Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
GELARAN SEA Games ke-31 di Vietnam yang baru saja usai barangkali boleh disebut sebagai kebangkitan kecil olahraga Indonesia. Dengan jumlah kontingen terkecil di antara keikutsertaan Indonesia di empat SEA Games terakhir, kita mampu bertengger di peringkat ketiga klasemen akhir di bawah tuan rumah dan Thailand.
Betul bahwa Indonesia belum bisa mengembalikan kedigdayaan masa lalu hingga dijuluki Raja Asia Tenggara. Sejak 1997 Indonesia nyaris tidak pernah lagi menjadi juara umum SEA Games kecuali pada 2011 ketika menjadi tuan rumah. Selebihnya peringkatnya naik turun di posisi ketiga dan keempat, bahkan sempat terpuruk di posisi kelima pada saat SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Akan tetapi, lewat kacamata positif, kita bisa melihat prestasi terkini yang ditorehkan atlet-atlet muda Tanah Air di Vietnam sedikit banyak telah menyalakan lagi dian harapan yang sempat redup. Kemampuan anak-anak muda ini kiranya bisa menjadi menjadi modal untuk mencetak prestasi lebih baik lagi. Tidak hanya di tingkat Asia Tenggara, tapi juga Asia, bahkan dunia.
Kini, yang mesti segera dilakukan ialah evaluasi menyeluruh. Secara umum hasil dari Vietnam mungkin cukup menggembirakan, tetapi jika kita melihat secara parsial peningkatan itu tidak merata di seluruh cabang olahraga (cabor). Ada cabor yang mencatat hasil gemilang dan menyumbangkan banyak medali seperti dayung, panahan, menembak, karate, dan wushu.
Ada juga cabor yang membuat kejutan seperti renang dengan dua perenang mudanya yang mampu menggaet dua keping emas. Angkat besi pun cemerlang dengan sejumlah rekor yang dicatatkan. Satu lagi yang mesti dicatat tebal ialah kegemilangan tim bola basket yang mematahkan dominasi emas Filipina di ajang SEA Games.
Namun, di lain sisi, ada juga cabor yang masih melempem dan tak memenuhi target perolehan medali. Sebagai contoh, cabang atletik yang merupakan ibu dari semua cabang olahraga dan menyediakan sangat banyak medali justru gagal dikuasai. Dari target 8 medali emas, tim atletik Indonesia hanya membawa pulang 2 emas. Ini patut disayangkan karena ada 47 medali emas yang diperebutkan di cabang atletik.
Begitu pula pencak silat yang cuma mampu menggaet satu emas. Lalu, sepak bola yang begitu diharapkan publik mampu juara karena sudah puasa emas SEA Games selama 31 tahun, juga kembali gagal. Tim nasional sepak bola U-23 Indonesia hanya mampu menggondol perunggu untuk kesekian kalinya.
Artinya, evaluasi mesti dilakukan secara detail cabor per cabor. Pemerintah saat ini punya Desain Besar Olahraga Nasiona (DBON) yang di dalamnya terdapat sejumlah cabor andalan. Idealnya, cabor-cabor itulah yang dievaluasi pertama. Sistem promosi dan degradasi untuk cabor DBON harus diberlakukan secara tegas supaya tercipta kompetisi antar-cabor yang positif.
Ini bukan semata untuk tujuan perbaikan prestasi di SEA Games berikutnya. Cakrawala mesti kita perluas. Evaluasi dan pembinaan atlet pascaevaluasi nanti sepatutnya diarahkan untuk mempersiapkan diri menuju ajang yang lebih tinggi seperti Olimpiade. SEA Games dapat dijadikan ajang untuk mematangkan atlet-atlet muda supaya mereka bisa mendapat tiket dan kemudian mencatat prestasi tinggi di Olimpiade.
Regenerasi memang menjadi faktor kunci bila Indonesia ingin dapat unjuk gigi di level dunia. Jika regenerasi diikuti dengan pembinaan atlet secara konsisten, persisten, dan terukur. Ditambah dengan kompetisi yang kontinyu serta kelengkapan sarana pusat latihan yang memadai, kita yakin Indonesia akan kembali mampu merajai Asia Tenggara.
Dengan bekal ketekunan pembinaan dan regenerasi itu, bukan mustahil sektor olahraga Indonesia bahkan akan mampu berkiprah lebih mengilap di tingkat Asia, bahkan dunia.
LAGI dan lagi, publik terus saja dikagetkan oleh peristiwa kecelakaan kapal di laut. Hanya dalam sepekan, dua kapal tenggelam di perairan Nusantara.
MEMBICARAKAN kekejian Israel adalah membicarakan kekejian tanpa ujung dan tanpa batas.
SINDIRAN bahwa negeri ini penyayang koruptor kian menemukan pembenaran. Pekik perang terhadap korupsi yang cuma basa-basi amat sulit diingkari.
PROYEK pembangunan ataupun pembenahan terkait dengan jalan seperti menjadi langganan bancakan untuk dikorupsi.
MAHKAMAH Konstitusi kembali menghasilkan putusan progresif terkait dengan penyelenggaraan pemilu di Indonesia
MENTERI sejatinya dan semestinya adalah pembantu presiden. Kerja mereka sepenuhnya didedikasikan untuk membantu kepala negara mengatasi berbagai persoalan bangsa.
GENCATAN senjata antara Iran dan Israel yang tercapai pada Senin (23/6) malam memang kabar baik.
KITAB Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang bermartabat haruslah mengutamakan perlindungan menyeluruh atas hak-hak warga.
PRESIDEN Prabowo Subianto akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2025 tentang Penanganan Secara Khusus dan Pemberian Penghargaan bagi Saksi Pelaku, akhir pekan lalu.
ADA-ADA saja dalih yang diciptakan oleh Amerika Serikat (AS) untuk menyerbu negara lain.
PENGESAHAN Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) adalah sebuah keniscayaan.
VONIS yang baru saja dijatuhkan kepada para pelaku mafia hukum dalam perkara Ronald Tannur kian menunjukkan dewi keadilan masih jauh dari negeri ini
ESKALASI konflik antara Iran dan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda surut.
KITA sebenarnya sudah kenyang dengan beragam upaya manipulasi oleh negara. Namun, kali ini, rasanya lebih menyesakkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved