Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Penduduk Asia Terancam Krisis Pangan dan Gizi Buruk

Devi Harahap
26/1/2023 08:39
Penduduk Asia Terancam Krisis Pangan dan Gizi Buruk
ilustrasi: Balita di Banda Aceh sedang divaksin polio. Penduduk Asia Terancam Krisis Pangan dan Gizi Buruk(CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Kerawanan pangan telah lama menjadi masalah serius bagi banyak negara di seluruh dunia.  Laporan terbaru yang dikeluarkan Organisasi Pangan Dunia (FAO) mencatat  hampir 350 juta orang di lebih dari 75 negara saat ini berada dalam keadaan rawan pangan akut. Artinya, hidup mereka dalam bahaya karena tidak memiliki cukup makanan.

Asisten Direktur Jenderal dan Perwakilan Regional FAO untuk Asia dan Pasifik Jong-Jin Kim mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan dalam perang melawan kelaparan dan segala bentuk kekurangan gizi terhenti, kemudian mengalami kemunduran.

Laporan yang diterbitkan oleh FAO, UNICEF, dan Program Pangan Dunia (WFP) serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu menekankan pada ancaman kelaparan dan buruknya gizi masyarakat di perkotaan akibat dampak pandemi, kemiskinan, dan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.

"Hampir 55% dari populasi besar di kawasan ini (perkotaan) diperkirakan akan tinggal di daerah perkotaan pada 2030, hal itu akan memiliki konsekuensi yang sama besarnya bagi ketahanan pangan dan gizi perkotaan," tulis laporan tersebut, seperti dilansir dari Tasting Table pada Selasa (24/1).

Laporan tersebut juga mengamati bahwa pada tahun 2021, lebih dari satu miliar orang mengalami kerawanan pangan yang bersifat sedang atau parah dan 396 juta orang kekurangan gizi di wilayah Asia-Pasifik. Sementara itu, pejabat senior Keamanan Pangan dan Nutrisi FAO Sridhar Dharmapuri menyampaikan bhampir 1,9 juta orang tidak dapat membeli makanan sehat dan bergizi pada 2020.

Laporan dari hasil penelitian FAO, UNICEF, WFP, dan WHO itu menyebutkan beragam faktor yang memperburuk kerawanan pangan di Asia yang juga ada dalam konteks yang lebih luas di seluruh dunia, termasuk gangguan rantai pasokan terkait COVID-19, kenaikan biaya bahan bakar dan pupuk, serta inflasi harga pangan.

"Sangat ironis mengingat bahwa Asia dan regional Pasifik termasuk kawasan produsen terbesar bagi komoditas penting seperti beras, ikan, susu dan banyak lainnya. Namun, kita masih gagal menyajikan makanan bergizi bagi seluruh masyarakat di kawasan ini. Berarti ada masalah dalam sistem pertanian yang kita miliki sekarang," kata Jong-Jin Kim.

Menurut laporan FAO, urbanisasi di Asia terjadi begitu cepat sehingga pada tahun 2030, diproyeksikan 55% penduduk kawasan ini akan tinggal di perkotaan. Efek dari tren ini sudah terlihat dalam hal masalah kerawanan pangan. Hal tersebut membuat Asia sangat bergantung pada impor makanan, bahkan hampir dua triliun dolar AS per tahun dialokasikan untuk urusan ini.

Meskipun sekitar 55% penduduk regional masih berpenghasilan cukup untuk mempertahankan pola makan yang sehat, masih ada 45% warga yang tidak bisa memenuhinya, artinya dua miliar orang di Asia sekarang terkena dampak kerawanan pangan pada tingkat tertentu.

Menurut laporan tersebut, jumlah anak penderita stunting di Asia-Pasifik semakin meningkat mencapai hampir 75 juta atau setengah dari total di dunia. Sementara kualitas diet yang buruk juga mendorong peningkatan keseluruhan kelebihan berat badan dan obesitas pada anak.

Kaum wanita juga semakin berisiko terhadap konsekuensi kesehatan karena kerawanan pangan, dengan sekitar 33 persen wanita dewasa (usia 15 hingga 49) sekarang menderita anemia.(M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya