Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
PERTEMUAN The Fed (Bank sentral AS) menunjukkan langkah mereka tahun depan, untuk melawan inflasi. The Fed berencana untuk mempercepat selesainya Taper Tantrum, dengan menambah porsi pengurangan pembelian obligasi dan mendorong kenaikkan tingkat suku bunga lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya pada tahun 2022.
The Fed akhirnya setuju untuk meningkatkan pengurangan pembelian obligasinya sebesar USS 30 miliar per bulan yang diharapkan akan selesai pada awal tahun 2022 mendatang, maju beberapa bulan dari yang direncanakan sebelumnya pada pertengahan bulan.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan perkembangan ekonomi dan perubahan pandangan memberikan pembenaran terhadap kebijakan moneter saat ini.
Perekonomian tengah berkembang pesat dan menuju lapangan kerja maksimum. Bahkan, jika pandemi menimbulkan tantangan yang berkelanjutan, maka The Fed akan melakukan peningkatan pengurangan pembelian obligasi lebih cepat dan akan melawan situasi dan kondisi sesuai yang dibutuhkan. Risiko terkait dengan prospek pemulihan ekonomi masih termasuk dengan variabel Omicron di dalamnya.
Berdasarkan proyeksi yang dirilis oleh The Fed, terlihat bahwa tingkat suku bunga berpotensi naik sebanyak 3x pada tahun 2022 mendatang.
"Kemarin kami melihat bahwa kenaikkan tingkat suku bunga The Fed sebanyak 2x saja, sudah mampu mendorong Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 2x atau 1:1. Bila saat ini ternyata The Fed, kembali menaikkan tingkat suku bunga hingga 3x, berarti ada kemungkinan Bank Indonesia juga akan ikut menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 3x atau bahkan lebih apabila kenaikkan 1:1 tidak mampu untuk menanggulangi capital outflow yang keluar," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis (16/12).
Dampak Taper Tantrum dan kenaikan tingkat suku bunga akan terbatas. Namun volatilitas di pasar obligasi mungkin akan mengikuti kenaikan tingkat suku bunga. Yang terpenting adalah bagaimana proses pemulihan ekonomi Indonesia yang masih bergantung dengan restrukturisasi kredit dan pemberian kredit, tiba-tiba harus mengalami kenaikkan tingkat suku bunga.
Namun tentu prosesnya tidak akan secepat itu bagi The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga. Powell mengatakan bahwa kenaikkan tersebut akan dilakukan secara bertahap. The Fed juga tidak mengharapkan akan langsung menaikkan tingkat suku bunga setelah Taper Tantrum usai, namun Powell mengatakan bahwa mereka berpotensi untuk menaikkan tingkat suku bunga meskipun ketenagakerjaan belum mencapai level maksimum.
Yang lebih membuat situasi dan kondisi kian bimbang adalah, sekalipun tingkat suku bunga The Fed naik pada tahun 2022 mendatang mungkin naik 3x, namun kenaikan tidak akan berhenti sampai disitu. The Fed masih melihat peluang kesempatan bagi tingkat suku bunga The Fed untuk naik 3x lagi pada tahun 2023, dan 2x lagi pada tahun 2024 sebelum pada akhirnya tingkat suku bunga The Fed akan berhenti hingga di angka 2,1%.
"Perubahan yang begitu drastis dalam kenaikkan tingkat suku bunga, mencerminkan perlawan yang intensif terhadap inflasi yang mengalami kenaikkan dan perbaikan yang berkelanjutan dalam pasar tenaga kerja," kata Nico.
The Fed menegaskan siap untuk melakukan penyesuaian laju pembelian jika memang itu diharuskan terjadi akibat perubahan dalam prospek perekonomian. Powell mengatakan bahwa aktivitas perekonomian membuat fase ekspansi bertambah kuat pada tahun ini.
Hal ini yang membuat perekonomian membuat kemajuan pesat menuju lapangan kerja maksimum. Efek dari proyeksi kenaikkan tingkat suku bunga yang disampaikan oleh The Fed adalah imbal hasil US Treasury 10y langsung naik, namun secara yield curve terlihat mendatar.
Hal ini membuat pelaku pasar dan investor tampaknya berpikir ulang terhadap prospek perekonomian secara jangka panjang. Sebab untuk pertama kalinya dalam sejarah, The Fed terlihat mengejar inflasi.
The Fed mengatakan bahwa ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan yang terkait dengan pandemi serta meningkatnya mobilitas masyarakat yang mendorong meningkatnya aktivitas ekonomi telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kenaikkan inflasi.
"Yang kami khawatirkan adalah bahwa prospek pemulihan ekonomi tersebut mendorong kenaikkan tingkat suku bunga lebih dari yang kami harapkan,"
Inflasi AS setinggi 6,8% berdasarkan data ekonomi yang keluar kemarin merupakan implikasi kenaikan harga makanan dan energi yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi.
Sementara tingkat pengangguran AS pun mengalami penurunan dari sebelumnya 4,6% pada bulan Oktober menjadi 4,2% untuk tahun ini. Dan akan mengalami penurunan kembali pada tahun 2022 mendatang menjadi 3,5%. Proyeksi untuk inflasi AS pada tahun 2022 mendatang telah direvisi dari 2,2% menjadi 2,6%.
"Kalau sudah begini, tentu saja hal yang menarik adalah menantikan pertemuan bank Indonesia pada hari ini. Sejauh mana sikap dan pandangan Bank Indonesia terhadap masalah ini, sejauh ini pula pasar akan mencerna untuk menerima atau tidak sikap dari Bank Indonesia," kata Nico. (OL-13)
Baca Juga: Meski Depresiasi, Kinerja Rupiah Masih Terkendali
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 mencapai 5,12% (yoy), meski dihadapkan pada ketidakpastian global
BPS Provinsi Maluku Utara mencatat inflasi bulan Juli 2025 sebesar 2,46 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), dengan penyumbang inflasi tertinggi yakni cabai rawit.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Jakarta pada Juli 2025 sebesar 0,11% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya (0,13%; mtm).
penyumbang utama inflasi Juli 2025 secara year-on-year yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 1,08%.
BPS melaporkan kenaikan harga beras pada Juli 2025, dengan inflasi mencapai 4,14%. Beras medium mengalami lonjakan tertinggi. Simak detail selengkapnya.
Hingga semester I 2025, pemerintah terus menjalankan peran counter cyclical untuk meredam tekanan ekonomi, serta tetap mendorong kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok rentan.
The Fed mempertahankan suku bunga dengan kisaran 4,25%-4,5%, meski ada tekanan dari Presiden AS Donald Trump.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved