Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Dolar AS Menguat Akibat Perang, Menekan Rupiah

Fetry Wuryasti
10/10/2023 19:13
Dolar AS Menguat Akibat Perang, Menekan Rupiah
Nasabah bertransaksi dengan mata uang rupiah dan dolar(Antara )

Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa (10/10) terpantau melemah 46 point di level Rp15.738 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.692.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif cenderung melemah di rentang Rp15.720- Rp 15.770," kata Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, Selasa (10/10).

Adapun indeks dolar AS menguat pada hari Selasa, didukung oleh status dolar AS sebagai safe-haven seiring berlanjutnya kekerasan di Timur Tengah, namun kenaikannya terbatas setelah komentar dovish dari beberapa pejabat bank sentral AS The Fed. 

Baca juga: Rupiah Melemah 54 Poin ke Level Rp15.636

Militer Israel pada Selasa pagi mengumumkan bahwa lebih dari 200 sasaran diserang semalam di Gaza ketika negara itu menanggapi serangan akhir pekan yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas. 

Para pedagang bersiap menghadapi konflik berkepanjangan, yang telah menewaskan lebih dari 1.500 orang, dan Israel kemungkinan akan melancarkan serangan darat pertamanya di Gaza sejak tahun 2014.

Baca juga: Spanyol Tetap Berikan Bantuan untuk Palestina, Meski Dilarang Uni Eropa

"Namun, kenaikan dolar terbatas setelah beberapa pejabat Fed mengindikasikan bahwa aksi jual obligasi baru-baru ini mungkin mengurangi kebutuhan untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut," kata Ibrahim.

Ada sejumlah pejabat Fed yang akan menyampaikan pidato pada Selasa malam waktu setempat, menjelang rilis risalah pertemuan kebijakan moneter September pada hari Rabu dan kemudian data indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) AS pada hari Kamis waktu setempat. 

"Angka ini diperkirakan akan menunjukkan penurunan tahunan sebesar 5,0%, penurunan dari penurunan bulan sebelumnya sebesar 2,1%, sebuah indikasi kesulitan yang dialami kawasan ini sehari setelah rilis data serupa di Jerman menambah kekhawatiran akan potensi resesi," kata Ibrahim. (Try/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya