Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Pertumbuhan Ekonomi 5,12%, Apindo: Fondasi Perekonomian Masih Kuat tapi Jangan Terlena

Ihfa Firdausya
05/8/2025 17:46
Pertumbuhan Ekonomi 5,12%, Apindo: Fondasi Perekonomian Masih Kuat tapi Jangan Terlena
Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani.(Dok. MI/Adam Dwi)

ASOSIASI Pengusaha Indonesia (Apindo) menyambut baik pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 yang berhasil mencapai 5,12%. Hal itu lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menyebut di tengah tantangan global dan domestik yang cukup kompleks, capaian ini memberi sinyal bahwa perekonomian Indonesia masih memiliki fondasi yang kuat.

"Ini menunjukkan bahwa ada daya tahan di beberapa sektor yang perlu kita apresiasi, termasuk peran stimulus fiskal pemerintah yang mulai terasa pada bulan Juni lalu," kata Shinta saat dihubungi, Selasa (5/8).

Pemerintah, lanjutnya, merancang berbagai program untuk menjaga konsumsi masyarakat selama masa libur sekolah, mulai dari diskon transportasi umum, tarif tol, listrik rumah tangga, bantuan pangan dan sembako, hingga subsidi upah bagi 17 juta pekerja dan 3,4 juta guru honorer.

Sementara itu konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 54,25% dengan pertumbuhan 4,97% secara triwulanan dan 6,99% secara tahunan. Shinta menyebut pertumbuhan konsumsi ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan rumah tangga, termasuk kebutuhan primer dan makanan, serta meningkatnya mobilitas masyarakat.

Namun, pihaknya juga mengingatkan pentingnya membaca data ini secara utuh. "Pertumbuhan di atas 5% patut disambut dengan optimisme, tetapi jangan sampai membuat kita terlena dengan catatan di lapangan," ujarnya.

Ia menyampaikan bahwa daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. Konsumsi rumah tangga masih di bawah rata-rata historis, dan sektor manufaktur masih dalam fase kontraksi.

"Karena itu, peluang menjaga pertumbuhan tahunan di kisaran 5% masih terbuka, namun sangat bergantung pada langkah lanjutan pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat, mempercepat realisasi belanja, memperkuat ekspor, dan memastikan iklim usaha tetap kondusif untuk mendorong investasi," paparnya.

Shinta melanjutkan, saat dunia usaha berbicara tentang pertumbuhan, bukan sekadar tentang mengejar angka kuartalan. Melainkan bicara tentang bagaimana menumbuhkan kepercayaan baik dari investor, pelaku industri, maupun konsumen.

Menurutnya, pelaku usaha membutuhkan dua hal utama, yakni kepastian dan efisiensi. Pertama, kepastian dalam regulasi, perizinan, dan penegakan hukum sangat penting agar pelaku usaha bisa ekspansi tanpa ragu. Kedua, efisiensi dalam biaya produksi, logistik, energi, dan pembiayaan juga perlu ditingkatkan, karena high cost economy masih menjadi keluhan utama di sektor riil.

"Kami juga mendorong agar stimulus tidak hanya fokus pada sisi konsumsi untuk penguatan daya beli dan konsumsi, tapi juga diperkuat dari sisi produksi, terutama stimulus yang dapat berdampak terhadap cost structure industri," bebernya.

"Selain itu, percepatan pelaksanaan program strategis pemerintah, terutama di sektor infrastruktur, pangan, dan hilirisasi, juga dapat memberi efek pengganda (multiplier effect) terhadap permintaan domestik dan investasi swasta," imbuhnya.

Menurutnya, pemerintah tidak bisa sendiri, dunia usaha pun tidak bisa berjalan sendiri. Karena itu pihaknya ke depan mendorong Indonesia Incorporated. Artinya semua elemen bangsa pemerintah, pengusaha, pekerja, akademisi harus bersatu arah, membenahi hambatan, dan mengubah tantangan jadi peluang untuk mendorong pertumbuhan dan daya saing yang berkelanjutan. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya