Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
Waktu makan adalah sesuatu yang ditakuti banyak orang tua karena kesulitan untuk membuat anak makan. Bahkan, tidak jarang waktu makan ibarat medan perang.
Namun sebuah penelitian menunjukkan bahwa bertentangan dengan kepercayaan umum, sebenarnya hanya 16 persen anak-anak yang harus digolongkan sebagai pemakan yang 'rewel'.
Para peneliti dari Aston University mensurvei hampir 1.000 orang tua di Inggris tentang gaya makan anak-anak mereka.
Temuan mereka menunjukkan bahwa semua anak muda termasuk dalam salah satu dari empat kategori makanan.
Sementara 16 persen digolongkan sebagai 'rewel', 84 persen lainnya adalah 'keranjingan', 'bahagia', atau 'tipikal', kata mereka.
Dalam penelitian ini, tim berangkat untuk menyelidiki pola perilaku makan pada anak-anak sekolah dasar, dan bagaimana kaitannya dengan praktik makan.
Para peneliti menyurvei 995 orang tua dan pengasuh anak-anak berusia tiga hingga lima tahun di Inggris dan Wales tentang kebiasaan makan anak-anak mereka dalam delapan perilaku.
Itu mencakup respons terhadap makanan, makan berlebihan secara emosional, kenikmatan makanan, keinginan untuk minum, respons terhadap rasa kenyang, kelambatan dalam makan, mengurangi makan sebagai respons emosional, dan kerewelan terhadap makanan
Hasilnya kemudian disusun, dan kemudian mengungkapkan empat kategori pemakan yang berbeda.
Empat puluh empat persen anak-anak memiliki tingkat perilaku 'rata-rata' dalam delapan perilaku, dan harus digolongkan sebagai pemakan 'tipikal', menurut para peneliti.
Sementara itu, 16 persen digolongkan sebagai pemakan yang ‘rewel.
Delapan belas persennya adalah orang yang 'bahagia' dalam makan, yaitu mereka yang memiliki tingkat kenikmatan makanan yang tinggi, namun memiliki tingkat kelambatan makan yang rendah, kerewelan makanan, makan berlebihan secara emosional, dan kurang makan secara emosional.
Terakhir, 22 persen digolongkan sebagai orang yang 'gila' makan, yaitu mereka yang memiliki kenikmatan lebih tinggi terhadap makanan, kecepatan makan lebih cepat, dan kepekaan yang lebih lemah terhadap isyarat internal 'kenyang'.
Para peneliti mengatakan bahwa anak-anak dalam kelompok ini memiliki risiko paling tinggi untuk makan berlebihan dan selanjutnya mengalami penambahan berat badan.
Tim berharap temuan ini dapat digunakan untuk menyusun strategi yang lebih personal guna meningkatkan pola makan sehat pada anak-anak.
Dr Abigail Pickard, penulis utama studi tersebut, mengatakan: 'Orang tua dapat menggunakan penelitian ini untuk membantu mereka memahami jenis pola makan yang dilakukan anak mereka.
'Kemudian berdasarkan profil makan anak, orang tua dapat menyesuaikan strategi pemberian makan mereka dengan anak tersebut.
“Misalnya, anak-anak dengan profil pola makan yang rajin mungkin mendapat manfaat lebih dari pembatasan makanan secara terselubung, seperti tidak menyediakan camilan dalam rumah atau tidak memajang makanan, untuk mengurangi godaan untuk makan makanan saat tidak ada rasa lapar.
“Sedangkan, jika seorang anak menunjukkan perilaku makan yang rewel, akan lebih bermanfaat bagi anak tersebut untuk menampilkan pilihan makanan yang seimbang dan bervariasi untuk mendorong mencoba makanan tanpa tekanan untuk makan.' (Daily Mail/M-2)
Kondisi saluran pencernaan tidak hanya berdampak pada sistem imun, tetapi juga sangat berhubungan dengan produksi hormon-hormon kebahagiaan yang memengaruhi mood
IMUNISASI anak wajib diberikan pada bayi baru lahir hingga individu usia 18 tahun. Kementerian Kesehatan mewajibkan vaksinasi pada anak untuk melindungi buah hati
Balita laki-laki di Naimibia harus kehilangan satu matanya setelah sebelumnya diduga dicium oleh kerabatnya yang ternyata menderita herpes.
PREVALENSI stunting pada kelompok Kuintil 1 (Q1) atau yang relatif miskin jauh lebih tinggi, sekitar 26%. Sementara di kelompok Kuintil 5 (Q5) atau kelompok yang relatif lebih kaya hanya 13%.
Jika screen time berlebih tidak diatasi, pada jangka panjang perilaku anak memburuk, misalnya semakin hiperaktif, sulit berkonsentrasi di sekolah dan berpengaruh pada akademik.
DOKTER spesialis penyakit dalam, Dirga Sakti Rambe membagikan tips kepada para orangtua apabila anaknya mengalami demam setelah imunisasi atau vaksin.
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi bisa meningkatkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2.
GAMBAR Prabowo Subianto dan Joko Widodo yang sedang duduk bersama di tempat makan menjadi salah satu bingkai yang dipajang di bagian depan.
Makan terlalu malam atau saat tubuh bersiap untuk istirahat dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, tekanan darah tinggi, resistensi insulin, dan gangguan metabolisme lainnya.
PENGEBOMAN Israel di Jalur Gaza terus berlanjut pada hari pertama hari raya Idul Fitri. Beberapa serangan udara pada Minggu dini hari waktu setempat menewaskan puluhan orang.
Makan terlalu banyak juga dapat mengganggu sistem pencernaan kita, menyebabkan perut kembung, indigestion dan juga masalah reflux gastroesofagfeal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved