Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menilai tren rombongan jarang beli alias Rojali dan rombongan hanya nanya alias Rohana yang tengah ramai dibicarakan, merupakan bentuk reaksi alami dari masyarakat yang tengah mengalami pelemahan daya beli. Dalam konferensi pers seusai Rapat Dewan Komisioner OJK di Jakarta pada Senin, Mahendra menjelaskan bahwa kecenderungan masyarakat untuk menunda konsumsi dan bersikap lebih selektif adalah hal yang wajar ketika kondisi ekonomi belum menunjukkan kepastian.
"Ketika situasi ekonomi menjadi kurang pasti seperti belakangan ini, wajar jika banyak pihak memilih untuk lebih berhati-hati sebelum mengambil keputusan," ujar Mahendra.
Ia juga menambahkan bahwa perilaku konsumen itu sejalan dengan sikap para pelaku usaha dan investor yang juga cenderung menahan diri di tengah ketidakpastian. Dalam kondisi seperti ini, seluruh pihak, baik produsen, investor, maupun konsumen, lebih memilih menunggu kepastian sebelum mengambil langkah ekonomi, seperti belanja atau investasi.
Kendati demikian, Mahendra menyampaikan keyakinannya bahwa seiring dengan membaiknya arah kebijakan ekonomi dan meredanya ketidakpastian global, pola konsumsi masyarakat akan kembali pulih secara bertahap. Ia menekankan pentingnya sinyal kepastian ekonomi agar masyarakat lebih percaya diri dalam mengambil keputusan konsumsi.
"Kalau kita lihat dari sisi konsumen, ini reaksi yang bisa dimaklumi. Namun, seiring munculnya kejelasan dan perbaikan kondisi, maka seperti halnya produsen dan investor, konsumen pun akan merasa lebih nyaman untuk kembali melakukan pembelian," tuturnya.
Sebagai informasi, istilah Rojali dan Rohana belakangan ini viral di media sosial sebagai bentuk sindiran terhadap menurunnya daya beli masyarakat. Rojali, singkatan dari Rombongan Jarang Beli, menggambarkan konsumen yang sering datang ke pusat perbelanjaan namun jarang melakukan pembelian. Sedangkan Rohana, atau Rombongan Hanya Nanya, merujuk pada mereka yang aktif bertanya seputar produk, mulai dari harga hingga promosi, namun tidak benar-benar membeli. (Ant/E-3)
Sering kali orang berperilaku seolah ingin membeli sesuatu sebagai strategi untuk membentuk citra diri sebagai konsumen berdaya beli di hadapan orang lain.
Di tengah kabar baik turunnya angka kemiskinan nasional, pemerintah kini menghadapi tantangan baru: daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
Meski begitu, fenomena ini justru membawa dampak positif bagi sektor makanan dan minuman (F&B), yang mengalami peningkatan pendapatan sebesar 5% hingga 10%.
Menurut Alphonzus, kecenderungan ini akan mereda jika daya beli masyarakat kembali meningkat.
FENOMENA rombongan jarang beli atau rojali diduga kembali muncul di pusat-pusat perbelanjaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved