Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Data Ekonomi Eropa Flat, Potensi Penurunan Suku Bunga Kian Terbuka

Fetry Wuryasti
19/3/2024 09:15
Data Ekonomi Eropa Flat, Potensi Penurunan Suku Bunga Kian Terbuka
Data ekonomi Eropa menunjukkan inflasi dalam keadaan flat, di mana bulanan (MoM) tidak berubah di 0,6% dan tahunan (YoY) berada di 2,6%(AFP)

DATA ekonomi Eropa menunjukkan inflasi masih dalam keadaan flat. Inflasi mereka secara bulanan (MoM) tidak berubah di 0,6% dan tahunan (YoY) berada di 2,6%.

Begitu juga dengan inflasi inti yang tidak berubah di 3,1%. Meski data inflasi tetap sama seperti sebelumnya, beberapa variabel inflasi penting justru turun.

"Hal ini dapat membuat Gubernur Bank Sentral Eropa Christine Lagarde kian bernafas lebih lega karena ruang penurunan tingkat suku bunga Bank Sentral Eropa pada pada kuartal III-2024 semakin lebar," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico, Selasa (19/3).

Baca juga : Inflasi masih Kaku akan Pertahankan Suku Bunga Zona Euro

Seperti Bank Sentral AS The Fed, Bank Sentral Eropa juga akan fokus kepada upah untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai inflasi. Saat ini inflasi super inti (tidak termasuk liburan), inflasi volatilitas rendah, dan inflasi inti (tidak termasuk pakaian dan jasa) Eropa melanjutkan penurunan. Begitu juga dengan inflasi harga pangan tahunan yang turun dari 5,6% menjadi 4%.

Namun inflasi biaya energi mengalami kenaikan secara tahunan (YoY) karena naiknya harga minyak.

"Inflasi barang inti yang terus turun sejalan dengan ekspektasi kami, meski penurunan inflasi jasa masih lambat. Inflasi jasa merupakan indikator utama bagi Bank Sentral Eropa, yang masih bertahan di kisaran 4% dalam beberapa bulan terakhir," kata Nico.

Baca juga : Inflasi Zona Euro Terus Turun pada Februari

Inflasi inti berpotensi turun penurunan hingga bulan Juni. Namun dikhawatirkan pertumbuhan upah karena berpotensi untuk mendorong pasar tenaga kerja juga ikut mengalami naik sehingga berdampak kepada inflasi.

Dari Tiongkok, data perekonomian dapat dikatakan cukup untuk memberikan harapan. Data penjualan ritel sejak awal tahun (Ytd) dan tahunan (YoY), dan Industrial Production (Ytd) dan (YoY) tumbuh positif. Sehingga ada harapan pemulihan mulai berjalan, namun masih jauh dari ekspektasi.

"Sebab investasi di sektor properti masih turun sebesar -9%, penjualan perumahan residensial juga turun sebesar -32,7%. Hal ini membuat Tiongkok masih akan sulit bangkit dari sektor properti. Maka pasar berharap Tiongkok dapat bangkit dari sektor lainnya," kata Nico. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya