Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Pada 5 November 2024, langit malam akan menyajikan pemandangan langka, yaitu konjungsi antara Bulan dan Venus yang tampak berdekatan dari sudut pandang Bumi. Momen ini dapat diamati langsung oleh para pengamat langit di Indonesia.
Berikut adalah tiga fakta menarik tentang peristiwa konjungsi ini:
Fase bulan baru terjadi pada 1 November 2024, tepatnya pukul 20:47 WIB. Pada fase ini, posisi Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, sehingga tidak terlihat dari Bumi.
Fenomena ini terjadi ketika Bulan dan Matahari memiliki bujur langit yang sama atau sejajar, yang juga disebut sebagai konjungsi.
Dalam kalender berbasis bulan, seperti kalender Islam dan Ibrani, fase bulan baru ini digunakan sebagai patokan awal bulan baru.
Saat fase bulan baru, Bulan biasanya tidak tampak karena sejajar dengan Matahari, kecuali saat terjadi gerhana matahari. Dalam tradisi kalender Islam, bulan baru dimulai ketika hilal (bulan sabit pertama) terlihat di langit senja.
Pada 1 November, Matahari terbenam sekitar pukul 17:45 WIB di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Langit mulai gelap sekitar pukul 18:15 WIB ketika Matahari berada enam derajat di bawah cakrawala (senja nautika).
Di waktu senja ini, Venus akan tampak rendah di arah barat daya, sekitar 12 derajat di atas cakrawala.
Untuk memudahkan perkiraan ketinggian Venus, Anda bisa mengangkat kepalan tangan dengan lengan lurus ke depan, di mana satu kepalan tangan mencakup sekitar 10 derajat.
Venus akan terlihat sekitar dua lebar jari di atas kepalan tangan Anda, menjadikannya "bintang" pertama yang bersinar di langit malam.
Di wilayah Indonesia, Venus akan terbenam sekitar pukul 19:45 WIB.
Konjungsi adalah fenomena pertemuan semu antara dua atau lebih objek di langit, yang membuat objek-objek tersebut tampak seperti saling berdekatan jika diamati dari Bumi.
Fenomena ini dapat dinikmati dengan mata telanjang, dan pada 5 November 2024, konjungsi antara Bulan dan Venus akan terlihat di langit Indonesia.
Saat peristiwa ini terjadi, Bulan dan Venus tampak berada di konstelasi Ophiuchus, yang terletak di antara konstelasi Scorpio dan Sagitarius.
Dilansir dari In-The-Sky, konjungsi ini dapat diamati di ufuk barat daya Indonesia mulai pukul 17:59 WIB, tepat setelah Matahari terbenam.
Pada saat itu, Bulan berada dalam fase sabit yang menawan dengan usia 4 hari, sementara Venus akan tampak sebagai “bintang” yang paling terang di langit malam, bersinar dengan rona merah khasnya.
Berikut adalah beberapa kiat yang dapat membantu Anda mendapatkan pengalaman pengamatan yang optimal:
Sebelum mengamati fenomena ini, pastikan Anda memeriksa prakiraan cuaca untuk memastikan langit cerah tanpa awan atau hujan. Langit yang bersih akan membuat Bulan sabit dan Venus terlihat jelas tanpa gangguan.
Usahakan memilih lokasi yang jauh dari cahaya perkotaan yang berlebihan. Polusi cahaya dari lampu kota dapat mengurangi visibilitas bintang dan planet. Tempat-tempat yang jauh dari perkotaan atau di daerah yang lebih tinggi biasanya memberikan pemandangan langit yang lebih jernih.
Menggunakan aplikasi peta bintang atau planetarium digital dapat membantu Anda menemukan posisi Bulan dan Venus dengan mudah. Aplikasi ini akan memberi Anda panduan tentang lokasi konstelasi Ophiuchus, tempat kedua objek tersebut akan terlihat berdekatan.
Jika Anda ingin mengabadikan momen konjungsi ini, siapkan kamera dengan tripod agar hasilnya stabil. Mengambil foto Bulan sabit yang bersinar dan Venus yang terang dapat menjadi kenangan indah dari fenomena langit ini.
Fenomena ini menawarkan kesempatan bagi para pengamat langit untuk menikmati pemandangan unik konjungsi kosmik antara Bulan sabit dan Venus yang terang di malam hari. Jangan lewatkan momen ini untuk melihat keindahan alam semesta! (Z-10)
Sumber:
Dua satelit cuaca Jepang ternyata merekam data berharga tentang planet Venus selama satu dekade.
Juli 2025 menjadi salah satu bulan yang dinanti para pengamat langit karena kehadiran Venus dan Jupiter yang tampak mendekat satu sama lain di langit timur menjelang fajar.
Ilmuwan menemukan tiga asteroid besar tersembunyi di orbit Venus yang berpotensi menghantam Bumi.
Saksikan konjungsi Bulan, Saturnus, dan Venus pada 23 Mei 2025 sebelum matahari terbit. Fenomena langit ini akan terlihat jelas di arah timur dan dapat diamati dengan mata telanjang.
Para peneliti secara khusus meneliti "coronae," yaitu struktur besar oval di permukaan Venus, untuk memahami aktivitas ini. Bukti baru menunjukkan bahwa banyak coronae
Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa Venus, planet yang selama ini dikenal sebagai dunia yang sangat tidak bersahabat, ternyata bisa jadi lebih mirip Bumi daripada yang kita bayangkan.
Kawah Anders’ Earthrise di Bulan digunakan wahana JUICE ESA untuk uji radar RIME sebelum menjelajah bulan-bulan es Jupiter demi mencari tanda kehidupan.
Penelitian terbaru dalam dunia astronomi mengungkapkan fakta mengejutkan: Bumi pernah memiliki hingga enam “bulan mini” sekaligus.
Meteorit Bulan Northwest Africa 16286 berusia 2,35 miliar tahun ungkap aktivitas vulkanik dan panas radioaktif yang bertahan lebih lama dari dugaan ilmuwan.
Bulan tidak jatuh ke Bumi karena keseimbangan antara gaya gravitasi dan kecepatannya yang membentuk orbit stabil. Fenomena ini juga dijelaskan dalam Al-Quran.
Penelitian terbaru mengungkap rata-rata 6 fragmen Bulan mengorbit Bumi sebagai minimoon setiap saat.
Perusahaan antariksa ispace menjelaskan kegagalan Resilience mendarat di Bulan disebabkan gangguan pada sistem laser range finder (LRF).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved