Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Ini Bahayanya Mengonsumsi Gula Berlebih bagi Otak Anak

Nike Amelia Sari
03/4/2021 11:00
Ini Bahayanya Mengonsumsi Gula Berlebih bagi Otak Anak
Ilustrasi: Menu sarapan untuk siswa sekolah di New York(Kena Betancur / AFP)

Anak-anak kerap mengonsumsi gula tambaha. Hal itu berefek pada kesehatan seperti obesitas, penyakit jantung dan bahkan gangguan fungsi memori. Namun, masih sedikit yang sadar akan seberapa besar pengaruh konsumsi gula tinggi pada masa kanak-kanak untuk perkembangan otak, khususnya wilayah yang dikenal sangat penting untuk pembelajaran dan memori yang disebut hipocampus (bagian dari sistem limbik otak besar yang terletak di lobus temporal dekat pusat otak yang berfungsi mengelola memori)

Sepertu dilansir dari Science Daily, Jumat (2/4), penelitian terbaru yang dipimpin oleh seorang anggota fakultas Universitas Georgia bekerja sama dengan kelompok penelitian Universitas Southern California, menunjukkan dalam model hewan pengerat bahwa konsumsi harian minuman yang dimaniskan dengan gula selama masa remaja dapat merusak kinerja pada tugas belajar dan mengingat selama masa dewasa. Lebih lanjut, perubahan bakteri di usus mungkin menjadi kunci gangguan memori yang diinduksi gula.

 "Semakin tinggi kadar Parabacteroides ( salah satu jenis bakteri di usus), maka semakin buruk yang dilakukan hewan dalam tugasnya," kata Emily Noble, Asisten Profesor di UGA College of Family and Consumer Sciences.

"Kami menemukan bahwa bakteri saja sudah cukup untuk merusak memori dengan cara yang sama seperti gula,  tetapi juga merusak jenis fungsi memori lainnya," imbuhnya.

Publikasi pedoman diet yang diterbitkan bersama Departemen Pertanian AS dan Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan merekomendasikan untuk membatasi gula tambahan hingga kurang dari 10% kalori per hari.

Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menunjukkan orang Amerika berusia antara 9-18 tahun melebihi rekomendasi itu,  sebagian besar kalori berasal dari minuman yang dimaniskan dengan gula.

Penelitian lebih lanjut, para peneliti menguji tikus muda yang diberi makanan normal dan larutan gula 11%, sebanding dengan minuman pemanis gula yang tersedia secara komersial.  Mereka kemudian meminta tikus melakukan tugas memori yang bergantung pada hipocampus yang dirancang mengukur memori kontekstual episodik atau mengingat objek yang sudah pernah dilihat sebelumnya.

"Kami menemukan bahwa tikus yang mengonsumsi gula pada masa awal kehidupan memiliki kemampuan untuk membedakan suatu objek adalah hal baru untuk konteks tertentu, tugas yang dapat dilakukan tikus yang tidak diberi gula.", ujar Noble.

Analisis tambahan menentukan bahwa konsumsi gula yang tinggi menyebabkan peningkatan kadar Parabacteroides di mikrobioma usus,  lebih dari 100 triliun mikroorganisme di saluran pencernaan yang berperan dalam kesehatan dan penyakit manusia.

Untuk lebih mengidentifikasi mekanisme bagaimana bakteri memengaruhi memori dan pembelajaran, para peneliti secara eksperimental meningkatkan kadar Parabacteroides dalam mikrobioma tikus yang tidak pernah mengonsumsi gula. Hasilnya menunjukkan hewan-hewan tersebut mengalami gangguan pada tugas-tugas memori yang bergantung pada hipokampus.

"(Bakteri) menyebabkan beberapa defisit kognitif dengan sendirinya." kata Noble. Noble menambahkan, penelitian di masa depan diperlukan untuk lebih mengidentifikasi jalur spesifik di mana pensinyalan usus-otak beroperasi. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya