Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ini Tips dari Aruna dan Kitabisa Untuk Kembangkan Startup pada Tahap Awal

Ghani Nurcahyadi
20/6/2023 23:06
Ini Tips dari Aruna dan Kitabisa Untuk Kembangkan Startup pada Tahap Awal
Ilustrasi startup(istock)

SEBAGAI salah satu negara dengan jumlah startup terbanyak di Asia Tenggara, Indonesia kini memiliki lebih dari 2.300 startup digital, dengan lima belas diantaranya telah mendapatkan valuasi unicorn

Pada 2022, lebih dari 200 startup Indonesia mendapatkan investasi pendanaan setidaknya US$1 juta. Kemunculan startup ini pun tersebar dan merambah ke luar Jabodetabek, seperti Malang, Bandung, Yogyakarta, Makassar, dan Denpasar. Jumlah startup baru pun bertambah setiap harinya. 

Untuk membantu para founder memulai dan membesarkan startup di tahap awal, Kementerian Komunikasi dan Informatika rutin menyelenggarakan program Startup Studio Indonesia (SSI) dua kali setahun. 

Baca juga : Ini yang Perlu Diperhatikan Startup Tahap Awal Agar Terus Tumbuh

Inisiatif itu bertujuan untuk menyediakan pelatihan intensif bagi para startup digital tahap awal (early-stage) tanah air untuk bisa mencapai product-market fit (PMF) secara optimal. 

Dalam program SSI yang telah memasuki Batch ke-6, startup early-stage terpilih bisa mengikuti Founder’s Camp dan 1-on-1 Coaching dengan para praktisi startup ternama yang telah berpengalaman di bidangnya masing-masing. 

Dua diantaranya adalah Co-founder dan CEO Kitabisa Alfatih Timur, serta Co-founder dan CSO (Chief Sustainability Officer) Aruna Utari Octavianty. 

Baca juga : Mistral AI Raih Dana Sebesar 385 Juta Euro dan Jadi Pemain Utama AI di Eropa

Kitabisa merupakan salah satu platform crowdfunding yang paling banyak digunakan di Indonesia. Tidak hanya berperan penting dalam mengenalkan budaya crowdfunding, startup satu ini juga berkontribusi signifikan dalam membantu masyarakat di situasi krisis, misalnya penggalangan dana untuk bencana alam atau pengobatan. 

Sementara itu, Aruna merupakan startup perikanan terintegrasi terbesar di Indonesia, yang berkomitmen untuk menyejahterakan petani lokal dan mengedepankan keberlanjutan ekosistem laut. 

Dalam perjalanan membangun Aruna, Utari menekankan pentingnya bagi founders untuk melakukan riset pasar yang kuat dan menyeluruh, demi memastikan agar produk/layanan yang ditawarkan menjawab kebutuhan target audiens. 

Baca juga : Tiga Tahun Berjalan, Hub.id Accelerator Fasilitasi Startup Lokal Berkembang

Selain itu, founders harus bisa memperhatikan sumber daya yang dimiliki dan tidak hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek, melainkan juga dampak jangka panjang dari fokus bisnis yang hendak diprioritaskan. Founders sebagai ujung tombak startup juga dituntut untuk dapat beradaptasi dengan kebutuhan dan perubahan pasar yang cenderung fluktuatif. 

Sedari awal perjalanan Aruna, Utari bersama Farid Naufal Aslam (CEO) dan Indraka Fadhlillah (COO) memegang teguh prinsip ini dan menjalankan fungsi berbeda agar lebih efisien. 

“Kami melihat bahwa potensi perikanan Indonesia dapat ditingkatkan dengan kehadiran teknologi, dimana Aruna menghubungkan nelayan dengan pasar global agar hasil tangkapan mereka bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Saya berfokus pada keberlanjutan bisnis, merangkul komunitas dan masyarakat pesisir. Indraka berfokus pada operasional, sementara Farid memberikan komando arah bisnis serta memastikan seluruh bisnis proses di Aruna berjalan dengan semestinya,” ujarnya. 

Baca juga : Kolaborasi Dorong Startup Berkembang, Kemenkominfo Kenalkan Program Startup Studio Indonesia X

Selain memahami kebutuhan pasar, para founders juga harus merencanakan Minimum Viable Product (MVP) di tahap awal. Menurut Utari, dengan adanya MVP, founders akan mendapatkan feedback dari pengguna untuk produk/jasa yang ditawarkan, yang dapat dijadikan acuan untuk menyempurnakan produk sebelum peluncuran final. 

Sejalan dengan Utari, Alfatih sebagai CEO Kitabisa pun menyarankan founders tahap awal untuk berfokus pada pengembangan fitur utama. 

“Kita harus memastikan bahwa layanan inti kita sudah kuat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Setelah itu, baru bisa berkembang pelan-pelan mengikuti perubahan yang ada di pasar. Terlalu banyak fitur di tahap awal bisa membuat tim malah kewalahan karena fokus terpecah di banyak hal,” kata Alfatih.

Baca juga : Startup Legalku Hadir Bantu Pengusaha dalam Persoalan Hukum Perusahaan

Ia menambahkan, di awal perjalanannya, tim Kitabisa memprioritaskan riset langsung terhadap power user (pengguna aktif) dan riset sekunder dengan benchmarking ke startup serupa yang sudah ada sebelumnya. 

Ia banyak mempelajari perkembangan platform crowdfunding global Gofundme, dan mengambil pelajaran tersebut untuk disesuaikan dengan konteks lokal, seperti sgemen audiens dan industri yang cocok untuk crowdfunding. 

Riset itu merupakan tahapan penting karena dapat menentukan arah bisnis startup sedari awal, karena itu founders harus terjun langsung dan tidak mengandalkan input dari pihak eksternal seperti lembaga riset outsource. 

Baca juga : Daftar Perusahaan Berstatus Startup Unicorn Indonesia 2023

Berdasarkan pengalaman, Alfatih mengungkapkan bahwa inovasi perlu dilakukan ketika angka pertumbuhan startup mulai terlihat stagnan. Di situlah founders harus memperkuat kompetensi dari produk/jasa yang ditawarkan atau berekspansi ke fitur baru agar pengguna bisa mendapatkan nilai tambah. 

"Ketika melakukan pivot ke arah bisnis yang berbeda, startup juga harus tetap mempertahankan layanan yang lama, sehingga tidak semata-mata langsung dihentikan," ujarnya.
 
Bagi founders tahap awal yang tertarik untuk mendapatkan masukan dan saran yang lebih komprehensif terkait pengembangan bisnis startup, pendaftaran untuk SSI Batch 7 dari Kominfo akan kembali digelar. 

Pendaftaran terbuka untuk semua startup digital Indonesia yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 

  1. Sudah memiliki Minimum Viable Product (MVP) minimal 6 bulan terakhir.
  2. Pendiri startup terlibat secara full time dalam operasional 
  3. Telah memiliki badan hukum PT.
  4. Startup sedang berada pada tahap pendanaan bootstrap atau maksimal pendanaan Seri-A. 

Startup yang tertarik bisa mendaftarkan diri di situs resmi SSI startupstudio.id. (RO/Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya