Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
Dia meyakini Rusia dan Arab Saudi semakin dekat untuk menyepakati pengurangan produksi di tengah anjloknya harga minyak dunia.
Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Senin (Selasa (7/4) pagi WIB), mundur kembali dari kenaikan minggu lalu setelah Arab Saudi dan Rusia menunda pertemuan dengan produsen minyak.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah naik 13,8 juta barel minggu lalu. Itu adalah kenaikan satu minggu terbesar sejak 2016.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun 2,17 dolar AS menjadi ditutup pada 22,76 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Kelompok riset minyak dan gas JBC Energy mengatakan telah secara drastis mengurangi perkiraan permintaan minyak untuk 2020, rata-rata lebih dari 7,4 juta barel per hari.
Kepala Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan permintaan minyak di seluruh dunia bisa turun sebanyak 20 juta barel per hari atau 20 persen dari total permintaan akibat lockdown,
Arab Saudi mengatakan akan mendorong produksinya ke rekor 12,3 juta barel per hari .
PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (persero) sekaligus kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah pengawasan SKK Migas
Penurunan harga minyak yang mencapai level US$30-an per barel membawa konsekuensi besar bagi pemerintah.
Pada sisi impor, Pertamina akan diuntungkan lantaran biaya impor akan jauh lebih murah dan dapat dilihat dalam neraca perseroan ke depan.
Kerugian minyak datang ketika OPEC setuju untuk memotong produksi minyak mentah sebesar 1,5 juta barel per hari (bph) tambahan pada kuartal kedua, pemangkasan terdalam sejak krisis 2008.
Kenaikan dipicu kekhawatiran penurunan permintaan menyusul pelambatan penyebaran kasus virus Korona di Tiongkok, konsumen minyak terbesar dunia.
Harga minyak mentah dunia terus merosot selama dua minggu terakhir mendekati level US$50 per barel akibat kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus korona.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 1,52 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi menetap di 58,29 dolar AS per barel. Acuan global minyak sebelumnya sempat turun menjadi 57,71 dolar AS per barel.
Pasalnya, Iran merupakan negara penghasil minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi. Kekhawatiran akan melambungnya harga minyak dunia pun menjadi perbincangan.
Lonjakan harga minyak itu dipicu kekhawatiran pecahnya perang di kawasan teluk setelah serangan AS di dekat bandara di Ibu Kota Irak, Baghdad.
Dua patokan minyak AS, West Texas Intermediate dan Brent, turun tajam akibat tanda-tanda Beijing dan Washington mungkin semakin menjauh dari kesepakatan.
Menurutnya, sebesar apa dampak yang akan berimbas ke Indonesia, tergantung dari seberapa cepat pemulihan yang dilakukan.
Harga minyak mentah jenis Brent memang sempat mengalami kenaikan dari 67,10 dolar AS per barel ke 67,83 dolar AS per barel.
Pada Senin, harga minyak melambung, yang terbesar sejak Perang Teluk.
Media Indonesia berusaha menghadirkan foto-foto eksclusive sehingga pembaca dapat melihat kejadian aktual dengan lebih baik
LOAD MORECopyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved