Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sesat Penanganan Testimoni Freddy

04/8/2016 05:01

UNTUK memerangi narkoba yang kian menggila, katanya penegak hukum membutuhkan kerja sama dan kontribusi dari seluruh anak bangsa. Katanya aparat butuh dukungan. Akan tetapi, ketika ada yang memberikan dukungan, mereka justru menganggapnya sebagai lawan.

Mustahil disangkal, narkoba telah menegaskan diri sebagai salah satu musuh terganas, predator paling kejam yang mengancam masa depan bangsa. Ia termasuk kejahatan luar biasa karena daya rusaknya luar biasa, sepak terjangnya luar biasa, cengkeramannya pun sudah luar biasa. Sekitar 5 juta anak bangsa kini menjadi pecandu. Sekitar 50 orang setiap hari meregang nyawa karena barang laknat itu.

Pada konteks itu, menjadi sebuah keharusan jika seluruh elemen bangsa berpadu melawan narkoba. Amat wajar jika penegak hukum mengharapkan peran serta seluruh rakyat karena mereka memang mustahil bertarung sendirian. Namun, bagaimana mungkin masyarakat mau berperan jika orang yang berkontribusi malah disambut dengan semangat permusuhan?

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar ialah contoh konkret paradoks itu. Oleh TNI, Badan Narkotika Nasional (BNN), dan Polri, Haris dilaporkan ke Bareskrim Polri. Ia dituding mencemarkan nama baik ketiga institusi tersebut karena menulis testimoni gembong narkoba yang sudah dieksekusi mati, Freddy Budiman, soal perilaku busuk aparat.

Testimoni Freddy seperti ditulis Haris memang mengerikan. Ia, misalnya, menyebut menggelontorkan uang total Rp450 miliar ke aparat BNN dan Rp90 miliar ke personel Polri agar bisnis terkutuknya tak diganggu. Ia juga mengaku pernah didampingi jenderal TNI berbintang dua dalam perjalanan darat dari Medan ke Jakarta. Aparat Bea dan Cukai disebut-sebut pula memuluskan penyelundupan ekstasi dari luar negeri yang dilakukannya.

Betul bahwa testimoni Freddy yang ditulis Haris itu sangat dangkal tanpa disertai bukti awal. Tak salah jika ada yang mempersoalkan kenapa Haris baru membeberkannya lewat media sosial menjelang eksekusi Freddy, padahal pengakuan itu didapat dua tahun silam.

Namun, tak salah pula jika publik mempertanyakan kenapa TNI, BNN, dan Polri begitu defensif dan begitu cepat membawa persoalan Haris ke jalur hukum. Haris menyebarkan testimoni Freddy belum genap seminggu, juga belum terlihat ada tindakan serius untuk menindaklanjuti pengakuan itu. Akan tetapi, mereka justru menggebu melaporkan Haris.

Lebih aneh lagi, Kepala BNN Komjen Budi Waseso di depan pewarta mengalirkan ucapan terima kasih kepada Haris, tetapi di hari yang sama BNN melaporkannya ke Bareskrim. Kapolri Jenderal Tito Karnavian pun buru-buru menyimpulkan bahwa pengakuan Freddy yang ditulis Haris terlalu prematur dan sulit dibuktikan kebenarannya.

Pengakuan Freddy memang miskin bukti. Yang bersangkutan juga tak mungkin dimintai keterangan karena sudah dieksekusi. Namun, sedangkal apa pun informasi itu, seminim apa pun bukti yang menyertai, aparat semestinya serius menindaklanjuti. Sangat tidak patut jika resistensi yang justru dikedepankan hanya karena pengakuan Freddy menelanjangi perilaku busuk personel mereka.

Kenapa penjahat narkoba kian hari malah kian mengganas meski beragam upaya telah dilakukan untuk memberantasnya? Salah satunya karena masih banyak aparat yang bertabiat pagar makan tanaman. Aparat yang semestinya memberangus malah ikut berkomplot menyuburkan peredaran narkoba.

Pengakuan Freddy yang ditulis Haris sewajibnya menjadi entry point bagi TNI, Polri, dan BNN untuk membersihkan institusi mereka dari antek-antek bandar narkoba. Tak elok institusi-institusi penegak hukum itu malah berbuat sebaliknya, bersikap intimidatif dengan melaporkan Haris. Kita khawatir pelaporan terhadap Haris ujung-ujungnya menghadirkan ketakutan bagi masyarakat yang hendak berkontribusi memerangi narkoba, terlebih bila kejahatan luar biasa itu melibatkan aparat.



Berita Lainnya
  • Berebut Empat Pulau

    16/6/2025 05:00

    PEREBUTAN empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara belakangan menyesaki ruang informasi publik.

  • Bertransaksi dengan Keadilan

    14/6/2025 05:00

    KEADILAN di negeri ini sudah menjadi komoditas yang kerap diperjualbelikan. Hukum dengan mudah dibengkokkan.

  • Tidak Usah Malu Miskin

    13/6/2025 05:00

    ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.

  • Gaji Tinggi bukan Jaminan tidak Korupsi

    12/6/2025 05:00

    PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.

  • Upaya Kuat Jaga Raja Ampat

    11/6/2025 05:00

    SUDAH semestinya negara selalu tunduk dan taat kepada konstitusi, utamanya menjaga keselamatan rakyat dan wilayah, serta memastikan hak dasar masyarakat dipenuhi.

  • Vonis Ringan Koruptor Dana Pandemi

    10/6/2025 05:00

    UPAYA memberantas korupsi di negeri ini seperti tidak ada ujungnya. Tiap rezim pemerintahan mencetuskan tekad memberantas korupsi.

  • Membagi Uang Korupsi

    09/6/2025 05:00

    PERILAKU korupsi di negeri ini sudah seperti kanker ganas. Tidak mengherankan bila publik kerap dibuat geleng-geleng kepala oleh tindakan culas sejumlah pejabat.

  • Jangan Biarkan Kabinet Bersimpang Jalan

    07/6/2025 05:00

    DI tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, soliditas di antara para punggawa pemerintah sangat dibutuhkan.

  • Jangan Lengah Hadapi Covid-19

    05/6/2025 05:00

    DALAM semua kondisi ancaman bahaya, kepanikan dan kelengahan sama buruknya. Keduanya sama-sama membuahkan petaka karena membuat kita tak mampu mengambil langkah tepat.

  • Merawat Politik Kebangsaan

    04/6/2025 05:00

    PANCASILA telah menjadi titik temu semua kekuatan politik di negeri ini.

  • Obral Nyawa di Tambang Rakyat

    03/6/2025 05:00

    JATUHNYA korban jiwa akibat longsor tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon, Jawa Barat, menjadi bukti nyata masih amburadulnya tata kelola tambang di negeri ini.

  • Melantangkan Pancasila

    02/6/2025 05:00

    PANCASILA lahir mendahului proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuannya untuk memberi landasan langkah bangsa dari mulai hari pertama merdeka.

  • Penegak Hukum Tonggak Kepercayaan

    31/5/2025 05:00

    CITRA lembaga penegak hukum dan pemberantasan korupsi di negeri ini masih belum beranjak dari kategori biasa-biasa saja.

  • Palestina Merdeka Tetap Syarat Mutlak

    30/5/2025 05:00

    PERNYATAAN Presiden Prabowo Subianto soal kemungkinan membuka hubungan diplomatik dengan Israel jika negara itu mengakui negara Palestina merdeka sangat menarik.

  • Keadilan Pendidikan tanpa Diskriminasi

    29/5/2025 05:00

    SEMBILAN hakim di Mahkamah Konstitusi (MK) lagi-lagi membuat geger. Kali ini, mereka menyasar sistem pendidikan yang berlangsung selama ini di Tanah Air.

  • Meredakan Sengkarut Dunia Kesehatan

    28/5/2025 05:00

    Para guru besar fakultas kedokteran juga menganggap PPDS university-based tidak diperlukan mengingat saat ini pendidikan spesialis telah berbasis rumah sakit.