Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Industri Tekstil Terkapar, Butuh Intervensi Pemerintah Secepatnya

Insi Nantika Jelita
25/10/2024 19:45
Industri Tekstil Terkapar, Butuh Intervensi Pemerintah Secepatnya
Massa yang tergabung dalam Aliansi IKM dan Pekerja Tekstil Indonesia berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/7/2024).(Antara/Novrian Arbi)

EKONOM dari Universitas Paramadina Jakarta, Wijayanto Samirin, memperingatkan kepada pemerintah untuk segera mengambil tindakan tegas atau intervensi guna menyelamatkan industri tekstil dalam negeri yang tengah terpuruk. Ia menilai bangkrutnya PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex hanya sebagai gunung es. 

Dengan kata lain masih banyak kasus kebangkrutan perusahaan-perusahaan tekstil dan garmen yang tidak diketahui publik. "Kebangkrutan Sritex, raksasa tekstil kebanggaan kita hanya merupakan ujung dari gunung es permasalahan serius industri manufaktur kita. Pemerintah harus intervensi secepat mungkin sebelum semakin terlambat," ungkapnya kepada Media Indonesia, Jumat (25/10).

Pemerintah, lanjutnya, perlu melakukan pendekatan yang komperhensif kepada pelaku usaha dan menerapkan kebijakan yang out of the box atau diluar dari kebiasaan. Jika diperlukan, ungkap Wijayanto, insentif khusus bisa diberikan kepada pelaku usaha tekstil yang tengah terpuruk. Insentif itu baik dalam bentuk insentif fiskal maupun nonfiskal. 

"Perlu ada terobosan kebijakan untuk menyelamatkan industri tekstil kita. Libatkan asosiasi dan pengusaha untuk mencari solusi yang inovatif," ujarnya.

Selain insentif, pemerintah perlu menekan biaya produksi dan membantu pengembangan pasar untuk menggairahkan usaha sektor tekstil dan garmen dalam negeri. Pemerintah melalui aparat juga diminta memberantas aksi premanisme yang mengganggu proses produksi dan distribusi barang tekstil.

"Yang terpenting soal premanisme yang cukup dominan diberbagai sektor industri manufaktur, perlu segera diakhiri," pungkasnya.

Wijayanto menuturkan jika pemerintah terus menerus membiarkan satu per satu perusahaan tekstil dan garmen gulung tukar, pertumbuhan ekonomi diyakini akan terhambat. Ini karena hilangnya sumber penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dan sumber penerimaan pajak.

"Untuk membangkitkannya kembali perlu waktu lama sekitar 5-10 tahun, bahkan lebih. Tentu ekonomi kita akan terganggu. Jadi, sebaiknya intervensi dilakukan secepatnya oleh pemerintah," pungkasnya. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya