Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), sebagai subholding dari PT Pertamina menyatakan keinginan untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Rencana ini sejalan dengan arahan pemerintah yang tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034, yang menargetkan pembangunan PLTN berkapasitas 500 megawatt (MW).
Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE, John Anis, menegaskan bahwa pihaknya terbuka untuk berkontribusi dalam proyek energi strategis ini. Pernyataan ini diutarakan usai menghadiri acara groundbreaking proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi yang digarap Konsorsium Antam, Indonesia Battery Corporation (IBC) dan CBL di Kawasan Artha Indus, Minggu (29/6).
“Iya (tertarik membangun PLTN), karena kan kami juga ingin berkontribusi terhadap apa yang menjadi harapan pemerintah dalam RUPTL," ujarnya.
Menurutnya, jika pengembangan PLTN masuk dalam skema RUPTL dan ditetapkan sebagai bagian dari strategi jangka panjang kelistrikan nasional, Pertamina NRE siap mengambil peran. Bentuk kontribusi yang diberikan bisa dalam berbagai skema, baik melalui kerja sama langsung dengan PLN maupun melalui entitas lain yang ditunjuk pemerintah.
"Yang penting bagi kami adalah bagaimana menghadirkan pasokan energi yang efisien. Salah satunya (pembangkit) nuklir dengan kapasitas 500 MW sesuai yang ada di RUPTL baru," terang John
Terkait peran spesifik Pertamina NRE dalam proyek ini, John menyampaikan bahwa hal tersebut masih dalam tahap pembahasan. Perusahaan saat ini sedang menanti kejelasan regulasi dari pemerintah sambil melakukan kajian teknologi. Beberapa opsi teknologi dari berbagai negara seperti Rusia Kanada, Tiongkok, Swiss, hingga Amerika Serikat tengah dievaluasi.
"Kita tengah mencari teknologinya. Macam-macam. Rusia ada melalui Rosatom, lalu dari Kanada juga ada, Tiongkok juga ada. Swiss juga dan Amerika. Itu semua harus kita assessment dulu," ucapnya.
Selain itu, studi mengenai lokasi pembangunan dan pilihan bahan bakar (torium atau uranium) juga akan menjadi bagian penting dalam proses perencanaan Pertamina NRE.
Mengenai tantangan utama dalam pembangunan PLTN, yaitu pembiayaan, John mengakui bahwa investasi proyek nuklir memang besar. Namun demikian, hal tersebut bukan menjadi penghalang asal diperhitungkan secara baik. Negara-negara besar seperti Tiongkok, Amerika, dan Perancis dikatakan sudah membuktikan bahwa PLTN bisa berjalan dengan baik.
“Biaya besar adalah hal yang normal dalam proyek energi. Yang terpenting adalah perhitungan jangka panjang, berapa besar investasi dan seberapa baik return-nya," imbuhnya.
John juga membuka kemungkinan adanya dukungan pendanaan dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dalam rencana pembangunan PLTN di Tanah Air, mengingat Pertamina merupakan bagian dari konsorsium tersebut.
"Pasti Danantara (terlibat), kita kan bagian Danantara," pungkasnya. (E-3)
Kehadiran lembaga ini ditujukan untuk mendukung percepatan transisi energi bersih dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Tanah Air.
Turino mengingatkan perlunya BUMN PT. Industri Nuklir Indonesia diberikan tanggung jawab merealisasikan pembangunan nuklir tersebut.
Investasi nuklir dunia akan naik dari saat ini USD 65 miliar per tahun menjadi USD 70 miliar per tahun pada 2030.
TAHUKAH Anda? membangun pembangkit listrik tenaga nukir (PLTN) itu seperti menanam pohon durian? Butuh tanah yang stabil, benih unggul, dan perawatan penuh perhatian.
MAGNET banyak digunakan dalam berbagai produk teknologi. Salah satunya yang paling populer dalam teknologi kedokteran, seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI).
PRESIDEN Prabowo Subianto meresmikan sebanyak 55 pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) yang tersebar di 15 provinsi, termasuk milik Medco.
PT Medco Energi Internasional Tbk, melalui anak usahanya PT Medco Power Indonesia (Medco Power), memulai operasi komersial PLTS berkapasitas 25 di Bali Timur.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 dinilai berpotensi menghambat momentum Indonesia dalam merealisasikan transisi energi.
Indonesia diproyeksikan akan menjadi net importer gas fosil pada 2040, hingga dampak kesehatan dan lingkungan yang meningkat di sekitar pembangkit.
Investasi untuk pembangkit listrik sebesar Rp2.133,7 triliun, di mana sekitar 73% dialokasikan untuk partisipasi pihak swasta atau independent power producer (IPP).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved