Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Setop Gaya Mewah Kepala Daerah

09/4/2016 05:00

SENTILAN Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada 471 kepala daerah beserta wakilnya di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (8/4), sudah semestinya menjadi bekal penting bagi para pemimpin publik untuk menyegarkan kembali pentingnya mengasah kepekaan. Baik Jokowi maupun Kalla mengkritik kebiasaan buruk kepala daerah dalam mengelola anggaran. Kepala daerah umumnya lebih mengutamakan pembiayaan operasional dengan segala kenyamanan dan kemewahan ketimbang merealisasikan sebanyak-banyaknya pembangunan. Kepala daerah baru, mobil dinas pun baru, bahkan dengan spesifikasi mewah.

Mereka tidak mau disamakan dengan ‘rakyat biasa’. Jika perlu, rumah dinas pun mesti dibuatkan berbeda dari kepala daerah sebelumnya. Tempat tinggal itulah yang nantinya setelah selesai menjabat bisa menjadi rumah pribadi. Mebel ruang kerja pun semua diganti baru, menyesuaikan selera. Bila seleranya ala Leanardo da Vinci, mebel pun didatangkan dari Italia. Toh, anggarannya memungkinkan. Dana APBD cukup melimpah, begitu kira-kira cara berpikir sebagian di antara mereka. Gaya menjabat para kepala daerah seperti itu tentu saja akan mengundang rasa iri rekan-rekan mereka di DPRD. Anggaran lebih besar lagi mesti dialokasikan untuk menghilangkan rasa iri itu. Cukuplah mobil dinas mewah, syukur-syukur ditambah kaveling tanah sebagai ‘penyeimbang’.

Perjalanan dinas juga dirancang sebanyak yang memungkinkan meskipun sebagian besar perjalanan itu tidak bermanfaat bagi pembangunan daerah. Yang penting, ada duit yang bisa dimainkan dengan menggelembungkan biaya. Segala daya upaya maksimal dikerahkan dalam menga¬lokasian anggaran yang bersifat rutin. Sebaliknya, daya yang disisihkan untuk program pembangun¬an hanya seadanya, yang penting ada. Begitu terus yang terjadi kendati kepala daerah silih berganti.

Jauh lebih mudah memang merencanakan anggaran rutin ketimbang merancang program yang mampu mengangkat kesejahteraan rakyat dan merealisasikannya. Pantas saja, ratusan triliun dana pemerintah daerah terparkir di bank. Belum lagi pola kebut anggaran di triwulan terakhir setiap tahun. Prinsipnya, asal anggaran terserap, tidak usah dipikirkan kualitas manfaatnya bagi rakyat. Maka wajar bila selama beberapa dekade, negeri ini belum kunjung mampu melepaskan puluhan juta rakyat dari jerat kemiskinan. Angka-angka pertumbuhan ekonomi hanya bisa dirasakan manisnya oleh kelompok masyarakat berpunya.

Para pejabat pura-pura lupa, bahkan tidak peduli, bahwa uang yang bersumber dari APBD dan APBN merupakan milik rakyat. Mereka orang-orang yang diberi amanah menyelenggarakan negara dan menggunakan anggaran untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan malah untuk semewah-mewahnya kehidupan pribadi.

Pada titik itulah, kritik Presiden dan Wapres atas pola kerja dan cara hidup kepala daerah amat relevan untuk terus digemakan. Apa yang disampaikan Jokowi-JK merupakan upaya keras memperbanyak dan menyebarkan pusat-pusat teladan agar manfaatnya segera dirasakan masyarakat. Tidak ada jalan lain bagi kepala daerah untuk melaksanakan ajakan itu. Jika tidak mau, hanya soal waktu bagi mereka untuk terjaring KPK tersebab terlena kemewahan.



Berita Lainnya
  • Saling Menghormati untuk Abolisi-Amnesti

    04/8/2025 05:00

    MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.

  • Membuka Pintu Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.

  • Main Hajar Rekening ala PPATK

    01/8/2025 05:00

    ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.

  • Masih Berburu Harun Masiku

    31/7/2025 05:00

    KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.

  • Indonesia Rumah Bersama

    30/7/2025 05:00

    Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.

  • Jangan Biarkan Rasuah Rambah Desa

    29/7/2025 05:00

    KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.

  • Ujian Kekuatan ASEAN

    28/7/2025 05:00

    KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.

  • Atasi Karhutla Butuh Ketegasan

    26/7/2025 05:00

    NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.

  • Jaga Kedaulatan Digital Nasional

    25/7/2025 05:00

    Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.

  • Ini Soal Kesetiaan, Bung

    24/7/2025 05:00

    EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.

  • Koperasi Desa versus Serakahnomics

    23/7/2025 05:00

    SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia. 

  • Laut bukan untuk Menjemput Maut

    22/7/2025 05:00

    MUSIBAH bisa datang kapan pun, menimpa siapa saja, tanpa pernah diduga.

  • Mengkaji Ulang IKN

    21/7/2025 05:00

    MEGAPROYEK pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada awalnya adalah sebuah mimpi indah.

  • Suporter Koruptor

    19/7/2025 05:00

    PROSES legislasi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hukum Acara Pidana menunjukkan lagi-lagi DPR dan pemerintah mengabaikan partisipasi publik.

  • Rumah Sakit Asing bukan Ancaman

    18/7/2025 05:00

    DIBUKANYA keran bagi rumah sakit asing beroperasi di Indonesia laksana pedang bermata dua.

  • Kerja Negosiasi belum Selesai

    17/7/2025 05:00

    AKHIRNYA Indonesia berhasil menata kembali satu per satu tatanan perdagangan luar negerinya di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi.