Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Contoh Buruk Demokrasi AS

08/1/2021 05:00
 Contoh Buruk Demokrasi AS
Ilustrasi(MI/Duta)

 

 

PENDUDUKAN gedung Capitol, tempat Senat dan Kongres Amerika Serikat bersidang, menjadi gambaran nyata daya destruktif akibat memproduksi kebohongan. Hanya karena hasil pemilu tidak menguntungkan petahana Donald Trump, provokasi terus disemburkan demi memancing kemarahan pendukungnya.

Trump, yang sejak lama menolak untuk meng akui hasil pilpres, terus berdalih telah terjadi kecurangan. Tudingan manipulasi penghitungan suara digaungkan tanpa henti meskipun tidak pernah disertai bukti. Narasi fantasi kecurangan penghitungan suara menjerumuskan pendukungnya dalam delusi yang begitu pekat.

Makin lama, pendukung Donald Trump seakan semakin jauh dari kenyataan dan mencapai puncaknya saat ribuan dari mereka nekat untuk menyerang gedung Capitol saat para anggota parlemen bersidang untuk menetapkan kemenangan Joe Biden.

Ribuan pendukung Trump dengan bebas menduduki kompleks Capitol, termasuk ruang Senat. Ada seorang pria berdiri di kursi presiden Senat dan berteriak, ‘Trump memenangi pemilihan itu!’

Setidaknya empat orang dilaporkan tewas oleh penegak hukum. Polisi juga menemukan dua bom pipa yang diduga dibawa oleh para perusuh. Polisi juga menemukan pendingin dari kendaraan yang memiliki senjata dan bom molotov di halaman Capitol.

Kerusuhan ini terjadi tak lama setelah Trump menyampaikan pidato yang lagi-lagi menyebut dirinya menang pemilu dan menyerukan para pendukungnya untuk menolak hasil pemilu.

Kerusuhan yang benar-benar menjadi cerminan bagaimana daya destruktif provokasi kebohongan yang dibangun di atas politik populisme berhasil meluluhlantakkan demokrasi, bahkan di negara yang telah dua abad lebih menjalaninya.

Sangat disayangkan, besarnya partsisipasi warga Amerika Serikat dalam pemilihan presiden pada 3 November tahun lalu ternyata tidak dibarengi dengan kematangan berdemokrasi para elitenya. Rekor partisipasi pemilih yang dianggap sebagai sebuah kesuksesan demokrasi tercoreng aksi rusuh pendukung Trump.

Sejarah juga akan mengingat bahwa kematangan berdemokrasi ternyata tidak selalu punya korelasi positif dengan lamanya sistem tersebut dianut. Pun menjadi bukti bahwa omongan dan perilaku negatif seorang tokoh dan pemimpin sangat berbahaya, bahkan mampu mengancam kemapanan demokrasi.

Memang, Trump akhirnya berjanji secara terbuka akan meninggalkan jabatannya pada 20 Januari. Ia juga menjanjikan transfer kekuasaan yang tertib setelah Kongres AS menegaskan kemenangan Electoral College bagi presiden terpilih Joe Biden.

Namun, tragedi pendudukan gedung parlemen Amerika Serikat telah menelan korban, juga menyisakan bekas luka dalam perjalanan demokrasi di ‘Negeri Paman Sam’. Trump akan tercatat sebagai tokoh yang menjadikan politik populisme sebagai senjata utamanya.

Tragedi pendudukan gedung parlemen AS ialah contoh buruk demokrasi. Harus menjadi pelajaran bagi para tokoh dan elite politik di Indonesia. Kalah dalam pertandingan memang menyakitkan, tetapi mengakui kekalahan ialah suatu kehormatan untuk menjunjung esensi demokrasi.

Pemimpin mestinya menyampaikan pesan-pesan yang menyejukkan, bukan membelah persatuan, bukan pula menebar kebohongan yang mengungkit kebencian. Pemimpin itu ibarat sumur kebajikan yang tak pernah kering ditimba.

 

 

 



Berita Lainnya
  • Jangan Takluk oleh Silfester

    19/8/2025 05:00

    KONSTITUSI telah menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara hukum. Salah satu prinsip yang tak bisa ditawar ialah soal kepastian hukum.

  • Terima Kritik meski Menyesakkan

    18/8/2025 05:00

    UNGKAPAN tidak ada manusia yang sempurna menyiratkan bahwa tidak ada seorang pun yang luput dari kesalahan.

  • Kebocoran Anggaran bukan Bualan

    16/8/2025 05:00

    BERANI mengungkap kesalahan ialah anak tangga pertama menuju perbaikan.

  • Berdaulat untuk Maju

    15/8/2025 05:00

    DELAPAN dekade sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia telah menapaki perjalanan panjang yang penuh dinamika.

  • Candaan yang tidak Lucu

    14/8/2025 05:00

    BERCANDA itu tidak dilarang. Bahkan, bercanda punya banyak manfaat untuk kesehatan fisik dan mental serta mengurangi stres.

  • Perbaiki Tata Kelola Haji

    13/8/2025 05:00

    MULAI 2026, penyelenggaraan ibadah haji di Tanah Air memasuki era baru. K

  • Jalur Istimewa Silfester

    12/8/2025 05:00

    BUKAN masuk penjara, malah jadi komisaris di BUMN. Begitulah nasib Silfester Matutina, seorang terpidana 1 tahun 6 bulan penjara yang sudah divonis sejak 2019 silam.

  • Hati-Hati Telat Jaga Ambalat

    11/8/2025 05:00

    PERSOALAN sengketa wilayah Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia kembali mencuat di tengah kian mesranya hubungan kedua negara.

  • Mengevaluasi Penyaluran Bansos

    09/8/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia.

  • Tegakkan Hukum Hadirkan Keadilan

    08/8/2025 05:00

    PEMERIKSAAN dua menteri dari era Presiden Joko Widodo oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi menjadi sorotan publik.

  • Vonis Pantas untuk Aparat Culas

    07/8/2025 05:00

    SAMA seperti perang terhadap korupsi, perang melawan narkoba di negeri ini sering dipecundangi dari dalam.

  • Jangan Bergantung Terus pada Konsumsi

    06/8/2025 05:00

    EKONOMI Indonesia melambung di tengah pesimisme yang masih menyelimuti kondisi perekonomian global maupun domestik.

  • Merangkul yang tengah Resah

    05/8/2025 05:00

    BERAGAM cara dapat dipakai rakyat untuk mengekspresikan ketidakpuasan, mulai dari sekadar keluh kesah, pengaduan, hingga kritik sosial kepada penguasa.

  • Saling Menghormati untuk Abolisi-Amnesti

    04/8/2025 05:00

    MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.

  • Membuka Pintu Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.

  • Main Hajar Rekening ala PPATK

    01/8/2025 05:00

    ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.