Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PELEMAHAN daya beli masyarakat disebut masih akan mengintai dan menjadi momok bagi perekonomian Indonesia di tahun ini. Apalagi, di tahun ini tidak ada aktivitas seperti pemilu yang dapat mendongkrak aktivitas konsumsi masyarakat.
“Tahun 2025, dengan masih adanya PR berupa daya beli yang masih lemah di 2024 dan ada fakta bahwa tidak ada pendorong lagi (tidak ada gelaran pemilu dan pilkada), pemerintah akan sulit mendorong pertumbuhan ekonomi ke angka 5,2%. Harapan satu-satunya adalah memberikan booster terhadap daya beli melalui kebijakan yang pro kepada daya beli,” ujar ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda saat dihubungi, Rabu (5/2).
Dia menambahkan, program tiga juta rumah yang digagas pemerintah terbilang cukup menjanjikan untuk mengungkit peningkatan konsumsi rumah tangga dan geliat industri di sektor tertentu. Hanya, sejauh ini belum ada kejelasan mengenai sumber dana dan eksekusi program tersebut. Huda mengkhawatirkan program tersebut akan besar di level narasi semata, serupa dengan hilirisasi yang sejauh ini masih berkutat pada sedikit komoditas dan belum optimal memberi dampak pada perekonomian.
Adapun pada 2024, perekonomian Indonesia tercatat tumbuh 5,03%, lebih lambat dari 2023 yang mencapai 5,05%. Realisasi laju ekonomi di 2024 juga sejatinya terlampau jauh dari target dalam APBN 2024 yang dipatok di angka 5,2%.
Huda mengatakan, ekonomi 2024 banyak tertolong oleh konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang mampu tumbuh hingga 12,48% karena adanya pemilu. Itu juga diikuti dengan peningkatan konsumsi pemerintah yang tumbuh 6,61% akibat pemilu.
“Konsumsi rumah tangga masih belum tumbuh di atas 5%, yang menunjukkan daya beli melemah di tahun 2024. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tertahan di angka 4,94%. Lebih tinggi dibandingkan tahun 2023, namun masih belum bisa tumbuh 5%,” kata Huda.
“Secara sektoral, industri pengolahan kembali menunjukkan perlambatan dengan pertumbuhan hanya 4,43%. Tahun 2023, industri pengolahan mampu tumbuh di angka 4,64%. Industri pengolahan tidak pernah tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya.(M-2)
PEMERINTAH menargetkan mampu melakukan belanja di Desember 2024 sebesar Rp517,85 triliun agar alokasi belanja negara dalam APBN terpenuhi. Itu merupakan selisih realisasi belanja negara
Mesin utama pertumbuhan, yaitu konsumsi masyarakat, tumbuh melambat menjadi 4,91% secara tahunan pada kuartal ketiga 2024, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,93%.
KSSK mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir 2024 bisa mencapai 5,1%. Direktur Celios Nailul Huda pesimistis dengan angka tersebut.
Kondisi konsumsi rumah tangga saat ini dinilai berada dalam guncangan. Itu tergambar dari pertumbuhan kredit multiguna rumah tangga yang melambat.
Pemberlakuan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 diyakini akan memicu pelemahan ekonomi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved