Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Saatnya Menangkan Indonesia

30/1/2024 21:00

KETELADANAN menjaga muruah bangsa ditunjukkan oleh KH Ahmad Mustofa Bisri, Mustasyar PBNU, di tengah kancah politik pemilu yang kian sengit. Gus Mus, demikian dia dipanggil, mengingatkan kembali agar Nahdlatul Ulama (NU) tidak kehilangan muruah dan tersesat di tiga jalur politik kuasa yang tengah bertarung. NU harus tetap pada khitah netral. Ini sudah menjadi kekhasan warga NU atau nahdliyin yang sejak lama tidak tersentralistik di satu kutub politik.

Ketika figur pimpinan organisasi NU mulai cenderung menunjukkan keberpihakan, pertanyaan ke mana NU berlabuh makin menjadi sorotan. Di titik ini, perlu ada peluit yang dibunyikan untuk mengingatkan. Perlu ada rem agar tidak kebablasan, sehingga warga NU tidak dirugikan hanya karena bahtera besar tempat mereka bernaung sibuk dengan gelombang 'copras-capres'.

Gus Mus menyuarakan hal yang esensial. Menyitir istilah kolumnis NU Mahbub Djunaidi, NU pantang doyong-doyong seperti daun bawang. Memang tidak mudah untuk berada di jalan tengah kala godaan politik kekuasaan ada di kanan kiri. Namun demikian, NU harus taat pada panggilan muruahnya demi kebaikan warganya, demi dan demi martabat bangsa.

"Urusannya NU itu memperbaiki kinerja memenangkan Indonesia, bukan memenangkan capres," kata Gus Mus saat memberikan tausiyah di acara Konferensi Besar Nahdlatul Ulama dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).

Gus Mus memang benar bahwa yang terpenting ialah memenangkan rumah besar bernama Indonesia. Dengan Indonesia menang, bangsa ini akan sejajar, terpandang, bahkan disegani di antara bangsa-bangsa lain. Dengan Indonesia menang, rakyat semakin sejahtera dan bisa memberi kontribusi besar bahkan menjadi pemain paling penting di kawasan.

Patut diingat, NU adalah ormas terbesar di Indonesia. Sejak lama, kepentingan bangsa menjadi yang terutama. Pesan Gus Mus soal netralitas karena itu patut diapresiasi dan diikuti. Lebih jauh, NU yang menjunjung netralitas bisa menjadi contoh kala karut-marut tidak netralnya para penyelenggara negara belakangan ini.

Aroma ketidaknetralan itu semakin kental terasa setelah Presiden Joko Widodo terang-terangan menyatakan ia bisa berkampanye dan memihak pasangan calon tertentu. Pernyataan itu jelas bertentangan dengan semangat Pasal 282 UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Di sana terdapat larangan kepada pejabat negara membuat keputusan atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu peserta pemilu selama masa kampanye.

Publik tentu berharap suara dari Gus Mus terus menggema dan menjalar agar NU terus berada di jalur yang benar. Publik juga rindu agar pesan tersebut mampu mengetuk nurani para penyelenggara dari level tertinggi hingga desa untuk bersama-sama memenangkan Indonesia. Kalau NU yang menjadi bagian ormas saja pemimpinnya meniupkan peluit perlunya memenangkan bangsa dan negara, apalagi para pemimpin negara, mestinya jauh lebih berkepentingan memenangkan Indonesia.



Berita Lainnya
  • Main Hajar Rekening ala PPATK

    01/8/2025 05:00

    ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.

  • Masih Berburu Harun Masiku

    31/7/2025 05:00

    KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.

  • Indonesia Rumah Bersama

    30/7/2025 05:00

    Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.

  • Jangan Biarkan Rasuah Rambah Desa

    29/7/2025 05:00

    KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.

  • Ujian Kekuatan ASEAN

    28/7/2025 05:00

    KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.

  • Atasi Karhutla Butuh Ketegasan

    26/7/2025 05:00

    NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.

  • Jaga Kedaulatan Digital Nasional

    25/7/2025 05:00

    Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.

  • Ini Soal Kesetiaan, Bung

    24/7/2025 05:00

    EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.

  • Koperasi Desa versus Serakahnomics

    23/7/2025 05:00

    SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia. 

  • Laut bukan untuk Menjemput Maut

    22/7/2025 05:00

    MUSIBAH bisa datang kapan pun, menimpa siapa saja, tanpa pernah diduga.

  • Mengkaji Ulang IKN

    21/7/2025 05:00

    MEGAPROYEK pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada awalnya adalah sebuah mimpi indah.

  • Suporter Koruptor

    19/7/2025 05:00

    PROSES legislasi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hukum Acara Pidana menunjukkan lagi-lagi DPR dan pemerintah mengabaikan partisipasi publik.

  • Rumah Sakit Asing bukan Ancaman

    18/7/2025 05:00

    DIBUKANYA keran bagi rumah sakit asing beroperasi di Indonesia laksana pedang bermata dua.

  • Kerja Negosiasi belum Selesai

    17/7/2025 05:00

    AKHIRNYA Indonesia berhasil menata kembali satu per satu tatanan perdagangan luar negerinya di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi.

  • Setop Penyakit Laten Aksi Oplosan

    16/7/2025 05:00

    BARANG oplosan bukanlah fenomena baru di negeri ini. Beragam komoditas di pasaran sudah akrab dengan aksi culas itu.

  • Revisi KUHAP tanpa Cacat

    15/7/2025 05:00

    DPR dan pemerintah bertekad untuk segera menuntaskan revisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Semangat yang baik, sebenarnya.