Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
PERINGATAN Hari Anak Nasional (HAN) tahun ini berbeda seiring dengan adaptasi kebiasaan baru yang diterapkan selama pandemi covid-19 di Indonesia. Hal ini yang juga dirasakan akibatnya oleh anak-anak.
Anak-anak menjadi kurang kesempatan untuk bermain dan belajar secara bebas, kurang dapat bersosialisasi bersama teman-temannya. Di sisi lain, mereka menerima beban aktivitas sekolah dari rumah secara daring sehingga lebih banyak memainkan gawai.
Dokter spesialis anak RSUI Annisa Rahmania Yulman mengingatkan orangtua tetap harus membatasi screen time anak dan membuat mereka tetap aktif selama masa adaptasi dan pandemi ini.
"Penggunaan gawai harus bijak walaupun sekolah pun juga menggunakan (gawai). Orangtua harus mempunyai dalih dan strategi untuk mengatur screen time anak," kata Annisa dalam siaran pers RSUI, Kamis (23/7).
Dia mengatakan, waktu maksimal paparan layar untuk anak 0-1 tahun nol artinya tidak boleh ada screen time pada anak di usia itu. Sedangkan untuk anak di atas usia 1-2 tahun, orang dewasa harus selalu mendampingi anak-anak dalam memanfaatkan gawainya.
Orangtua juga harus memahami beberapa tanda-tanda anak yang adiksi gawai seperti anak sulit konsentrasi, mudah tantrum, dan sejenisnya.
Baca juga: Yuk Dengarkan Ide Permainan dari Anak
Annisa mengatakan, walaupun anak di rumah saja, mereka juga tetap harus aktif bergerak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan mereka berlangsung dengan optimal.
"Sedentary lifestyle harus dihindari, harus istirahat cukup walaupun di rumah aja," ujarnya.
Dalam sehari, anak usia 0-1 tahun dianjurkan melakukan minimal selama 30 menit aktivitas fisik dan 180 menit anak umur 1-4 tahun. Tentunya, intensitas beratnya aktivitas untuk anak usia 1-2 tahun dan 3-4 tahun berbeda.
Mila Sri Wardani dari bagian pediatrik RSUI mengatakan, pergerakan anak mencakup motorik kasar dan halus tetap harus terpenuhi selama masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru saat ini.
Orangtua perlu menciptakan permainan yang menyenangkan dan mempertimbangkan pergerakan motoriknya serta memperhatikan protokol kesehatan selama bermain bersama anak.
Menurut dia, anak-anak yang masa pandemi banyak kehilangan waktu bermain di luar rumah, perlu dibantu untuk bermain di dalam rumah. Orang dewasa perlu meningkatkan kreativitasnya sehingga walaupun anak terpaksa bermain dalam rumah, tidak mengalami kebosanan.
Kepala Seksi Rawat Inap RSUI Nur Akbar mengingatkan, selain kesehatan, keceriaan anak juga harus dipertahankan dengan memainkan permainan yang menyenangkan salah satunya dengan terlibat dalam imajinasi anak selama permainan, memainkan permainan bersama anak dengan memperhatikan umur serta menjaga anak tetap aktif.(OL-5)
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Melatonin merupakan hormon yang bikin mengantuk hingga seseorang akhirnya bisa tertidur.
Kondisi ini dikenal sebagai gadget neck, yaitu nyeri yang muncul karena posisi kepala menunduk terlalu lama, seperti saat menatap layar ponsel atau laptop.
Autisme virtual menyebabkan anak mengalami kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif, dan perilaku yang tidak lazim.
PP Tunas tidak melarang penggunaan gawai. Namun, PP mengatur produk, layanan, dan fitur (PLF) yang diakses anak harus sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Masyarakat harus selalu waspada serta selalu menjaga pola hidup sehat bersih (PHBS).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved