Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Pertamina NRE Minat Bangun Pembangkit Nuklir di Indonesia

Insi Nantika Jelita
30/6/2025 10:48
Pertamina NRE Minat Bangun Pembangkit Nuklir di Indonesia
Ilustrasi(Anadolu)

Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), sebagai subholding dari PT Pertamina menyatakan keinginan untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Rencana ini sejalan dengan arahan pemerintah yang tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034, yang menargetkan pembangunan PLTN berkapasitas 500 megawatt (MW).

Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE, John Anis, menegaskan bahwa pihaknya terbuka untuk berkontribusi dalam proyek energi strategis ini. Pernyataan ini diutarakan usai menghadiri acara groundbreaking proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi yang digarap Konsorsium Antam, Indonesia Battery Corporation (IBC) dan CBL di Kawasan Artha Indus, Minggu (29/6).

“Iya (tertarik membangun PLTN), karena kan kami juga ingin berkontribusi terhadap apa yang menjadi harapan pemerintah dalam RUPTL," ujarnya.

Menurutnya, jika pengembangan PLTN masuk dalam skema RUPTL dan ditetapkan sebagai bagian dari strategi jangka panjang kelistrikan nasional, Pertamina NRE siap mengambil peran. Bentuk kontribusi yang diberikan bisa dalam berbagai skema, baik melalui kerja sama langsung dengan PLN maupun melalui entitas lain yang ditunjuk pemerintah.

"Yang penting bagi kami adalah bagaimana menghadirkan pasokan energi yang efisien. Salah satunya (pembangkit) nuklir dengan kapasitas 500 MW sesuai yang ada di RUPTL baru," terang John

Terkait peran spesifik Pertamina NRE dalam proyek ini, John menyampaikan bahwa hal tersebut masih dalam tahap pembahasan. Perusahaan saat ini sedang menanti kejelasan regulasi dari pemerintah sambil melakukan kajian teknologi. Beberapa opsi teknologi dari berbagai negara seperti Rusia Kanada, Tiongkok, Swiss, hingga Amerika Serikat tengah dievaluasi. 

"Kita tengah mencari teknologinya. Macam-macam. Rusia ada melalui Rosatom, lalu dari Kanada juga ada, Tiongkok juga ada.  Swiss juga dan Amerika. Itu semua harus kita  assessment dulu," ucapnya. 

Selain itu, studi mengenai lokasi pembangunan dan pilihan bahan bakar (torium atau uranium) juga akan menjadi bagian penting dalam proses perencanaan Pertamina NRE.

Mengenai tantangan utama dalam pembangunan PLTN, yaitu pembiayaan, John mengakui bahwa investasi proyek nuklir memang besar. Namun demikian, hal tersebut bukan menjadi penghalang asal diperhitungkan secara baik. Negara-negara besar seperti Tiongkok, Amerika, dan Perancis dikatakan sudah membuktikan bahwa PLTN bisa berjalan dengan baik.

“Biaya besar adalah hal yang normal dalam proyek energi. Yang terpenting adalah perhitungan jangka panjang, berapa besar investasi dan seberapa baik return-nya," imbuhnya.

John juga membuka kemungkinan adanya dukungan pendanaan dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dalam rencana pembangunan PLTN di Tanah Air, mengingat Pertamina merupakan bagian dari konsorsium tersebut. 

"Pasti Danantara (terlibat), kita kan bagian Danantara," pungkasnya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik