Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Kesehatan yang baik adalah mantra baru selama pandemi, dan meskipun keluarga ingin merayakan Idul Adha dengan penuh semangat, dokter dan ahli gizi menyarankan untuk berhati-hati dan tidak berlebihan dalam asupan daging merah selama festival sembilan hari.
Makan daging merah secara berlebihan selama Idul Adha dapat menyebabkan timbulnya kelebihan metabolisme akut yang dapat memicu gangguan pencernaan, kembung, refluks asam, dan serangan jantung.
Mengutip penelitian yang dilakukan di Barat, Dr Abdul Rauoof Malik, ahli jantung (spesialis) di Rumah Sakit Aster Ghusais mengatakan, “Ini adalah fakta yang terdokumentasi dengan baik bahwa di Barat, kasus serangan jantung dan stroke lebih tinggi setelah Thanksgiving dan Natal. Di UEA, kami telah melihat tren umum lebih banyak episode Cardio Vascular setelah pesta makan selama perayaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Ada bukti yang mendukung fakta bahwa dalam satu acara pesta makan, seseorang dapat meningkatkan risiko serangan jantung tiga atau empat kali lipat," ujarnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan orang-orang, daripada makan berlebih, lebih baik memberikan daging domba kurban kepada orang miskin dan membutuhkan. "Cukup menyisihkan sebagian kecil untuk diri mereka sendiri, atau membekukan sebagian untuk dimakan pada hari lain.”
Ia kembali menegaskan, “Jangan terlalu banyak mengonsumsi daging merah saat Idul Adha, karena daging merah diketahui kaya akan kolesterol, tinggi protein dan lemak serta dapat memicu penyakit kardiovaskuler.”
Juliot Vinolia, ahli nutrisi di RS Medeor, Dubai, menambahkan, biasanya disarankan bagi orang untuk memilih makan daging yang dimarinasi dengan baik, selama lebih dari enam, tujuh jam dan dimasak perlahan seperti dalam rebusan untuk pencernaan yang baik. Namun, dalam perayaan, itu tidak terjadi sehingga menghasilkan kelebihan racun, yang menyebabkan kram perut, ketidaknyamanan GI, refluks asam, sakit perut, mual dan muntah, dan bahkan episode kesehatan yang lebih serius.
Vinolia mengemukakan, banyak orang gagal tidak paham bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencerna daging jauh lebih lama daripada makanan lainnya. “Makanan normal membutuhkan waktu sekitar enam jam untuk dicerna, sementara makanan kaya daging membutuhkan waktu sekitar 10-12 jam untuk dicerna dan diasimilasi. Tubuh berada di bawah tekanan dan kita cenderung lebih menekankannya dengan pola makan yang membebani saluran pencernaan karena daging yang dimakan saat sarapan masih dalam proses dicerna, diasimilasi, dan diserap."
Daging merah, imbuhnya, membutuhkan setidaknya 8-12 jam waktu pencernaan. Dibutuhkan lebih dari enam jam bagi daging untuk berpindah dari perut ke usus dan kemudian dimetabolisme.
"Namun, selama perayaan, orang cenderung beralih ke makanan berikutnya bahkan sebelum makanan tersebut dicerna dengan baik."
Ia mencontohkan, mengonsumsi lebih dari 100 gram daging untuk dua kali makan berturut-turut berisiko meningkatkan kadar purin dalam darah, menyebabkan lonjakan asam urat, yang mengakibatkan asam urat dan batu ginjal. (GulfNews/M-2)
Untuk penyimpanan di kulkas, Tuti menyarankan agar daging disimpan beku di freezer dan dikemas sesuai dengan porsi kebutuhan sajian.
Secara fisik, daging dari berbagai jenis hewan ternak ini memang memiliki perbedaan yang dapat dikenali langsung.
Daging kerbau kerap kali dianggap keras dan sulit diolah. Padahal dengan teknik yang tepat, bahan pangan ini bisa menjadi sajian empuk dan lezat.
Saat Idul Adha, Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, kompak menunaikan ibadah kurban dengan menyembelih hewan ternak pada tanggal 10 Zulhijah
Stres menyebabkan penggunaan glikogen otot secara berlebihan. Jika kadar glikogen menurun, pembentukan asam laktat akan terganggu.
Penyembelihan dan pengolahan daging saat Idul Adha sering dilakukan di tempat terbuka tanpa standar sanitasi yang baik, sehingga meningkatkan risiko kontaminasi mikroba.
Dalam era kerja cepat dan tuntutan multitasking, kelelahan setelah jam kerja bukan lagi hal aneh—terutama bagi generasi milenial dan Gen Z.
Pola pencegahan penyakit dimulai dari pencernaan yang mampu menyerap nutrisi dari dalam tubuh melalui pencernaan yang baik sehingga nutrisi yang dikonsumsi dapat dicerna.
Banyak orang fokus pada perawatan luar seperti sampo atau masker rambut, padahal rahasia utama rambut yang sehat dan lebat justru berasal dari dalam tubuh.
Nutrisi berperan vital dalam membentuk jaringan tubuh, menghasilkan energi, hingga menjaga fungsi tubuh tetap optimal
Nutrisi lengkap tidak hanya bagi tumbuh kembang janin, tetapi juga untuk menjaga kebugaran dan kesiapan ibu menghadapi peran barunya.
Beberapa vitamin yang terdapat dalam alpukat antara lain vitamin A, B, C, dan E. Mengonsumsi Alpukat dengan rutin, bisa memperoleh banyak manfaat bagi kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved