Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Utang Garuda Segunung, Stafsus Erick: Penyewa Pesawat Ugal-ugalan

Insi Nantika Jelita
10/6/2021 20:02
Utang Garuda Segunung, Stafsus Erick: Penyewa Pesawat Ugal-ugalan
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia saat memasuki area apron bandara.(Antara)

STAF Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Arya Sinulingga, mengungkit masa lalu bisnis maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang berdampak hingga saat ini.

Diketahui, masa lalu suram itu meninggalkan utang sebesar Rp70 triliun bagi perseroan. Arya mengungkapkan harga sewa pesawat yang dipatok lessor ke Garuda tercatat paling tinggi di dunia, yakni mencapai 60%. Alhasil, kondisi itu membebani kinerja keuangan perseroan.

"Garuda kondisinya seperti ini karena penyewa pesawat ugal-ugalan di masa lalu. Mulai dari direktur utama (Ari Askhara) yang sudah ditangkap KPK. Masalah besarnya ini karena menyewa pesawat," papar Arya dalam diskusi virtual, Kamis (10/6).

Baca juga: Soal Opsi Konversi Utang Garuda, Ini Kata OJK 

Lebih lanjut, Arya mengatakan bahwa permasalahan yang dihadapi Garuda ialah 36 lessor mitra perseroan yang memasang harga sewa pesawat sangat mahal. Kemudian, kontrak dengan lessor juga dinilai memberatkan maskapai pelat merah.

"Bayangkan, dalam isi kontrak kalau dibatalkan, Garuda wajib membayar penuh sampai habis. Baik itu dihentikan atau tidak dihentikan, itu tetap bayar," jelas Arya.

Untuk menyelamatkan bisnis Garuda, pemerintah siap melakukan restrukturisasi. Kementerian BUMN telah menawarkan empat opsi penyelamatan perseroan.

Baca juga: Lima BUMN Ini Punya Kontribusi Tinggi pada APBN

Seperti, mendukung Garuda melalui pemberian pinjaman atau suntikan ekuitas. Lalu, menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi utang Garuda.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pun mengungkit opsi penyelamatan bisnis Garuda yang terlilit utang sebesar Rp70 triliun. Opsi tersebut ialah restrukturisasi dengan cara penukaran utang dengan saham alias debt equity swap.

"Memang opsi ini akan membuat pemegan saham terdilusi. Akhirnya, siapa yang memberi utang (kredit) terbesar, dia akan menjadi pemilik saham terbesar. Apabila nanti kesepakatannya seperti itu," ujar Kartika sebelumnya.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya