Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

BI Targetkan Pertumbuhan Kredit 2025 Capai 13%

M Ilham Ramadhan Avisena
07/2/2025 15:00
BI Targetkan Pertumbuhan Kredit 2025 Capai 13%
Taklimat media di Kantor Perwakilan Wilayah BI Banda Aceh, Aceh, Jumat (7/2). (MI/M Ilham Ramadhan Avisena)

BANK Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan tahun ini tumbuh di kisaran 11% hingga 13%. Persentase itu lebih tinggi dari realisasi di 2024 yang tercatat tumbuh 10,39% dan berada dalam kisaran target 10% hingga 12%.

Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Nugroho Joko Prastowo mengatakan, pertumbuhan yang lebih tinggi itu diyakini lantaran bank sentral telah memangkas BI Rate pada Januari 2025.

"Pertumbuhan kredit kita prediksi bisa sampai 11%-13%. Ini memang challenge dengan Trump dan kebijakannya. Namun salah satu daya dukung yang dikeluarkan ada penurunan suku bunga di Januari. Harapannya itu memberikan dukungan dan optimisme. Karena penurunan ini akan meningkatkan permintaan kredit," ujar dia dalam taklimat media di Kantor Perwakilan Wilayah BI Banda Aceh, Aceh, Jumat (7/2). 

Selain itu, kata Joko, BI kondisi perbankan saat ini juga cukup baik dan berdaya tahan untuk terus menyalurkan kredit. Dari penilaian bank sentral, perbankan memandang risiko kredit masih cukup baik. 

Persyaratan dari bank untuk menyalurkan kredit juga dipandang masih cukup mendukung. Hal itu terlihat dari indeks persyaratan kredit yang cukup longgar. Itu sejalan dengan likuiditas perbankan yang memadai untuk memberikan kredit. 

"Alat likuid perbankan ini masih tinggi, 25,6%. Artinya, dulu sebelum covid-19 sempat 18%-19%, sementara waktu covid-19 meningkat karena kredit tumbuh negatif, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh tinggi," imbuh Joko. 

"Lalu saat recovert dicairkan untuk dialihkan ke kredit, sehingga sekarang 25,6%, dan ini masih tinggi. Kalau bank mau menyalurkan kredit lebih tinggi lagi, bisa menjual SBN dan lainnya untuk dipindah ke kredit, masih ada kapasitas," lanjutnya.

Indikator lain seperti Capital Adequacy Ratio (CAR) bank juga masih tinggi, yakni di angka 26,87%. Sementara Non Performing Loan (NPL) juga terjaga dan terkendali di level yang rendah. Dus, kata Joko, dari sisi suplai, kredit mestinya tersedia dan dapat disalurkan ke masyarakat. (Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya