Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
MANTAN Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini, menilai harga minyak dunia berpotensi mengungkapkan harga minyak dunia berpotensi kembali turun pada bulan depan.
Hal itu disebabkan pergerakan suplai dan permintaan yang terganggu pandemi covid-19. Alhasil, permintaan global terus menurun. Sementara produksi minyak berlimpah.
“Bisa saja (harga minyak) akan turun kembali jika kondisi pandemi masih belum terlewati," ujar Rudi dalam diskusi yang disiarkan melalui Youtube, Senin (27/4).
Baca juga: Ada Pemangkasan Produksi, Harga Minyak Global Masih Bervariasi
Lebih lanjut, dia mengatakan kapasitas penyimpanan di Amerika Serikat (AS) sudah penuh. Kondisi itu menyebabkan harga minyak acuan, West Texas Intermediate (WTI), anjlok hingga minus US$ 37,63 per barel.
"Minyak itu tidak bisa dibuang ke sungai seperti tomat. Tidak bisa dibuang ke kolam seperti mentimun. Tidak ada pilihan hingga akhirnya dijual dengan harga minus,” tutur mantan Wakil Menteri ESDM.
Akan tetapi, kondisi itu hanya berlangsung dua hari. Saat ini, lanjut dia, harga minyak WTI sudah berada di level positif. Rudi menekankan jika permintaan tak kunjung membaik, harga minyak berpotensi kembali anjlok pada Mei mendatang.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok, Semestinya Harga BBM Diturunkan
Rudi memandang Indonesia belum bisa memanfaatkan penurunan harga WTI. Pasalnya, Indonesia tidak memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup besar, sehingga sulit melakukan pembelian minyak berskala besar.
Saat ini, Indonesia hanya mempunyai tangki penyimpanan minyak untuk kebutuhan 14 hari. Berbeda dengan AS yang memiliki kapasitas penyimpanan untuk kebutuhan hingga 6 bulan.
"Ketika kejadian seperti ini kita tidak mampu mengambil keuntungan untuk cadangan beberapa bulan ke depan. Jadi hanya mengikuti gelombang naik turunnya harga minyak dunia," pungkas Rudi.(OL-11)
PEMERINTAH Amerika Serikat membekukan dana sebesar 500 juta dolar AS yang dialokasikan untuk proyek vaksin mRNA produksi produsen bioteknologi CureVac dan mitranya, Ginkgo Bioworks.
Stratus (XFG), varian COVID-19 baru yang kini dominan di Indonesia, masuk daftar VOM WHO. Simak 5 hal penting menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama.
LAPORAN terbaru Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa covid-19 XFG atau covid-19 varian stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.
varian Covid-19 XFG atau stratus tampaknya tidak membuat orang parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang khas yakni suara serak atau parau.
Kemenkes menyebut total kasus covid-19 dari Minggu ke-1 hingga Minggu ke-30 tahun 2025 sebanyak 291 kasus
Nimbus berada pada kategori VUM, artinya sedang diamati karena lonjakan kasus di beberapa wilayah, namun belum menunjukkan bukti membahayakan secara signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved