Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Prasetiya Mulya Kembangkan AI untuk Deteksi Kejahatan Pencucian Uang

Despian Nurhidayat
06/4/2023 16:45
Prasetiya Mulya Kembangkan AI untuk Deteksi Kejahatan Pencucian Uang
Ilustrasi(Unsplash)

UNIVERSITAS Prasetiya Mulya mengembangkan teknologi yang bisa mendeteksi kejahatan finansial dengan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Riset tengah dilakukan oleh tim pengembang AI Program Studi Computer Systems Engineering Prasetiya Mulya. Tim periset dipimpin oleh Ketua Progam Studi S1 Computer Systems Engineering Universitas Prasetiya Mulya, Agung Alfiansyah.

Agung menjelaskan, pihaknya sengaja mengembangkan sistem agar lembaga keuangan seperti bank dapat saling berbagi data namun keamanan informasinya tetap terproteksi dan terjamin. “Sistem ini diharapkan bisa digunakan untuk mendeteksi kasus penipuan, fraud, sampai kejahatan pencucian uang," tegas Agung.

Baca juga : Ramai Masalah Pencucian Uang, Pahami Modus dan Pencegahannya

 AI merupakan teknologi yang dapat mengumpulkan dan menggunakan data masyarakat, yang mungkin saja termasuk informasi sensitif. Ada banyak layanan dan produk online populer yang mengandalkan kumpulan data besar untuk mengajarkan dan meningkatkan algoritma AI mereka.

Selain jasa keuangan, sektor lain yang sangat sensitif terhadap isu perlindungan privasi dan manajemen data adalah medis. Dua sektor ini pun, belakangan mulai memanfaatkan teknologi AI untuk mendorong efisiensi dan peningkatan kualitas dalam proses kerja mereka.

Baca juga : Tren ChatGPT dari Perspektif Neurosains, Menguntungkan atau Merugikan?

Dalam konteks pemanfaatan AI di dunia medis, Agung melanjutkan, saat ini kian banyak sistem diagnosa berbasis AI yang diujicoba untuk diimplementasikan secara luas untuk kesehatan.

Agung bersama tim mahasiswa Prasetiya Mulya termasuk sedang mengembangkan sistem AI yang dapat dimanfaatkan untuk membantu dokter mendeteksi penyakit pneumonia atau radang paru-paru. Projek penelitian ini didanai oleh APNIC Foundation, lembaga internasional yang salah satu bidangnya adalah menaungi keamanan internet di Asia Pacific.

Sistem yang masih dalam tahap purwarupa ini, dikembangkan tim Prasetiya Mulya bersama mitra penelitian dari INSA Centre Val de Loire di Prancis.

“Dalam sistem ini, kami memanfaatkan data-data yang dimiliki dokter. Nah, dokter mendapatkan data tersebut dari pasien," tuturnya.

Namun, karena data pasien, seperti rekam medis, merupakan informasi sensitif dan bersifat privat, maka dalam pengembangan sistem pendeteksi pneumonia ini, Agung dan timnya juga mengembangkan sistem pembelajaran mesin (machine learning) yang dapat menjamin agar data yang digunakan menjaga privacy dan anonymitas informasi pribadi pasien.

AI untuk deteksi kanker

Pengembangan sistem machine learning lain yang telah dikembangkan Agung dan timnya dari Prancis tiga tahun yang lalu adalah sistem berbasis AI yang digunakan untuk mendeteksi kanker payudara.

“Kami merancang sistem yang dapat memilah dan mengelola repository data medis, agar informasi individual pasien yang bersifat privat tidak bisa diidentifikasi kembali siapa person-nya secara spesifik. Dengan sistem ini, kolaborasi dan pertukaran data antar rumah sakit bisa dilakukan dengan aman dan menjaga privacy pasien,” tambah Agung.

Sistem pendeteksi penyakit ini tengah dikembangkan melalui kerjasama dengan beberapa rumah sakit di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

“Teknologi ini dirancang agar diagnosa pneumonia atau kanker bisa lebih cepat, akurat, dan murah sehingga membantu pengambilan keputusan para dokter menegakkan diagnosis pasien. Selain itu, di lapangan beberapa dokter pemula juga merasa terbantu dengan adanya sistem ini, karena sering kali sistem berbasis AI mampu mendeteksi objek samar yang tidak begitu tampak oleh para dokter," lanjutnya.

Computer Systems Engineering

Pengembangan teknologi berbasis AI didalami Universitas Prasetiya Mulya, melalui rumpun keilmuan science, technology, engineering, and mathematics (STEM), dengan menyediakan bidang ilmu AI di jurusan S1 Program Studi Computer Systems Engineering sejak 2017.

Menurut Agung, belakangan minat mahasiswa kami untuk mendalami AI juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, Ia memperkirakan, dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, para ahli AI akan semakin banyak dicari karena luasnya pemanfaatan teknologi tersebut dalam berbagai bidang.

Untuk mempersiapkan sarjana dengan bekal keilmuan mumpuni di bidang AI, Program Studi Computer Systems Engineering memberikan sejumlah mata kuliah terkait kecerdasan buatan. Di semester V, misalnya, seluruh mahasiswa program studi mendapatkan mata kuliah umum mengenai teknologi artificial intelligence ini.

“Kemudian, mahasiswa yang tertarik mendalami AI, bisa mengambil mata kuliah pilihan, seperti robotics, machine learning dan computer vision," ucapnya.

Para mahasiswa pun tak hanya mendapatkan ilmu terkait kecerdasan buatan dalam konteks praktikal. “Lebih dari itu, kami justru menitikberatkan pada hal-hal fundamental dan teoretisnya, termasuk juga mengenai etika," ujar Agung.

Dengan demikian, kata Agung, para mahasiswa sarjana Computer Systems Engineering lulusan Prasmul memiliki bekal keilmuan yang lengkap untuk diterapkan di dunia professional. (Z-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya