Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Rupiah Menuju Kenormalan Baru

05/6/2020 05:00

PASAR merespons positif atas kebijakan transisi menuju kenormalan baru. Kepercayaan investor perlahan-lahan pulih bersamaan rupiah cenderung menguat terhadap dolar Amerika Serikat.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta kemarin sore memang ditutup sama dengan hari sebelumnya di level 14.095 per dolar AS. Ditutup stagnan karena aksi profit taking, aksi mengambil untung dalam jangka pendek dengan memanfaatkan situasi tertentu.

Wajar-wajar saja rupiah diterpa aksi mengambil untung karena selama dua hari sebelumnya, rupiah perkasa. Rupiah melesat tajam 2,29% pada Rabu (3/6) dan sehari sebelumnya sebesar 1,34%. Secara keseluruhan, apresiasi rupiah ini melibas mata uang Asia hingga mata uang Eropa.

Penguatan tajam rupiah ditopang oleh faktor global dan juga kebijakan dalam negeri. Pertama, jelas karena pelemahan nilai tukar dolar AS akibat ekonomi dunia yang berangsur pulih sejalan dengan dibukanya kembali kegiatan ekonomi di berbagai negara, serta meluasnya demonstrasi terkait isu rasialisme di AS.

Bila dilihat dari sisi domestik, pemberlakuan skenario kenormalan baru (new normal) ditanggapi pasar secara positif. Setelah dua bulan terakhir pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah di Indonesia untuk menghambat laju penyebaran covid-19, kini pemerintah sedang gencar-gencarnya mengeksplorasi dan mempersiapkan kebijakan kenormalan baru dalam menyikapi pandemi ini.

Presiden sejak bulan lalu telah menggaungkan kebijakan new normal agar masyarakat tetap menjalankan aktivitas, tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penularan virus. Adanya new normal ini jelas meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar di Indonesia.
 
Ditambah lagi perilaku investor global yang mulai mencari kembali instrumen pasar dengan imbal hasil tinggi yang menyebabkan derasnya aliran modal ke dalam negeri yang terlihat dari lelang obligasi atau surat berharga negara (SBN) pada Selasa (2/6), yang penawarannya mencapai Rp105,27 triliun.

Sentimen positif tidak hanya terjadi di pasar keuangan. Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga kian menguat dua minggu terakhir. Meskipun kemarin ditutup terkoreksi 0,49% atau 24,30 poin ke level 4.916,70, saat perdagangan sesi I IHSG sempat menguat hingga menyentuh level 5.014,76, capaian yang tertinggi selama sebulan terakhir.

Jujur diakui bahwa tekanan akibat covid-19 membuat pasar modal mengalami guncangan. Namun, sejumlah kebijakan yang diambil otoritas mampu memicu sentimen positif. IHSG mulai kembali hijau.

Untuk itulah, implementasi new normal perlu terus dijaga dan ditingkatkan kesiapannya demi menjaga sentimen positif dan menjaga kepercayaan investor terhadap pasar.

Pemerintah pusat dan daerah harus seiring dan selaras dalam melaksanakan kebijakan penanganan covid-19. Apalagi, pergerakan kasus covid-19 yang masih tergolong dinamis dengan angka kasus terkonfirmasi masih terus bertambah setiap harinya di sejumlah daerah.

Penanganan covid-19 masih menjadi salah satu pertimbangan investor dalam memercayakan investasinya di Indonesia. Keduanya berjalan bersamaan dan memengaruhi satu sama lain. Pemerintah perlu mempersiapkan segala kelengkapan yang dibutuhkan untuk new normal dengan matang.

Jangan membuat celah terjadinya gelombang kedua penyebaran covid-19. Jika itu sampai terjadi, roda perekonomian bisa kembali terhenti dan aliran modal akan keluar lagi dari Indonesia, buntutnya rupiah berisiko terjerembap seperti Maret lalu.

Sebaliknya, jika kepercayaan investor terjaga, peluang rupiah untuk menembus level 'keramat' di bawah 14 ribu per dolar AS akan terwujud. Rupiah juga akan memasuki new normal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



Berita Lainnya