Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Jessica Iskandar Pilih Gunakan Teknologi untuk Tekan Risiko Bayi Lahir dengan Kelainan Kromosom,

Basuki Eka Purnama
18/9/2024 11:57
Jessica Iskandar Pilih Gunakan Teknologi untuk Tekan Risiko Bayi Lahir dengan Kelainan Kromosom,
Jessica Iskandar(Instagram @inijedar)

KELAINAN kromosom adalah kondisi genetik yang terjadi akibat kesalahan dalam pembelahan sel selama proses pembentukan sperma atau sel telur. 

Akibatnya, bayi lahir dengan jumlah kromosom tak normal yang berisiko menyebabkan berbagai penyakit bawaan, seperti down syndrome. 

Untuk mengurangi risiko kelainan kromosom, Jessica Iskandar mengambil langkah terbaik ketika mengikuti program bayi tabung di Morula IVF Surabaya.

Baca juga : Bayi Tabung Idealnya Dilakukan Sebelum Istri Berusia 35 Tahun

Dokter obgyn Morula IVF Surabaya Benediktus Arifin, dalam acara seputar kehamilan di Surabaya, akhir pekan lalu, menjelaskan, kelainan kromosom dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada bayi, seperti keterlambatan perkembangan fisik, mental, serta cacat bawaan.

Beberapa jenis kelainan kromosom yang umum di antaranya, Down Syndrome (Trisomi 21). Bayi yang lahir dengan Down syndrome memiliki tiga salinan kromosom 21. 

"Mereka akan mengalami keterlambatan perkembangan intelektual dan fisik. Kelainan kromosom berikutnya yaitu Sindrom Turner," ujar pria yang akrab dipanggil Benny itu.

Baca juga : Inovasi Pemasaran, Momogi Rangkul Anak Kalangan Selebritas

Kondisi ini terjadi pada perempuan dan disebabkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh kromosom X, yang menyebabkan kemandulan serta masalah pendengaran dan penglihatan.

Ketiga adalah kelainan kromosom yang disebut Sindrom Klinefelter (XXY). Sindrom ini terjadi pada pria yang memiliki kromosom X tambahan, menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan disfungsi seksual. 

Keempat adalah Trisomi 13 (Sindrom Patau) dengan kelainan yang menyebabkan cacat fisik dan intelektual berat serta kelainan organ seperti otak dan jantung.

Baca juga : Ternyata Ini Upaya Meghan Trainor Agar Hamil Anak Kedua

Faktor penyebab kelainan kromosom. Meski penyebab pastinya belum bisa ditentukan, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kelainan kromosom pada bayi. 

Pertama, usia ibu hamil. Perempuan yang hamil di usia 35 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan kelainan kromosom.

Kedua, paparan zat berbahaya. Konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, dan paparan zat kimia berbahaya selama kehamilan juga meningkatkan risiko kelainan kromosom.

Baca juga : Hamil Anak Kedua, Kesha Ratuliu Mengaku Lebih Jaga Makan

Mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom pada bayi

Walau tidak sepenuhnya dapat dicegah, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh calon orangtua untuk mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom. 

Benny menjelaskan, teknologi PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidies) adalah salah satu solusi untuk mendeteksi kelainan kromosom sebelum embrio ditanamkan ke rahim ibu. 

Dengan teknologi ini, embrio yang dihasilkan melalui proses bayi tabung diperiksa secara genetik untuk memastikan kromosomnya normal. Hal ini membantu mengurangi risiko keguguran dan meningkatkan peluang kelahiran bayi yang sehat.

Kedua, konsumsi asam folat sesuai dengan rekomendasi yaitu 400 mikrogram per hari. Asam folat sangat penting dalam perkembangan janin. Konsumsi makanan yang kaya asam folat, seperti sayuran hijau, sebelum dan selama kehamilan. 

Ketiga, menghindari rokok dan alkohol. Ibu hamil perlu menjauhi minuman alkohol dan merokok untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan cacat lahir.

Keempat, menjaga berat badan ideal. Perempuan dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi kehamilan dan kelainan kromosom. 

Pola makan sehat dan olahraga teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal. Kelima dengan pemeriksaan kehamilan rutin. 

Pemeriksaan kehamilan secara rutin memungkinkan deteksi dini terhadap risiko kelainan kromosom termasuk melalui Non Invasive Prenatal Testing (NIPT).  

"PGT-A sangat penting terutama bagi wanita yang berusia di atas 35 tahun atau yang memiliki riwayat kelainan kromosom dalam keluarga. Dengan teknologi ini, kita bisa memastikan embrio yang ditanamkan normal secara kromosom, sehingga peluang kehamilan yang sehat meningkat," ujarnya.

Jessica Iskandar menggunakan teknologi PGT-A dalam program bayi tabung. Bersama suaminya Vincent Verhaag, Jessica menjalani proses bayi tabung di Morula IVF Surabaya untuk memastikan embrio yang ditanamkan terhindar dari risiko kelainan kromosom.

Setelah beberapa kali gagal hamil secara alami, Jessica dan Vincent memilih teknologi PGT-A untuk meningkatkan peluang keberhasilan program kehamilan mereka. 

Dari lima embrio yang dihasilkan, satu embrio yang paling sehat dipilih dan berhasil ditanamkan, sementara yang lain disimpan untuk masa depan.

“Awalnya aku sempat was-was, tapi setelah dijelaskan dokter tentang prosesnya, aku yakin ini jalan yang tepat. Prosesnya tidak menyakitkan dan berjalan lancar,” ungkap Jessica tentang pengalaman menjalani IVF dengan PGT-A.

Menurut Kepala TRB Morula IVF Surabaya, dr Jimmy Yanuar Annas SpOG Subs F.E.R, teknologi PGT-A memungkinkan melakukan seleksi embrio terbaik yang terhindar dari risiko kelainan kromosom. 

"Ini memberi harapan baru bagi pasangan yang kesulitan memiliki anak," ujarnya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya