Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Joko Anwar Akui Butuh 17 Tahun dalam Mematangkan Skenario Film Pengepungan di Bukit Duri

 Gana Buana
31/1/2025 13:49
Joko Anwar Akui Butuh 17 Tahun dalam Mematangkan Skenario Film Pengepungan di Bukit Duri
Film Pengepungan di Bukit Duri(MI/Muhammad Ghifari)

JOKO Anwar kembali mengguncang industri perfilman Indonesia dengan karya terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri, yang dijadwalkan tayang pada 17 April 2025.

Film ini bukan sekadar proyek biasa bagi Joko—melainkan buah dari 17 tahun perjalanan dan kegelisahan mendalamnya terhadap isu sosial di Indonesia, khususnya kesejahteraan guru.

Dalam konferensi pers di Plaza Senayan, Kamis (30/1), Joko mengungkapkan bahwa inspirasi utama film ini berasal dari keresahannya terhadap minimnya keteladanan di tingkat pemimpin, serta nasib guru yang semakin terpinggirkan.

“Hal yang paling besar yang aku alami sekarang di Indonesia adalah ketidakadaan keteladanan dari siapapun di atas, yang seharusnya menjadi panutan. Kemudian, saya mulai berpikir, siapa sosok yang paling dekat dengan kita, yang seharusnya menjadi teladan? Jawabannya adalah guru. Kita menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah dibanding di rumah,” ujar Joko.

Tak hanya soal keteladanan, ia juga menyoroti kurangnya minat generasi muda untuk menjadi guru serta anggaran pendidikan yang terus tergerus.

"Pada 2015, saya sempat yakin bahwa semuanya akan membaik. Tapi ternyata tidak. Anggaran untuk guru justru dipotong hingga 50 triliun rupiah. Berapa banyak orang yang masih bercita-cita menjadi guru? Kalau minatnya rendah, pasti ada yang salah,” tambahnya.

Namun, tantangan terbesar bagi Joko bukan hanya soal tema besar yang diangkat, tetapi juga dalam mencari pemeran yang tepat. Ia mengakui bahwa proses casting untuk film ini adalah yang paling sulit sepanjang kariernya. 

“Karakter-karakter dalam film ini sangat berlapis, tidak hitam-putih. Butuh berbulan-bulan untuk menemukan aktor yang bisa menghadirkan kedalaman emosi yang dibutuhkan,” ungkapnya.

Menariknya, skenario Pengepungan di Bukit Duri sudah ditulis sejak 2007, tetapi Joko baru merasa cukup dewasa dan siap untuk mewujudkannya sekarang.

Film ini mengambil latar sebuah sekolah yang berada di tengah gejolak sosial dan diskriminasi rasial yang memanas. Kisahnya berfokus pada Edwin, seorang guru di SMA Duri yang berusaha menemukan keponakannya dan malah terjebak dalam situasi hidup dan mati.

Dengan premis yang kuat, isu yang relevan, serta perjuangan panjang di balik pembuatannya, Pengepungan di Bukit Duribukan sekadar film, melainkan refleksi sosial yang tajam. Kini, publik tinggal menunggu apakah karya ini akan menjadi salah satu tonggak penting dalam perfilman Indonesia. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya