Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SOBAT Medi, tentu kalian sudah sering mendengar bullying atau perundungan. Bisa jadi di sekolah, kalian juga sudah sering diingatkan untuk tidak merundung, dan sebaliknya, jika mengalami perundungan, kalian jangan ragu untuk menceritakan pada orangtua atau guru.
Meski begitu, sampai saat ini kita sehari-sehari masih sering mendengar aksi perundungan. Bahkan, bisa jadi pula tanpa kita sadari kita secara tidak sengaja sudah melakukan perundungan. Itu sering kali terjadi saat kita bercanda dengan teman dan tiba-tiba menjadi kebablasan.
Hal itu pula yang dialami sobat Medi bernama Nadia Syaza Kamila."Ada teman yang sering ngusilin aku di dekat rumah, dia mengejek dan kadang bercandanya sampai dorong-dorong. Aku enggak suka,” kata siswi kelas 4 SD itu kepada Media Indonesia, Rabu (23/10).
Nadia, lanjutnya, jika dirinya merasa bercandaan sang teman sudah berlebihan, ia akan langsung bilang bahwa tidak suka. Jika sang teman terus melakukan hal itu, Nadia akan melaporkan pada ibunya. "Kalau dia tetap ngelakuin itu, aku akan ngadu ke ibuku biar dia dinasehatin ibuku atau ibuku bilang ke ibunya dia biar dia enggak ngelakuin itu lagi," lanjutnya.
Nah, sobat, tanpa tindakan fisik seperti mendorong, memukul, dan sebagainya, bercanda juga sudah bisa dikatakan berubah menjadi bullying lewat perkataan yang mengejek atau menghina. Memang, sih, sobat, kita sering kali susah membedakan antara menggoda dan menghina. Itu sebabnya kita perlu sama-sama belajar membedakan bercanda, termasuk menggoda, dengan bullying.
Dengan begitu, kita bisa tetap bercanda dengan teman tanpa menyakiti hatinya atau mem-bully dia. Sebaliknya pula, kita tidak asal menuduh orang melakukan bullying, padahal jelas-jelas hanya bercanda atau menggoda sebab bercanda dalam pertemanan itu juga perlu, lo, sobat! Bercanda yang sehat dapat membuat pertemanan kita makin akrab dan menyenangkan.
Berikut perbedaan sederhana antara bercanda vs bullying, yang Medi kumpulkan dari berbagai sumber:
1. Niat menyakiti
Disebut bercanda jika tidak dengan niat menghina, menyakiti, atau merendahkan orang lain. Sebaliknya, bercanda sudah berubah menjadi bullying jika dilakukan dengan niat-niat tersebut.
2. Berulang-ulang
Niat menjatuhkan, menghina, atau menyakiti juga bisa dikenali jika tindakan atau perkataan itu dilakukan berulang. Apalagi jika yang dibercandai sudah mengatakan tidak suka, tetapi ia terus digoda atau diejek dengan perkataan yang sama atau terus mengalami tindakan yang sama, misal terus-menerus didorong atau dijahili. Itu berarti orang tersebut sudah mengalami bullying.
3. Saling membercandai atau tidak
Bercanda harus bisa terjadi seimbang dua arah. Sebab itu, ketika hanya satu orang yang boleh membuat candaan dan ia melarang orang lain untuk membalas candaannya, ia sudah melakukan bullying.
4. Hanya satu pihak yang senang atau tertawa
Masih kelanjutan dari nomor 1 dan 3, jika kita masih sulit membedakan antara bercanda dan bullying, kita dapat melihat reaksi orang yang dibercandai. Jika yang tertawa atau senang hanya orang yang melontarkan candaan, sebaliknya, orang yang dibercandai terlihat tidak senang bahkan sampai marah dan menangis, itu sudah berarti bullying.
Nah, lalu bagaimana seandainya candaan kita membuat orang lain marah atau tersinggung, padahal kita sama sekali tidak berniat menghina atau menyakiti? Hal pertama yang harus kita lakukan ialah berhenti meneruskan candaan itu.
Setelah itu, kita juga jangan malah balik menyalahkan dia sebagai orang yang terlalu perasa. Sebaliknya, kita justru harus berani meminta maaf. Jika kita memang tidak berniat menyakiti, kita dapat menjelaskan itu padanya dan sekaligus bertanya tentang apa yang membuatnya marah atau sakit hati. Dengan begitu, kita dan teman tersebut akan sama-sama mengerti perasaan dan maksud masing-masing. Dengan begitu juga, pertemanan kita akan semakin asik. Iya, tidak, sobat?!
Menghargai diri sendiri
Sobat, di luar soal bercanda yang kebablasan, bullying juga banyak yang terjadi terang-terangan. Aksi bullying seperti itu di antaranya ialah terang-terangan menghina orang hingga memaksa orang untuk menuruti berbagai kemauan kita, seperti meminta dijajanin, meminta diantar-jemput, meminta dibuatkan tugas/PR, dan sejenisnya.
Bullying yang seperti itu harus dilawan dengan tegas, sobat! Jika kita sangat sulit menolak secara langsung, misal karena kita diancam, kita harus berani melaporkan kepada orangtua atau guru.
Nah, sebelum sampai ke sana, kita juga perlu menghindari bibit-bibit bullying. Hal itu bisa kita lakukan dengan tidak mudah untuk disuruh-suruh atau diminta untuk melakukan hal yang tidak kita mau. Kita juga harus bisa memilih teman, terutama yang baru kita kenal. Kita jangan sampai mudah percaya begitu saja.
Selain itu, sobat, bullying juga bukan hanya di dunia nyata. Di dunia maya, misalnya lewat medsos, kita juga bisa menjadi korban bullying. Sebab itu, kita harus selalu berhati-hati dalam berteman.
Hal itu pula yang dilakukan oleh Fadillatul Jannah dan Raditya Wahyudi. Raditya atau akrab disapa Adit yang duduk di kelas 2 SMP mengatakan bahwa tidak mudah percaya teman juga penting agar terhindar dari dimanfaatkan. Ia mengetahui saat ini banyak pula orang yang berpura-pura ingin berteman, padahal ingin memanfaatkan mendapatkan uang.
“Enggak bisa percaya gitu aja, apalagi sampai langsung minta ketemuan. Terus, jangan mudah percaya juga sama orang yang minta tolong ditransferin uang karena dia cerita lagi sulit hidupnya atau lagi ada masalah,” jelas Adit.
Penting diingat, sobat Medi, bahwa berani menolak hal-hal yang membuat kita tidak nyaman merupakan salah satu cara menghargai diri kita. Hal itu pun diterapkan oleh Fadillatul. "Dulu memang aku susah banget buat nolak ajakan teman atau sepupuku, akhirnya aku selalu iyain semua permintaannya. Jadinya bikin aku enggak nyaman pas lakuinnya dan terpaksa lakuinnya," kenang gadis yang akrab disapa Dilla itu.
"Tapi setelah itu aku tahu kalau terus-menerus mengiyakan ajakan orang atau permintaan orang, itu bikin kita enggak nyaman dan hati kita bakal terbebani. Terus aku coba buat menolak dengan cara baik-baik. Ternyata itu bikin aku jadi senang karena kayak bisa menghargai diri sendiri saja karena terhindar dari situasi yang bikin enggak nyaman,” lanjut Dilla.
Bundanya Adit, Sinta, mengaku juga selalu memberikan pemahaman ke Adit bahwa bukan saja kita yang harus berani membela diri, melainkan kita juga tidak boleh memperlakukan orang dengan buruk. Selain memberikan pemahaman, bunda Sinta juga kerap memberikan contoh tindakan menolak dengan baik dan menolak dengan tegas sehingga Adit bisa menerapkannya hingga saat ini. Selain itu, Adit dilatih untuk olahraga bela diri agar mampu menghadapi peristiwa buruk yang tidak terduga. (M-1)
Dalam Youth Center Fun Swimming Competition yang digelar di Gelangang Renang Jakarta (GRJ) Youth Center, Jakarta Timur, perenang usia TK sampai SMA sama-sama bisa unjuk gigi.
Sobat Medi bernama Azka diajari waspada penculikan dengan dibuatkan simulasi oleh orangtua. Kakak sepupunya berpura-pura menjadi orang asing yang mengajak dia pergi.
Menyandang tunadaksa, Ken Zahra Husniah mampu menjadi atlet boccia berpretasi. Sementara itu, Raden Lyra yang menyandang tunagrahita sudah berlaga di ajang renang.
Upacara bendera dengan mengenakan pakaian adat dan perlombaan tradisional membuat para sobat Medi belajar budaya Tanah Air.
Di era medsos sekarang ini, lagu anak juga harus menarik minat orang untuk membawakannya lagi agar bisa dikenal.
SISWA Kelas 6 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Maccini I/1 di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Sulawesi Selatan, meninggal dunia diduga karena mengalami perundungan oleh teman sekolahnya.
Respons yang cepat dan deteksi dini dapat minimalisir dampak lebih buruk dari perilaku bullying, baik bagi korban, dan juga yang melakukan bullying.
Sidang menampilkan tiga terdakwa yaitu Taufik Eko Nugroho, Sri Maryani, dan Zara Yupita Azra
Kasus perundungan dan pemerasan PPDS Anestesi Undip Semarang tersebut masih dalam penanganan jaksa penuntut umum.
Wildan juga mengalami pemerasan hingga Rp500 juta untuk membiayai pesta seniornya.
Dalam kasus perundungan ini, polisi telah memeriksa 36 saksi. Tak hanya itu, uang sebesar Rp97 juta juga telah disita.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved