Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia: Pengusaha Jangan Atur Negara

Tri Subarkah
07/11/2024 18:28
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia: Pengusaha Jangan Atur Negara
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia(MI/Susanto)

MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tak ingin lagi ada pengusaha yang mengatur negara. Harusnya, selama tidak sewenang-wenang, negaralah yang mengatur pengusaha. Itu disampaikannya saat menyinggung terdapat 301 sumur minyak yang belum berstatus POD (plan on development).

Ia mengingatkan pentingnya meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur yang sudah ada atau selesai dieksplorasi. Menurut Bahlil, pemerintah akan mengejar produksi minyak dari 301 sumur tersebut.

"Perintah Bapak Presiden Prabowo, akan segera kita tinjau dan kalau perlu kita cabut kalau tidak segera melakukan produksi," katanya di acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penyelenggaraan Pemerintah Pusat dan Daerah Tahun 2024 di Sentul International Convention Center, Bogor, Kamis (7/11).

"Supaya jangan negara dikuasi atau diatur oleh pengusaha, tapi sesungguhnya, pengusaha diatur negara, selama kita tidak sewenang-wenang," sambungnya.

Bahlil menjelaskan, lifting minyak di Tanah Air setelah era reformasi semakin menurun, sementara produksi meningkat. Kenyataan itu berkebalikan dari pengalaman Indonesia pada 1997 yang berhasil melakukan lifting sekitar 1,6 juta barel per hari dengan konsumsi hanya 600 barel per hari. 

Sementara, ekspor minyak saat itu mencapai 1 juta barel yang menjadi penyumbang 50% pendapatan.

"Begitu reformasi, lifting kita turun terus, sampai sekarang 600 barel per hari. Konsumsi kita 1,5-1,6 juta. Jadi terbalik sekarang," jelasnya.

Saat ini, Bahlil menyebut bahwa Indonesia memiliki 44.985 sumur minyak dan gas. Dari angka itu, hanya sekitar 16 ribuan sumur yang aktif. Sebagian besar, yakni 65%, dikuasai oleh Pertamina. Sementara 25% dikuasai ExxonMobil. Sedangkan sisanya oleh perusahan lain.

"Artinya, posisi lifting kita tergantung dari dua perusahaan. 90% total lifting ada di dua perusahaan," tandasnya. (Tri/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya