Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

11 Fakta Film ke-11 Joko Anwar, Pengepungan di Bukit Duri

Fathurrozak
22/10/2024 17:31
11 Fakta Film ke-11 Joko Anwar, Pengepungan di Bukit Duri
Film Pengepungan di Bukit Duri(MI/Fathurrozak)

SUTRADARA Joko Anwar mengumumkan film panjang ke-11nya, Pengepungan di Bukit Duri (The Siege at Thorn High). Berikut 11 fakta film panjang ke-11 Joko Anwar.

1. Skenario Film Terlama Joko Anwar

Skenario film Pengepungan di Bukit Duri sudah ditulis Joko Anwar sejak 2007. Namun, filmnya baru diproduksi pada 2024 atau berselang 17 tahun. Joko Anwar mengatakan butuh waktu panjang untuk bisa memproduksinya karena ia memerlukan kedewasaan dan kematangan baik secara teknis dan pemikiran.

“Saya merasa film ini butuh kematangan sebagai sineas untuk membuatnya. Menunggu 17 tahun. Setelah 17 tahun, dengan menajamkan skenario, saya rasa sudah cukup dewasa untuk membuat film ini. Meski ketika menonton akan mendapat sesuatu yang menghibur dari karakter, cerita, dan plot tapi di baliknya ada isu penting,” kata Joko Anwar saat konferensi pers pengumuman film Pengepungan di Bukit Duri di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin, (21/10).

2. Film Non-horor sejak 6 Tahun Terakhir

Beberapa tahun belakang, Joko Anwar begitu rajin menggarap film bergenre horor. Mulai dari Pengabdi Setan (2017), lalu Perempuan Tanah Jahanam (2019), Pengabdi Setan 2 (2022), dan Siksa Kubur (2024). Terakhir Joko menyutradarai film non-horor adalah Gundala (2019). Ini menjadi film no-horor pertamanya sejak enam tahun terakhir. Pengepungan di Bukit Duri bergenre aksi-thriller.

3. Bekerja Sama dengan Studio Hollywood

Pengepungan di Bukit Duri menjadi kolaborasi Joko Anwar, Tia Hasibuan dan rumah produksi mereka, Come and See Pictures dengan studio Hollywood, Amazon MGM Studios. Amazon MGM Studios adalah perusahaan hiburan yang berfokus pada produksi dan distribusi global konten film dan televisi. 

Serial orisinal ditayangkan perdana di Prime Video, sementara film-film orisinal diproduksi dan diakuisisi oleh studio untuk rilis di bioskop dan eksklusif untuk Prime Video. Amazon MGM Studios juga memproduksi konten untuk MGM+, jaringan televisi berbayar premium, dan Freevee, layanan streaming gratis premium Amazon.

MGM sendiri diakuisi oleh Amazon pada Maret 2022, dengan nilai kesepakatan $8,5 miliar.

4. Film Kedua Produksi Come and See Pictures

Setelah kesuksesan Siksa Kubur yang didapuk sebagai film debut Come and See Pictures, Pengepungan di Bukit Duri menjadi film panjang kedua mereka. Siksa Kubur sukses mendapat 4 juta penonton saat tayang pada masa lebaran tahun ini, dan berhasil mendapat 17 nominasi. Sebenarnya, Come and See Pictures telah memproduksi film sejak Pengabdi Setan 2, namun ketika itu film tersebut masih di bawah bendera rumah produksi Rapi Films.

5. Didominasi Para Aktor Muda

Film ini dibintangi oleh Morgan Oey dan Hana Malasan. Sementara, sisanya, para aktor didominasi oleh para generasi yang lebih muda. Mereka adalah Omara Esteghlal, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Farandika, Raihan Khan, Sheila Kusnadi, Millo Taslim, dan Bima Azriel. 

6. Film dengan Para Karakter Remaja Pertama

Pengepungan di Bukit Duri merupakan film dengan para karakter remaja pertama Joko Anwar. Mengikuti kisah para remaja siswa SMA Duri, sebuah sekolah yang berisi para siswa bermasalah. Film ini juga akan menampilkan adegan kekerasan namun Joko menggarisbawahi tidak untuk mengglorifikasinya.

“Di film ini, saya selalu merasa, berada di usia remaja sangat menentukan penerus bangsa itu seperti apa. Betul-betul sebagai gelas kosong, yang nanti akan diisinya oleh apa. Akar dari masa depan Indonesia mau lebih suram atau lebih cerah, menuju generasi generasi emas atau cemas, bergantung pada perlakuan orang dewasa ke remaja,” kata Joko Anwar.

Apakah remaja memang bermasalah atau akarnya dari orang-orang dewasa? Dengan kata lain, rakyat bermasalah apakah akarnya dari penguasa?” Lanjut Joko Anwar.

7. Kolaborasi Perdana Joko Anwar dan Morgan Oey

Meski telah sama-sama berkarier lama di industri film, ini menjadi pertama kalinya sutradara Joko Anwar dan aktor Morgan Oey bekerja sama. Morgan berperan sebagai Edwin, pemeran utama  di film ini. Seorang guru pengganti SMA yang sering bergonta-ganti sekolah untuk mencari seseorang.

8. Audisi Aktor 4 Bulan dan Libatkan Puluhan Aktor untuk Satu Tokoh

Menurut Joko Anwar, film ini membutuhkan proses casting paling lama dari film-film sebelumnya. Setidaknya, Joko memakan waktu empat bulan hanya untuk casting. Sementara, untuk satu karakternya, casting dilakukan hingga ke 20-an lebih aktor.

“Karena karakter susah, ini remaja. Sejauh ini film yang kami produksi adalah film dengan karakter dewasa, jarang ada karakter remajanya. Salah satu tantangannya di situ, karena tidak pernah syuting dengan remaja. Jadi pekerjaan rumahnya dua kali lipat untuk mengumpulkan cast,” terang produser Pengepungan di Bukit Duri, Tia Hasibuan.

9. Makna Duri di Judul Pengepungan di Bukit Duri

Kata duri di judul film Pengepungan di Bukit Duri memiliki kiasan. Joko Anwar menjelaskan, duri memiliki dua fungsi. 

“Misal, duri yang dimiliki oleh tumbuhan, baik berupa tanaman atau buahnya. Itu pertama sebagai pelindung, satu lagi sebagai penjaga. Jadi menggambarkan anak-anak ini yang di SMA Duri situasinya seperti apa. Apakah mereka dianggap sebagai yang menyakitkan seperti duri atau malah pelindung bagi masyarakat. Jadi ada makna kiasan,” jelas Joko Anwar. 

10. Set Sekolah Dibangun Selama 2 Bulan di Bandung

Sekolah SMA di film ini dibangun dari nol. Mulanya, bangunan berupa gudang dan tanah kosong. Lokasi untuk set SMA Duri di film ini ditemukan di Bandung, dengan set di filmnya berada di Jakarta. Untuk membangunnya, kru membutuhkan waktu dua bulan.

11. Mengambil Latar Indonesia Tahun 2027

Film Pengepungan di Bukit Duri mengambil latar Indonesia tahun 2027, atau berselang tiga tahun dari sekarang. 

“Paling berat adalah visualisasikan negara pada tahun 2027 di film ini, yang berbeda dari Indonesia sekarang. Film ini menggambarkan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi dan tidak mungkin terjadi,” kata Joko Anwar. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya