Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
HARGA minyak menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan stok global lebih rendah pada paruh kedua 2020, meskipun masih ada kekhawatiran bahwa lonjakan kedua infeksi virus korona dapat terjadi dalam beberapa bulan mendatang.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik US$2,27 atau 9,0% menjadi menetap pada US$27,56 per barel.
Sementara itu minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli, naik US$1,94 atau 6,7% menjadi ditutup pada US$31,13 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah telah naik dalam dua minggu terakhir ketika beberapa negara melonggarkan pembatasan virus korona untuk memungkinkan pabrik dan toko dibuka kembali.
Pasar rebound dari kerugian Rabu (13/5) akibat perkiraan ekonomi suram dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell, yang memperingatkan "periode panjang" pertumbuhan ekonomi lemah. Itu mengimbangi penurunan tak terduga dalam persediaan minyak AS.
Klaim awal untuk tunjangan pengangguran AS mencapai 2,98 juta disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 9 Mei, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan, Kamis (14/5).
Angka itu turun dari 3,18 juta pada minggu sebelumnya dan menandai penurunan mingguan keenam beruntun, tetapi klaim masih sangat tinggi.
"Permintaan bensin berkorelasi cukup baik dengan tingkat pekerjaan, dan sulit untuk melihat permintaan bensin kembali lebih banyak daripada yang sudah ada," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Baca juga: Emas Diburu Investor, Khawatir Pelemahan Ekonomi Berlangsung Lama
Persediaan minyak mentah AS turun untuk pertama kalinya dalam 15 minggu, Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan pada Rabu (13/5), dengan penurunan stok minyak mentah AS dari 745.000 barel menjadi 531,5 juta barel dalam minggu yang berakhir 8 Mei.
Pada Kamis (14/5), IEA kembali memperkirakan rekor penurunan permintaan pada 2020, meskipun memangkas estimasi untuk musim gugur, mengutip langkah-langkah untuk melonggarkan penguncian.
Seiring meningkatnya permintaan, IEA memperkirakan stok minyak mentah AS menyusut sekitar 5,5 juta barel per hari di paruh kedua.
"Sementara dinamika penawaran dan permintaan ini tentu saja mampu mendorong harga dalam waktu dekat, tingkat rekor potensial pasokan minyak mentah global akan tetap sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan," Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, mengatakan dalam laporan.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan pada Rabu (13/5) bahwa pihaknya memperkirakan permintaan minyak global 2020 menyusut 9,07 juta barel per hari, kontraksi yang lebih dalam dari perkiraan sebelumnya 6,85 juta barel per hari.
Dikatakan pihaknya memperkirakan kuartal kedua untuk melihat penurunan tertajam. Sebagai tanggapan, Arab Saudi memperdalam pemotongan yang direncanakan untuk Juni, mengurangi produksi hampir lima juta barel per hari.
"Saudi beralih dari penghancur pasar ke pembuat pasar lagi dan memimpin dengan memberi contoh telah mengirim pesan yang sangat mendukung," kata Kilduff.
Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS memperingatkan bursa dan pialang pada Kamis (14/5) bahwa mereka harus siap menghadapi volatilitas dan kemungkinan penetapan harga negatif untuk kontrak-kontrak tertentu mendekati jatuh tempo minggu depan. (A-2)
Kekurangan pasokan bahan bakar merupakan peristiwa berkala di negara anggota OPEC.
Kerugian minyak datang ketika OPEC setuju untuk memotong produksi minyak mentah sebesar 1,5 juta barel per hari (bph) tambahan pada kuartal kedua, pemangkasan terdalam sejak krisis 2008.
Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Senin (Selasa (7/4) pagi WIB), mundur kembali dari kenaikan minggu lalu setelah Arab Saudi dan Rusia menunda pertemuan dengan produsen minyak.
Kesepakatan itu bertujuan mendongkrak harga minyak dunia yang anjlok akibat lesunya permintaan global.
Harga minyak mentah dunia mencapai posisi terendah dalam dekade terakhir dipertaruhkan dengan munculnya pandemi virus korona yang berujung kerugiannya demand.
Kesepakatan itu akan melihat pemangkasan produksi pada Mei dan Juni dan diikuti pemangkasan secara bertahap hingga April 2022.
HARGA minyak goreng di Ibu Kota Negara, DKI Jakart mengalami kenaikan secara bertahap. Pandemi dan cuaca buruk jadi kambing hitam kenaikan ini.
Padahal, pada akhir Oktober (25/10), harga minyak goreng kemasan di pasar Kebayoran dibanderol Rp.17 ribu.
"Untuk mencegah adanya panic buying, kita lakukan pembatasan penjualan satu konsumen maksimal mendapatkan dua liter minyak goreng dengan harga Rp28.000 per dua liter,"
Di Pasar Cisalak di Jalan Raya Bogor, Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, harga minyak goreng curah masih Rp21 ribu per liter, lebih tinggi Rp9.500.
Tingginya harga dari agen membuat pedagang belum bisa menyesuaikan harga yang ditetapkan pemerintah yakni Rp14 ribu per liter
Bahkan disebutkan para pedagang di pasar tersebut kesulitan mendapatkan jatah minyak goreng.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved