Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Pelaku Usaha Heran, kok Bisa Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen?

Ihfa Firdausya
06/8/2025 08:31
Pelaku Usaha Heran, kok Bisa Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen?
Ilustrasi(Xinhua)

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun 2025 menjadi sebuah paradoks dari daya beli yang sedang menurun. Analis Kebijakan Ekonomi Apindo Ajib Hamdani menyoroti purchasing managers' index (PMI) sektor manufaktur yang mengalami konstraksi sepanjang kuartal.

April 2025 PMI Manufaktur tercatat sebesar 46,7 yang menjadi konstraksi paling dalam sejak 4 tahun terakhir. Mei 2025 mengalami peningkatan indeks menjadi 47,4. Kemudian pada Juni 2025 kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 46,9.

"Data konstraksi PMI Manufaktur ini juga relevan dengan potret di lapangan, terjadi fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya-nanya (rohana). Padahal daya beli dan konsumsi ini yang menjadi penopang signifikan pertumbuhan ekonomi," kata Ajib dalam keterangan yang diterima, Rabu (6/8).

Apindo menyebut angka pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,12% secara tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal II 2025 di luar prediksi para ekonom dan dunia usaha.

"Prediksi sebelumnya, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun 2025 hanya di kisaran 4,69%-4,81%," ungkap Ajib.

Secara siklus tahunan, katanya, kuartal kedua biasanya lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yang ditopang oleh belanja masyarakat dalam periode lebaran.

Sebagai perbandingan, kuartal pertama 2024 sebesar 5,11%, kemudian diikuti oleh pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sebesar 5,05%. "Sehingga dengan data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun 2025 sebesar 4,87%, para ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi cenderung lebih rendah lagi di kuartal kedua," tuturnya.

Namun dengan segala diskursus yang ada, lanjutnya, dunia usaha optimistis secara agregat tahun 2025 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai sesuai Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PEM-PPKF) yang ditetapkan oleh pemerintah.

"Pemerintah harus selalu menggandeng dunia usaha agar mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sustain dan eskalatif ke depannya. Kolaborasi inilah yang terus didorong melalui Indonesia Incorporated," tegasnya.

Di sisi lain, pemerintah menganggap fenomena rojali dan rohana justru tidak sesuai dengan data perekonomian. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mencontohkan sektor retail dan marketplace tumbuh 7,55% secara kuartalan.

Ia juga menyebut konsumsi dari masyarakat terlihat shifting ke belanja online. "Yang shift ke online salah satu contoh yang tumbuhnya tinggi adalah personal care dan kosmetik naik mendekati 17%, kemudian produk rumah tangga dan kantor itu juga Rp72,8 triliun, growth-nya adalah 29,38%," paparnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (6/8).

Ia juga memperlihatkan kinerja keuangan sektor retail yakni pabrik, minimarket, outlet di mall, yang pada semester I tumbuh masing-masing 4,99%, 6,85%, dan 12,87%.

"Ini menunjukkan bahwa terkait dengan isu rohana dan rojali, ini isu yang ditiup-tiup. Jadi faktanya berbeda, dan tentu ini yang harus kita lihat," ujar Airlangga.

"Kemudian kita juga bisa lihat dari segi core inflasi di angka 2,32 dan dibandingkan per provinsi kita lihat beberapa provinsi tinggi. Artinya masyarakat di tengah ketidakpastian global masih melakukan konsumsi secara kuat."

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya