Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Geliat Industri Fesyen Dagadu di Tengah Penurunan Daya Beli Masyarakat

Ardi Teristi Hardi
26/4/2025 06:13
Geliat Industri Fesyen Dagadu di Tengah Penurunan Daya Beli Masyarakat
Ilustrasi(MI/ARDI TERISTI )

INDUSTRI kreatif fesyen di Yogyakarta terus bergeliat di tengah penurunan daya beli masyarakat. Dagadu, misalnya, merek fashion khas Yogyakarta, ini terus berinovasi sesuai zamannya agar tetap tetap dicintai konsumennya.

"Kami lihat tidak ada penurunan. Kami pada libur lebaran tahun ini masih sesuai target," terang CEO Dagadu, Mia Argianti, di sela-sela Peluncuran yang bertajuk “Crafted with Stories – Merangkai Jejak Menjahit Maknadi Monumen Serangan Oemoen 1 Maret, Malioboro, Kota Yogyakarta, Jumat (25/4).

Ia menyebut, hingga saat ini, penjualan Dagadu mayoritas masih dilakukan secara offline. Perbandingan penjualan offline dengan online adalah 80:20. Ia menyebut, saat ini Dagadu memiliki tujuh outlet di Yogyakarta dan 3 outlet di Jakarta.

"Mayoritas membeli langsung di outlet kami," terang dia.

Menurut dia, kreativitas dan inovasi yang menjadi kekuatan Dagadu tetap bertahan hingga saat ini. Contohnya, Dagadu hari ini menghadirkan koleksi terbaru yang memadukan identitas budaya dengan tren fesyen modern.

Dengan desain yang lebih fleksibel, Dagadu ingin memperluas jangkauan pasar dan menghadirkan koleksi yang dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan, dari kasual hingga semi-formal, tanpa kehilangan esensi budayanya.

Transformasi Dagadu, lanjut dia, adalah langkah penting untuk menjawab tantangan zaman agar Dagadu, dengan akar budaya kuat, tetap relevan di tengah arus tren global. 

"Kami percaya, nilai lokal tidak harus ketinggalan zaman. Justru, ketika dibalut dengan pendekatan desain yang lebih modern dan kontekstual, budaya bisa tampil lebih berani dan menyentuh audiens yang lebih luas," ungkap dia.

Disain yang dihadirkan Dagadu adalah hasil tim dalam permasalahan anak muda dan menyemangati generasi ini untuk tetap terus berkarya. Misalnya, narasi KPR menceritakan tentang “Beli rumah makin kesini makin jadi mimpi indah yang berat buat diwujudin! 

Di sisi lain, kita juga sedih lihat hutan ditebang habis-habisan demi lahan. Alam rusak, satwa kehilangan habitatnya. Kita susah punya rumah, mereka  kehilangan rumah.”

Selain itu, Dagadu juga berkolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya grup band Shaggydog. Lewat kolaborasi bertajuk “Manunggaling DAGADU lan Shaggydog”, Dagadu menelurkan 11 desain eksklusif yang memadukan semangat musik Shaggydog dengan sentuhan kreatif Dagadu.

Vokalis Shaggydog, Heru Wahyono menyebut, kolaborasi ini berhasil menciptakan produk yang merepresentasikan energi, kebersamaan, dan budaya urban khas Yogyakarta. “Kolaborasi DAGADU dan Shaggydog selalu membawa semangat kreatif dan kearifan lokal,” ungkap Heru. 

Dagadu dan Shaggydog sama-sama tumbuh di Yogyakarta dan memiliki akar budaya yang kuat. Kolaborasi ini mampu menunjukkan bahwa musik dan fesyen bisa menjadi media ekspresi yang terus berkembang, tetap relevan, dan dekat dengan masyarakat.(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya