Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
DALAM beberapa tahun terakhir, konsep pembelajaran mendalam (PM) semakin mendapat perhatian dalam dunia pendidikan. PM tidak hanya menekankan penguasaan informasi, tetapi juga pemahaman mendalam terhadap konsep, kemampuan berpikir kritis, dan penerapan pengetahuan dalam berbagai konteks nyata. Pendekatan itu menuntut perubahan mendasar dalam cara kita merancang kurikulum, menyampaikan pembelajaran, dan melakukan penilaian. Oleh karena itu, keselarasan antara ketiga elemen tersebut menjadi syarat mutlak agar PM dapat benar-benar terjadi dan memberi dampak pada kualitas belajar siswa.
GURU SEBAGAI KUNCI UTAMA
Peningkatan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh banyak aspek, seperti kebijakan anggaran dan pengelolaan, serta dukungan dan partisipasi masyarakat. Namun, aspek yang sangat menentukan ialah tersedianya kurikulum, pembelajaran, dan penilaian yang berkualitas (rigorous curriculum and assessment).
Dalam hal ini, kualitas pembelajaran sangat bergantung pada keberadaan guru yang efektif. Guru yang efektif memainkan peran sentral dalam implementasi kebijakan pendidikan, mendorong inovasi pembelajaran, dan mendukung demokratisasi pendidikan (Villega-Reimer, 2004). Banyak penelitian menunjukkan adanya hubungan kuat antara praktik guru dan keberhasilan belajar siswa (Sean, 2004; Creemer, 1994; Borman & Kimbell, 2005).
Oleh karena itu, kompetensi dan efektivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan penilaian bukan hanya penting, melainkan juga merupakan keniscayaan. Guru yang efektif mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk mencapai intended learning outcomes dari proses pembelajaran (Darling-Hammond, 2000).
PENGARUH PENILAIAN DAN PEMBELAJARAN TERHADAP SISWA
Penelitian internasional menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran dan bentuk penilaian sangat memengaruhi kualitas pembelajaran siswa. Temuan itu mendorong para pemangku kepentingan pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran, bahwa salah satu tujuan utama pembelajaran ialah membantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual yang kompleks.
Untuk mencapai hal tersebut, siswa perlu terus dilatih agar mampu menemukan strategi dan pendekatan belajar yang mandiri dan kontekstual. Sayangnya, di banyak negara berkembang, pemahaman siswa terhadap konsep belajar sering kali masih terbatas. Sebagian besar masih memandang belajar sebagai aktivitas menghafal atau mereproduksi pengetahuan agar dapat diterima oleh guru (transactional learning), bukan sebagai proses membangun makna pribadi yang kontekstual dan reflektif.
Perbedaan pemahaman itu penting untuk diluruskan melalui proses pembelajaran yang dialogis dan reflektif sehingga dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan menumbuhkan kemandirian berpikir. Kedua hal itu--kebermaknaan dan kemandirian--ialah inti dari pembelajaran mendalam.
KURIKULUM SEBAGAI LANDASAN PEMBELAJARAN MENDALAM
Kurikulum yang kuat dan menantang (rigor curriculum) merupakan elemen penting dalam mewujudkan pembelajaran mendalam. Meskipun PM dapat berlangsung dalam berbagai kerangka kurikulum, guru tetap perlu memiliki kemampuan untuk menafsirkan ulang kurikulum agar sesuai dengan prinsip-prinsip PM.
Laporan Dewan Riset Nasional AS (2002) menyatakan bahwa kurikulum ideal harus dirancang berdasarkan konsep inti dari mata pelajaran dengan fokus pada pemahaman mendalam terhadap konsep-konsep utama. Kurikulum tersebut harus memberi banyak peluang bagi siswa untuk mentransfer pemahaman mereka dalam berbagai konteks.
Konsep-konsep utama yang tersusun secara koheren dan dikaitkan dengan fakta serta keterampilan praktis menjadi gagasan besar (big ideas) yang berfungsi sebagai dasar untuk transfer pemahaman (Wiggins & McTighe, 2005). Identifikasi gagasan besar dan pengembangan pertanyaan esensial sangat penting untuk membantu siswa memahami inti pelajaran dan menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata. Inilah yang membedakan pembelajaran mendalam dari pembelajaran dangkal (rote learning).
PERAN GURU DALAM DESAIN PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN
Kerangka kurikulum yang baik tidak hanya memuat daftar materi atau capaian pembelajaran, tetapi juga menjadi panduan utama bagi guru dalam merancang pembelajaran dan penilaian yang mendorong pemahaman mendalam.
Dalam konteks ini, kurikulum harus membantu guru merumuskan tujuan pembelajaran yang jelas, bermakna, dan berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tujuan yang tepat memberi arah yang kuat bagi seluruh proses belajar mengajar dan makna bagi setiap aktivitas siswa.
Selain itu, desain pembelajaran perlu disusun secara logis, koheren, dan kontekstual. Guru perlu merancang langkah-langkah pembelajaran yang memungkinkan siswa membangun pemahaman melalui pengalaman belajar aktif, eksploratif, dan reflektif. Proses itu tidak bersifat linier, tetapi menuntut kesadaran pedagogis guru untuk menantang cara berpikir siswa, mendorong mereka bertanya, menalar, dan menyusun makna secara mandiri.
Penilaian juga harus selaras dengan prinsip pembelajaran mendalam. Penilaian autentik--yang menilai kemampuan siswa menerapkan konsep, menyelesaikan persoalan nyata, dan mengekspresikan pemahaman secara bermakna--jauh lebih relevan jika dibandingkan dengan penilaian dangkal berbasis hafalan. Melalui penilaian itu, guru dapat mengetahui sejauh mana siswa benar-benar memahami dan mengintegrasikan pengetahuan dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian, kerangka kurikulum harus menjadi fondasi pedagogis yang hidup: fleksibel, bermakna, dan menantang. Ia harus mampu mendorong pembelajaran yang bukan sekadar transmisi informasi, melainkan proses pembentukan pemahaman konseptual yang mendalam, kritis, dan aplikatif dalam konteks nyata kehidupan.
KESELARASAN SEBAGAI KUNCI UTAMA
Keberhasilan PM sangat bergantung pada kemampuan guru untuk menyelaraskan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian secara utuh dan konsisten. Keselarasan kurikulum menjadi aspek penting yang dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa dan memungkinkan mereka membangun pemahaman konseptual secara mendalam.
Apa yang diajarkan guru (kurikulum) sangat memengaruhi cara mereka mengajar dan bagaimana mereka menilai (Sousa & Tomlinson, 2011). Oleh karena itu, kurikulum yang berkualitas tinggi harus disusun sedemikian rupa agar mendukung eksplorasi pemahaman konsep yang mendalam, memberikan ruang bagi berbagai pendekatan belajar, dan membantu siswa dalam memecahkan masalah kompleks serta mentransfer keterampilan ke kehidupan nyata (Glatthorn, Carr, & Harris, 2001).
Kesuksesan PM bertumpu pada keselarasan antara kurikulum, pengajaran, dan penilaian. Tanpa fondasi tersebut, PM hanya menjadi jargon. Kurikulum yang kuat, pengajaran yang reflektif, dan penilaian yang mendukung pemahaman konseptual merupakan fondasi utama untuk menciptakan pengalaman belajar yang relevan dan transformatif.
Untuk itu, diperlukan pelatihan guru yang berkelanjutan, penguatan kapasitas sekolah dalam perancangan kurikulum, serta dukungan kebijakan yang menjamin keselarasan ketiga aspek tersebur. Hanya dengan langkah-langkah itu, pembelajaran mendalam bisa menjadi praktik nyata, bukan sekadar jargon dalam dokumen pendidikan. Wallahualam.
PERJALANAN studi ke Sydney pada 25 Mei-1 Juni 2025 memberikan saya kesempatan berharga untuk menyelami langsung sistem pendidikan Australia.
DALAM sebuah seminar tentang pembelajaran mendalam (PM), seorang guru bertanya, “Bagaimana saya tahu kalau saya sudah mengajar sesuai prinsip PM dengan benar?”
PEMERINTAH kembali mengubah haluan kebijakan pendidikan.
Di era ini dibutuhkan kemampuan 5C (Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration, Character) yang didapatkan dari deep learning.
Pembelajaran guru di Australia ini merupakan bagian dari kerja sama Kemendikdasmen dengan Pemerintah Australia bernama program INOVASI.
BEKERJA dan mendidik sebagai guru hampir selalu beriring dengan kepercayaan bahwa masa depan kehidupan berada di tangan generasi yang lebih muda; para murid dan pembelajar
Ada beberapa alasan yang mungkin menjelaskan mengapa banyak guru merasa pembelajaran mendalam sulit diterapkan.
BULAN Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum refleksi untuk meningkatkan kualitas diri.
PADA 1900, Raja Italia Vittorio Emanuele III dalam pidatonya menyoroti abad ke-20 sebagai 'abad anak'. S
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved