Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Bone Mineral Density Ungkap Risiko Osteoporosis

MI
09/12/2020 02:55
Bone Mineral Density Ungkap Risiko Osteoporosis
Seorang dokter sedang memeriksa kaki pasien(123RF)

OSTEOPOROSIS atau pengeroposan tulang yang banyak dialami kaum perempuan tidak bergejala. Beberapa cirinya ialah patah tulang, badan makin bungkuk, dan tinggi badan berkurang.

Namun, ada satu cara untuk mengetahui risiko osteoporosis itu, yaitu melalui pemeriksaan kepadatan mineral tulang (bone mineral density/BMD).

“Mengukur BMD memungkinkan untuk memprediksi risiko patah tulang. Namun, penting untuk diingat bahwa tes BMD tidak dapat memprediksi dengan pasti kapan dimulainya proses patah tulang itu terjadi,” kata dokter RM Suryo Anggoro Kusumo Wibowo SpPD dari RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam webinar bertajuk Pengeroposan Vs Pengapuran Tulang: Apa Bedanya? Rabu (25/11).

Suryo menerangkan pemeriksaan BMD sangat penting dan perlu dilakukan pada wanita terutama setelah mengalami masa menopause, lakilaki yang berusia di atas 70 tahun, orang dengan penyakit tertentu, pengguna obat yang dapat menimbulkan osteoporosis, dan konsumsi obat osteoporosis.

Baca juga: Olahraga 30 Menit Setiap Hari dan Nutrisi Tepat Cegah Osteoporosis

“Pemeriksaan ini harus dilakukan satu hingga dua tahun sekali,” sahut Suryo.

Osteoporosis biasanya terjadi karena puncak massa tulang rendah, seperti berat badan yang rendah, dan kurang aktivitas fisik di usia muda. Osteoporosis juga muncul akibat kekurangan kalsium, vitamin D, dan protein. “Biasanya disebabkan oleh penuaan. Semakin lanjut usia maka kepadatan tulang juga semakin berkurang,” jelasnya.

Pada perempuan, imbuhnya, penurunan kadar hormon estrogen ketika menopause jadi salah satu penyebab timbulnya osteoporosis.

“Beberapa penyebab lain osteoporosis adalah faktor keturunan, berat badan rendah, gangguan hormonal, kekurangan kalsium, gaya hidup merokok dan kurang olahraga, gangguan metabolisme, hingga trauma pada tulang belakang,” urai Suryo.

Menurutnya, osteoporosis dan osteoartritis ialah dua penyakit tulang yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menyebabkan nyeri sendi.

Baca juga: Osteoporosis, Silent Epidemi yang Terabaikan

Osteoporosis merupakan keropos tulang sehingga mudah patah. Osteoartritis merupakan pengapuran yang terjadi akibat kerusakan pada tulang rawan sendi atau bantalan sendi.

Dokter mendiagnosis osteoartritis dengan memeriksa informasi riwayat medis, gejala, dan bagaimana rasa sakit memengaruhi aktivitas. Kemudian, dokter akan mengecek rontgen atau MRI untuk bisa mengetahui separah apa kerusakan sendi atau tulang yang terjadi.

“Pengobatannya dengan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan, olahraga, mengurangi beban ke lutut, atau obat. Tak jarang dilakukan fisioterapi, penggunaan alat bantu, hingga opsi pembedahan,” ujar Suryo. (Wan/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya