Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SUMBER daya manusia (SDM) memegang peran penting dalam perkembangan perbankan digital ke depan.
SDM yang paham akan kebutuhan nasabah dan melek teknologi akan mampu menghadirkan produk yang dibutuhkan nasabah di era digital. Para Technobanker ini akan menyusun rancangan strategic hingga pelaksanaan operasionalnya secara tepat. Sehingga bank yang memiliki sumber daya manusia dengan kualifikasi Technobanker itu akan memenangkan persaingan.
Penulis buku Technobanker Dr Elisa Indriasari para pekerja talenta digital ini menggunakan istilah Technobankers untuk menggambarkan generasi baru profesional perbankan – mereka yang mahir dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam sistem perbankan.
Baca juga : Gandeng InsurTech, Bank Aladin Terus Perluas Ekosistem Digital
Elisa memaparkan bahwa dunia perbankan sama seperti industri lainnya menghadapi problem yang sama yakni kesulitan mendapatkan talenta digital. Dunia pendidikan yang ada saat ini belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan industri. Oleh karena itu pilihan yang ada adalah mencetaknya secara mandiri.
"Karena strategisnya faktor people dalam era perbankan digital, maka mau tidak mau bank harus mencetak sendiri atau meng-upgrade kemampuan sdmnya di bidang digital. Jadi mereka lakukan pelatihan, boothcamp dan lain sebagainya," ujar Elisa dalam peluncuran bukunya di Jakarta, Kamis (15/2).
Merujuk pada awal kemunculan bank digital dan perusahaan fintech, beberapa pakar industri dan akademisi khawatir hal ini akan mengakhiri nasib bank tradisional. Namun Elisa melihatnya secara berbeda. Ia yakin bahwa bank-bank ini tidak akan hancur; mereka hanya menghadapi kompetisi jenis baru. Kelangsungan hidup mereka bergantung pada penyusunan strategi digital yang kuat dan pembentukan aliansi dengan perusahaan fintech dan bigtech.
Baca juga : Sompo Insurance-CIMB Niaga Berkolaborasi Cegah Nasabah dari Penipuan Transaksi Online
"Kolaborasi ini merupakan kunci untuk memperluas akses layanan keuangan dan mendorong inklusi keuangan yang lebih luas," ujarnya.
Adapun buku Technobanker bertujuan untuk menjadi sumber daya penting, yang menawarkan wawasan dunia nyata bagi semua orang mulai dari lulusan baru hingga profesional dan pemimpin perbankan.
Dalam bukunya, CEO Digimaster itu memaparkan gambaran kompetensi yang diperlukan untuk pengembangan perbankan digital cerdas berdasarkan pengalaman dirinya di industri dan penelitian di bidang Information System and Information Technology.
Baca juga : Usaid, AWS, dan Elitery Dorong Percepatan Digital melalui Talenta
Buku Technobanker adalah story telling mengenai perjalanan learn, unlearn, and relearn dalam 25 tahun perjalanan perbankan digital.
Tujuan menulis buku ini bagi Elisa adalah agar para pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan lingkungan perbankan digital sebagai hasil dari perjalanan para technobankers untuk belajar, melupakan, dan mempelajari kembali teknologi terkini
dalam dua puluh tahun terakhir. Setelah itu, hal ini meletakkan dasar bagi “technobanker” masa depan untuk mengembangkan kompetensi dan kemampuan yang diperlukan untuk generasi perbankan digital cerdas berikutnya.
Transformasi institusi perbankan dalam model bisnis dan operasional bank, mengatasi berbagai tantangan: disrupsi teknologi, ekosistem digital, dan risiko bisnis digital. Dan tetap fokus mengembangan keunggulan kompetitif dengan mengadopsi teknologi yang mendukung intelligent digital banking seperti Artificial Intelligence, Blockchain, Cloud Computing, Big Data, dan Internet of Things (IoT).
Baca juga : Bersaing di Era Digital, UMKM Butuh Layanan Teknologi Foto Produk
Dengan didukung teknologi dan infrastructure digital yang terintegrasi, maka akan membentuk sektor perbankan yang makin inclusive, juga akan memperkuat layanan perbankan, untuk memberikan pengalaman pelanggan yang paripurna. (E-1)
Transformasi digital di sektor keuangan Indonesia berkembang begitu pesat. Itu ditandai dengan adopsi teknologi pada sistem pembayaran yang semakin meningkat.
Indonesia memiliki sebuah capaian dalam sektor investasi digital, yakni menjadi yang terbesar di ASEAN dengan menduduki peringkat ke-2.
Indonesia Emas 2045, sebuah visi besar untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan nasional, menempatkan ekonomi digital sebagai salah satu pilar utama.
Di era digital saat ini, penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan telah menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan. Salah satunya dalam hal transaksi keuangan.
Melalui platform digital, konsumen dapat mengakses informasi terkait produk, melakukan konsultasi online gratis, serta membeli dengan cepat dan mudah.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kawiyan menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi dan membina anak agar aman saat mengakses ruang digital.
Program Government Transformation Academy (GTA) hadir sebagai bentuk pelatihan sumber daya manusia di sektor publik.
Dalam dekade terakhir, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan dunia digital. Mulai dari kakek-nenek hingga cucu telah melek teknologi informasi.
Di era digital yang terus berkembang, transformasi digital bukan hanya sekadar tren. Itu telah menjadi kebutuhan mendesak dalam berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan.
HARI itu cerah, tapi kelabu. Giovanni Capanelli, bos saya di Asian Development Bank Institute Tokyo, memanggil saya ke ruangannya.
TEMA global saat ini yang kian memukau ialah mendorong masa depan yang lebih baik dengan keuangan berkelanjutan dan pelaporan implementasi prinsip environmental, social and governance (ESG).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved