Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
SUTRADARA Hanung Bramantyo mengatakan nilai universal adalah salah satu hal penting dalam sebuah film.
"Film-film yang bagus, film-film yang banyak ditonton itu adalah film-film yang mencerminkan kehidupan dengan masalah yang universal, terlepas dari suku maupun daerah (latar dari film tersebut)," kata Hanung dalam jumpa pers secara virtual, dikutip Selasa (7/6).
Lebih lanjut, sutradara Ayat-ayat Cinta (2008) itu mengatakan, nilai tersebut bisa didapatkan melalui kedekatan cerita dengan penonton maupun pembuat filmnya.
Baca juga: Film 'Bias' Karya Hanung Bramantyo Tembus Lebih dari 1 Juta Views
Bagi Hanung, film harus bisa membuat keterkaitan (related) dengan penonton, masyarakat, dan budaya masyarakat, sehingga penonton akan merasa bisa terhubung dengan film yang ia tonton.
Maka dari itu, Hanung mengatakan penting bagi pembuat film dan seniman untuk peka akan lingkungan sekitarnya.
"Seniman, termasuk filmmaker, harus peka terhadap situasi sosial, perkembangan zaman, tema, dan isu sosial yang ada di sekitarnya. Buat saya, seorang filmmaker tidak boleh apolitis, asosial, dan ahistoris. Mereka harus peka melihat situasi," ujar sutradara Bumi Manusia (2019) itu.
Cerita yang dekat, bagi Hanung, adalah cerita yang apa adanya dan tidak perlu mengada-ada.
Selain itu, ia berpesan kepada para pembuat film muda untuk tidak terjebak pada stereotip -- baik untuk cerita maupun karakter-karakter di cerita tersebut.
"Karakter-karakter yang akan kita suguhkan, meskipun kita mengambil stereotyping, kita bisa bermain ke konfliknya -- bagaimana cara lakon utamanya menghadapi masalah. Jangan sampai kita terjebak dengan hal yang paling mudah, meskipun mungkin tanpa kita sadari kita melakukan hal tersebut (ketika membuat film)," jelas Hanung.
"Alam stereotyping itu memang sudah ada di bawah alam sadar kita menyusul tayangan-tayangan yang kita konsumsi, membuat kita menjadi malas mengeksplor. Sehingga, kita harus kreatif, karena itu adalah tuntutan kita sekarang seiring dengan adanya media sosial, gadget, dan lainnya," imbuhnya.
Kepada para pembuat film muda, sutradara Satria Dewa: Gatotkaca (2022) tersebut mengatakan tidak perlu ragu memulai membuat film, yang bisa dimulai dengan membuat film pendek terlebih dahulu.
Menurut Hanung, banyak sineas yang memulai perjalanan dan karier di dunia sinema melalui produksi film pendek.
"Banyak filmmaker di dunia mengawali (karier) dari film pendek. Namun, perlu diingat bahwa film pendek bukanlah jenjang karier. Film pendek itu seperti (wadah) kita curhat, itu medium yang sangat personal dan dekat dengan pembuatnya, dan tidak terlalu banyak aturan teknis," kata Hanung.
"Film pendek menjadi karya personal, yang dimana ketika kita punya kegelisahan bisa dituangkan ke sana. Buat saya, film pendek sekarang ini menjadi wahana yang cukup representatif untuk kita mengeluarkan gagasan dan membuat kita terus eksis dan profesional," pungkasnya. (Ant/OL-1).
Pria berusia 25 tahun tersebut meninggal dunia di salah satu penginapan di Jalan Maribaya, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Di tempat yang berbeda, beberapa teman Yura Yunita lainnya juga merayakan ulang tahunnya.
Miley Cyrus menjelaskan bahwa sejatinya para perempuan di usianya banyak yang mengenakan bikini dan sementara dirinya merasa nyaman mengenakan celana pendek.
Kemajuan teknologi juga dinilai Maudy Ayunda membuat sistem pendidikan jadi lebih mudah karena dapat digelar baik di dalam maupun luar kelas dengan berbagai jenis metode pembelajaran.
Citra Scholastika mengatakan ketertarikannya terhadap dunia tulis dimulai sejak menyadari bahwa kegiatan tersebut lebih menyenangkan dari sekadar membaca buku.
Jerome Kurnia mengungkapkan pesan yang selalu ia ingat, yang ia yakini berasal dari Paus atau ajaran Katolik.
Angga Dwimas Sasongko percaya bahwa cerita bermuatan lokal dan inovasi dengan cerita tersebut adalah kunci yang dibutuhkan untuk membuka pintu peluang perfilman nasional menembus global.
Saat audisi film Tinggal Meninggal, aktor Omara Esteghlal terlihat berbeda dengan kebiasaannya mengemut lemon, yang menurut Kristo Immanuel adalah tingkah laku yang tidak umum.
Kristo Immanuel dan Jessica Tjiu mengusung cerita yang lahir dari keresahan akan realitas sosial yang dibalut unsur komedi getir dan pakem penyutradaraan breaking the fourth wall.
Film Tinggal Meninggal produksi Imajinari tersebut akan tayang d bioskop mulai 14 Agustus.
Memproduksi film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu memberikan tantangan yang signifikan bagi Monty Tiwa.
Rizal Mantovani juga membangun nuansa horor melalui memori kolektif tentang sebuah imajinasi apa yang terjadi ketika sebuah televisi sudah tak menyala lagi di malam hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved