Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
KEMUNCULAN ikan napoleon (Cheilinus undulatus) di kawasan konservasi perairan Pekanbaru disebut merupakan indikasi kondisi terumbu karang di kawasan tersebut membaik.
Hal itu disampaikan Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Aryo Hanggono. Kemunculan salah satu raksasa penjaga karang ini mengindikasikan kondisi kesehatan terumbu karang perairan di Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) TWP Pieh dan laut di sekitarnya membaik.
"Ikan napoleon termasuk ikan karang berukuran besar. Sepanjang hidupnya, selalu berasosiasi dengan terumbu karang atau di habitat-habitat yang berdekatan terumbu karang," ujar Aryo, Kamis (2/7).
Aryo menambahkan, sebagai aset wisata bahari, ikan napoleon termasuk jenis yang dilindungi secara terbatas melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 37 Tahun 2018 dan termasuk dalam daftar apendiks II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
"Melalui monitoring rutin, kondisi ekosistem dan biota laut yang ada dalam kawasan konservasi diharapkan dapat diketahui secara berkala sehingga ada atau tidaknya dampak akibat tekanan dari pemanfaatan terhadap sumber daya tersebut juga dapat diketahui," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru Fajar Kurniawan menjelaskan monitoring biofisik TWP Pieh merupakan agenda rutin tiap tahun sebagai instrumen pengelolaan kawasan konservasi perairan demi mewujudkan sumber daya laut yang lestari dan berkelanjutan.
Baca juga: Merawat Terumbu Karang Melindungi Ekosistem
Selain itu, ujar dia, pelaksanaan monitoring biofisik di masa pandemi covid-19 dilaksanakan dengan menerapkan protokol normal baru. Berdasarkan data, pada 2019 tercatat tutupan karang TWP Pulau Pieh sebesar 39,45%, sedangkan beberapa tahun sebelumnya atau tepatnya pada 2015 tutupan karangnya sebesar 28,38%.
"Pengamatan terumbu karang ini dilakukan dengan menggunakan metode underwater photo transect (UPT) atau transek foto bawah air. Sedangkan pengamatan ikan karang dilakukan pada setiap titik transek permanen dengan menggunakan metode underwater fish visual census (UVC)," tutur Fajar.
Lebih lanjut, Fajar menjelaskan lokasi monitoring biofisik pada 2020 difokuskan di 14 titik pengamatan yang tersebar di sekitar perairan Pulau Air, Pulau Pieh, Pulau Bando, Pulau Pandan dan Pulau Toran.
Selama kegiatan monitoring, tim berhasil menjumpai salah satu biota laut yang dilindungi yaitu Ikan napoleon.(OL-5)
Terumbu karang berbahan terak yang telah disebarkan telah sukses menjadi rumah bagi pertumbuhan karang alami sedikitnya 1,3 hingga 8,65 cm.
Pupuk Kaltim memperkuat upaya pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, melalui program konservasi terumbu karang serta konservasi tanaman mangrove.
Modul paranje, yang berbentuk seperti kurangan ayam, merupakan kolokasi habitat (sharing) atau tempat hidup bersama ikan dan karang.
Peristiwa pemutihan karang global keempat sejak 1998 kini berdampak pada 84% terumbu karang dunia, menjadikannya yang paling parah dalam sejarah.
Upaya menjaga kelestarian kawasan konservasi Gili Matra ini tidak hanya bergantung pada masyarakat setempat, tetapi juga hasil dari sinergi dengan berbagai pihak, termasuk BRI.
Pembuatan paranje transplantasi terumbu karang ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk memulihkan dan melestarikan ekosistem laut.
Pemerintah Indonesia memperkuat komitmennya dalam mencapai target konservasi laut 30% atau sekitar 97,5 juta hektare dari total wilayah laut nasional pada tahun 2045.
Konservasi spesies laut dilindungi juga menjadi titik fokus kegiatan WWF-Indonesia dengan berkontribusi dalam penyusunan rencana tata ruang laut (RZ KSN/KSNT) di 11 lokasi.
YKAN, sejak 2014, berfokus pada pelestarian alam dan kolaborasi dengan masyarakat lokal. Salah satu contohnya adalah sistem sasi.
Pada 23-25 April 2024, berlangsung pertemuan teknis ketiga mengenai pengaturan pelaksana wilayah tumpang tindih yurisdiksi ZEE dan LK Republik Indonesia-Vietnam, di Ha Noi, Vietnam.
Ia mengatakan menjaga mangrove ini sangat penting untuk satu wilayah untuk mencegah ambrasi.
Populasi hiu tikus telah mengalami penurunan sebesar 80% dan hal ini disebabkan karena adanya praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved