untuk mencegah TB. Namun demikian, vaksin tersebut masih belum efektif untuk mencegah timbulnya penyakit. 

Saat ini sendiri, Erlina mengungkapkan sejumlah negara tengah mengembangkan vaksin BCG intravena yang dapat mengurangi risiko infeksi TB hingga 10 kali lipat. 

"Penelitian ini masih pada monyet dan dikatakan dapat mengurangi risiko infeksi hingga 10 kali lipat. Mudah-mudahan secepatnya bisa diuji coba ke manusia," kata Erlina dalam Webinar Peringatan Hari Paru Sedunia, Jumat (24/9). 

Sejumlah negara yang melakukan penelitian vaksin BCG intravena ialah Jepang, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Platform yang digunakan dalam vaksin tersebut ialah vaksin hidup.

Baca juga : Data Klaster Covid-19 Sekolah Kurang Akurat, Kemendikbud-Ristek Jajaki PeduliLindungi

"Vaksin ini sudah 5 tahun pengembangan tapi belum ada hasilnya. Penelitian untuk vaksin TB memang lama sekali. Saya juga heran. Mungkin karena pasien TB tidak meninggal secepat pasien covid-19," ucap Erlina. 

"Tapi kita tunggu saja mudah-mudahan segera ada penelitian ke manusia seperti vaksin covid-19 sehingga TB tidak menjadi masalah ke depannya," pungkas Erlina.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto mengungkapkan, terdapat sejumlah penyakit pernapasan yang sangat berpengaruh besar pada kesehatan, yakni infeksi saluran napas bawah akut, TB, kanker paru, dan asma.

"Faktor risiko terjadinya penyakit paru kronik adalah paparan asap rokok," ucap dia. 

Untuk itu, diharapkan masyarakat memiliki kesadaran tinggi dalam menjaga kesehatan parunya demi menjaga produktivitas. 

"Penyakit paru diperkirakan bertanggung jawab terhadap lebih dari 10% hilangnya waktu dan produktivitas seseorang, yang diukur melalui satuan disability life years (DALYs)," pungkas dia. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya