Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BANK Indonesia mencatat posisi yang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2021 tumbuh melambat dibandingkan April 2021. Adapun M2 meliputi M1, tabungan, simpanan berjangka rupiah dan valuta asing, serta giro valuta asing.
Posisi M2 pada Mei 2021 tercatat sebesar Rp6.994,9 triliun, atau tumbuh 8,1% (yoy). Itu melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya (11,5%, yoy).
"Pelambatan terjadi pada mayoritas komponen M1 dan uang kuasi. M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan giro rupiah," ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Selasa (22/6).
Pertumbuhan M1 pada Mei 2021 tercatat 12,6% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan April (17,4%, yoy). Terutama dipengaruhi oleh perlambatan peredaran kartal dan giro rupiah.
Baca juga: Ekonomi Digital Bisa Diandalkan untuk Dongkrak Pertumbuhan
Pada Mei 2021, kartal tercatat sebesar Rp743,7 triliun atau tumbuh 8,6% (yoy). Itu melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 15,6% (yoy). Seiring dengan kembali normalnya kebutuhan uang tunai masyarakat setelah Idulfitri.
Giro rupiah masyarakat pada Mei 2021 tumbuh 15,5% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan bulan April (18,7%, yoy). Sedangkan dana float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank tumbuh positif (31,4%, yoy) pada Mei 2021. Itu meningkat dibandingkan periode April 28,1% (yoy).
Dana float pada Mei 2021 tercatat Rp2,9 triliun, dengan pangsa 0,16% terhadap M1. Sementara itu, uang kuasi sebesar Rp5.114,8 triliun dengan pangsa 73,1% terhadap M2. Itu tumbuh melambat menjadi 6,8% pada Mei 2021, dari April sebesar 9,7% (yoy).
Perlambatan terjadi pada hampir seluruh instrumen uang kuasi baik tabungan, simpanan berjangka rupiah, serta giro valas. Simpanan berjangka valas masih terkontraksi namun menunjukan perbaikan. Surat berharga selain saham masih tumbuh negatif sebesar -25,6% (yoy), meski tidak sedalam pertumbuhan negatif bulan sebelumnya (-28,2%, yoy).
Baca juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,5%
"Hal tersebut seiring meningkatnya tagihan akseptasi korporasi non bank dalam rupiah dan valas," jelas Erwin.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perkembangan M2 pada Mei 2021 terutama dipengaruhi pelambatan aktiva luar negeri bersih. Aktiva luar negeri bersih pada Mei 2021 tumbuh 6,4% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan April 2021 (10,7%, yoy).
Hal tersebut disebabkan pelambatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk, khususnya berupa kepemilikan surat berharga. Sementara itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat meningkat dari 45% (yoy) menjadi 61,4% (yoy) pada Mei 2021.
Peningkatan disebabkan perlambatan kewajiban sistem moneter kepada pemerintah pusat berupa simpanan dalam rupiah maupun valas. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Mei 2021 tercatat Rp6.588,1 triliun, atau tumbuh 11,1% (yoy), sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya (11,5%, yoy).
Baca juga: Menkeu: Hingga Mei 2021, Defisit APBN Capai Rp219 Triliun
Adapun perlambatan DPK terutama pada tabungan rupiah dan giro valas. Berdasarkan golongan nasabah, perlambatan giro serta tabungan terjadi pada nasabah perorangan. Di sisi lain, simpanan berjangka tercatat tumbuh meningkat, sehingga menahan perlambatan DPK lebih dalam.
Tabungan tercatat melambat dari 12,8% (yoy) pada April 2021, kemudian menjadi 11,6% (yoy) pada bulan laporan. Terutama disebabkan oleh perlambatan tabungan rupiah di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.
Sementara itu, giro melambat dari 19,5% (yoy) pada April 2021 menjadi 18,8% (yoy). Itu bersumber pada penurunan simpanan giro valas di bank yang berada di wilayah DKI Jakarta dan Sumatera Selatan.
Di sisi lain, simpanan berjangka meningkat dari 6,1% (yoy) pada April 2021, kemudian menjadi 6,4% (yoy) pada Mei 2021. Khususnya, simpanan berjangka di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.(OL-11)
Lima pulau yang didatangi ialah Pemana di Kabupaten Sikka, Riung di Pulau Flores, Palue di Sikka, Warwerang di Pulau Adonara, dan Lamalera di Pulau Lembata.
Oleh sebab itu, Setyo menegaskan tidak ada kendala bagi KPK untuk memanggil Gubernur BI sebagai saksi kasus tersebut.
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan rumah tangga Indonesia semakin tertekan.
Pada Mei 2025, kondisi pendapatan konsumen tergerus. Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan atau utang justru mengalami peningkatan.
Penyidik KPK sedang menyelidiki aliran dana tahunan Bank Indonesia (BI) terkait kasus dana tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR Bank Indonesia
Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2025 sebesar US$152,5 miliar atau setara Rp2.482,5 triliun.
ASEAN mulai menghidupkan kembali wacana pembentukan dana moneter regional demi memperkuat keamanan keuangan kawasan.
BANK Indonesia (BI) memastikan akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah untuk mendukung ketahanan ekonomi dalam negeri.
PELONGGARAN kebijakan moneter global, pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat, dan Bank Indonesia telah menciptakan optimisme di tengah kelesuan perekonomian global.
Pemerintah selaku otoritas fiskal mesti mengeluarkan kebijakan yang mendukung pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia agar perekonomian bisa bergerak secara optimal.
MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini banyak dipengaruhi oleh tekanan eksternal.
RAPAT Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 6,25% pada Juni 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved